" Oke. Lo tunggu aja, sebentar lagi Gue akan mundur seperti yang Lo inginkan! "
* * * * * * *
"Non Izya, mau bawa bekal? "
Alizya menggeleng menanggapi pertanyaan Bi Darsih, sang asisten rumah tangga di rumahnya. "Izya makan di kantin aja, Bi. "
"Oh. Nggak mau bikin bekal buat kakakmu? "
Lagi-lagi Alizya hanya menggeleng. Kali ini, ia tak lagi bersusah payah membuat bekal untuk Alvano dan Alvino. Untuk hari ini dan seterusnya ia akan berhenti. Lagian percuma juga, bekal yang ia buat untuk Alvano dan Alvino tak pernah mereka bawa. Tapi akan beda cerita jika Bi Darsih yang membuatkan mereka bekal. Mereka pasti akan dengan senang hati menerima. Itulah yang membuat Alizya dulu tetap tetap tak bosan membuatkan mereka bekal dengan mengatasnamakan Bi Darsih.
Tapi kali ini, entah mengapa ia tak ingin lagi.
Bi Darsih tersenyum iba, ia tahu perasaan Alizya. Mungkin gadis itu mulai lelah.
Beberapa detik setelahnya, Alvano dan Alvino datang bebarengan. Saudara kembar itu mengambil duduk di kursi makan. Mereka mulai makan tanpa menawari Alizya untuk ikut makan bersama. Alizya tersenyum pun dengan Bi Darsih yang menatapnya iba.
"Bibi, nggak ikut sarapan? " Alvano menatap Bi Darsih sopan.
Bi Darsih tersentak, "ah .... nggak, Den. Bibi makannya nanti aja. " Bi Darsih kembali menatap Alizya dengan pandangan tak enak setelah menjawab pertanyaan Alvano.
Alizya lagi-lagi hanya tersenyum. Ia masih berdiri di samping Bi Darsih di sisi kanan meja makan dengan memakai seragam sekolah lengkap. Namun sepertinya di mata Alvano yang terlihat hanya Bi Darsih saja.
"Sekarang aja, Bi, makan bareng kita, " sahut Alvino. Sama seperti Alvano, ia pun tak menganggap keberadaan Alizya.
"Nggak usah, Den. Nanti saja, " tolak Bi Darsih halus.
Alvano dan Alvino tersenyum dan kembali melanjutkan sarapan. Mereka benar-benar tak peduli dengan Alizya. Alizya terus tersenyum karena hanya itu yang bisa ia lakukan. Dia sudah biasa diperlakukan seperti itu.
Cemburu? Tentu saja. Meski Bi Darsih hanyalah asisten rumah tangga tapi kedua kakaknya sangat menghormati dan menyayanginya. Alizya juga ingin diperlakukan seperti itu, ia ingin dianggap keberadaannya. Ia ingin sekali saja mereka peduli padanya.
"Bi, kalau gitu Izya berangkat sekolah dulu, ya. " Alizya meraih tangan Bi Darsih dan menciumnya takzim. "Assalamualaikum, " salamnya sebelum melangkah pergi.
Bi Darsih tertegun tanpa sepatah kata. Ia bingung menatap Alizya yang tak seperti biasanya. Remaja putri itu tak lagi menyiapkan bekal untuk kedua kakaknya dan kini tak lagi berpamitan juga mencium tangan mereka sebelum berangkat sekolah.
Alizya benar-benar menghilangkan kebiasaan lamanya. Dia membiasakan diri untuk sama tidak pedulinya seperti Alvano dan Alvino.
Alvano dan Alvano tak menoleh sedikitpun saat Alizya berlalu pergi. Tak ada ucapan 'selamat jalan' atau 'hati-hati di jalan'. Namun ada yang berbeda, keduanya meremas sendok dengan kuat dan wajah yang terlihat mengetat.
Apakah mereka marah?
*
*
*
Siang ini, alih-alih menggunakan waktu istirahat untuk jajan di kantin bersama Mona seperti biasanya, Alizya lebih memilih duduk sendirian di sudut perpustakaan. Suasana perpustakaan yang sepi dan damai membuat Alizya memutuskan untuk menyendiri di sana.
Kali ini, Alizya benar-benar kesulitan menyembunyikan kesedihannya. Wajahnya murung, ia melamun dan mengabaikan buku yang terbuka di hadapannya. Sungguh ia tak bisa mengendalikan suasana hatinya. Sesedih apapun, Alizya tak pernah memperlihatkannya kepada orang lain.
Pikirannya melayang ke mana-mana. Kejadian hari ini, hari yang lalu, minggu yang lalu, bulan yang lalu bahkan tahun-tahun yang telah lalu. Semua ingatannya berbutar layaknya film dokumenter ...
"Tujuh belas tahun sudah aku berusaha membuat kalian menyayangiku tapi tak satupun berhasil. Apa yang harus kulakukan agar kalian berhenti membenciku...? "
... dan tak ada satupun momen bahagia bersama Alvano dan Alvino di ingatannya.
Hingga pikiran-pikiran buruk hinggap di kepalanya. Alizya yang selama ini selalu optimis bahwa Alvano dan Alvino mungkin sebenarnya menyayanginya pun mulai ragu.
Mungkin mereka sama sekali tidak menyayanginya?
Mungkin ia memanglah tak diharapkan?
"Gue butuh tanda tangan Lo sekarang juga! "
Alizya terkejut mendengar suara seseorang tiba-tiba. Lamunannya seketika buyar. Ia menatap seseorang yang kini tengah berdiri di seberang meja tempatnya berada.
"Bisa permisi dulu, kan waktu datang? " Alizya mengusap dada sebagai cara pengalihan ekspresi wajahnya. Ia tak mau orang lain melihat wajah murungnya tadi.
Tak menanggapi, pemuda tingga di hadapannya justru melemparkan sebuah map. "Tanda tangan! "
Entah pemuda itu melihatnya yang murung atau tidak tadi.
"Ren, Lo nggak sopan ya! "
Darren menatap tak acuh. Satu yang sudah semestinya Alizya tahu, Darren sangat tidak ingin berbasa-basi padanya. Dan sepertinya ia tak melihat kesedihan Alizya tadi.
Alizya menatap map di hapannya. "Sorry, Gue nggak bisa tanda tangani sekarang. Lo tinggal aja, nanti Gue antar ke Lo lagi, " ucapnya.
"Gue maunya sekarang! " Darren kukuh.
Alizya menghela nafas pelan. "Ren, please.... Kali ini aja, oke? Gue masih sibuk!" Ia merasa mood-nya kurang bagus untuk melaksanakan tugasnya sebagai ketua osis.
"Ck! Lo nggak usah sok sibuk. Gue nggak lihat Lo melakukan hal lain selain Lo cuman duduk-duduk aja dari tadi! Jangan Lo pikir Gue nggak tahu kalau sebenarnya Lo itu males-malesan. Kalau Lo udah nggak sanggup jadi ketua osis, lebih baik Lo mundur! " sentak Darren tak tanggung-tanggung.
Alizya terdiam menatap Darren yang terlihat sangat angkuh dihadapannya. Wajah Darren terlihat garang karena sejatinya pemuda itu tak pernah beramah-tamah padanya. Dari dulu wakil ketua osisnya itu terlihat sangat tidak menyukainya.
Keterdiaman Alizya setelah memndengar ucapan Darren, sama sekali tak membuat pemuda itu merasa bersalah. Ia justru mendesis sinis.
Alizya lantas tersenyum, " oke. Lo tunggu aja, Ren, sebentar lagi Gue akan mundur seperti yang Lo inginkan! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Siti Fatimah
kasihan alizya, kakak kembar nya tidak perduli,yang sabar ya alizya, suatu saat kamu akan mendapatkan kebahagiaan,dan kakak kembarnya akan menyesal nantinya.
2023-09-20
0