Bab 8

"Lo dengar, 'kan? Kita udah cocok tahu! "

Malam berlalu begitu saja dengan Alizya yang tak tidur sama sekali. Semalaman dia hanya menangis. Hingga pagi ini mata sembabnya tak dapat disembunyikan. Pun dengan hidung mungilnya yang memerah.

Alizya memilih berangkat sekolah sebelum kedua kakaknya keluar dari kamar. Pagi petang ia sudah berada di jalanan. Ia berjalan kaki dengan wajah sendu yang amat sangat kentara. Kesedihan di wajahnya terlihat sangat jelas dan Alizya sedang tidak berusaha menutupinya. Ia berjalan dengan pandangan lurus.

Hari ini adalah hari ulang tahun Alvano dan Alvino. Itu artinya hari ini adalah kesempatan terakhirnya untuk membuktikan bahwa masih ada sedikit saja kepedulian di hati Alvano dan Alvino untuknya. Segala yang ia lakukan nyatanya tak dapat menarik sedikit saja perhatian mereka.

Alizya menyerah.... Tak ada alasan untuknya tetap tinggal saat dia benar-benar tak dianggap. Air matanya seakan sulit untuk ditahan setiap kali mengingat semua perlakukan dingin kedua kakaknya.

Kini Alizya benar-benar menganggap kelahirannya di dunia ini adalah kesalahan besar.

"Selamat pagi, Nak Aliz! Pagi sekali berangkatnya. " Di gerbang sekolah, Alizya bertemu dengan satpam yang baru hendak membuka gerbang. Satpam itu heran melihat Alizya yang datang sangat pagi, bebarengan dengannya.

Alizya mengukir senyum tipis, " iya, Pak. Ada tugas dadakan, jadi pagi-pagi harus udah sampai di sekolah. "

Alizya pun berlalu setelah sedikit berbasa-basi. Seperti kata pak satpam, Alizya memang terlalu pagi berangkatnya. Langit bahkan masih sedikit gelap. Di tengah lapangan, Alizya menghentikan langkahnya. Ia menatap bangunan-bangunan tinggi tempatnya menuntut ilmu. Terbayang di otaknya saat sekolahnya dalam keadaan ramai.

Ia terkekeh sendiri membayangkan tingkah teman-temannya yang selalu penghiburan untuknya. Alizya tersenyum, hanya di sekolah sajalah Alizya dapat merasakan kehangatan. Kehangatan dari teman-temannya.

Alizya kembali berjalan menuju kelasnya. Di dalam kelas, ia mengeluarkan beberapa alat make up. Ia memoles tipis wajahnya yang sendu. Mata yang sembab berusaha ia sembunyikan dengan polesan make up. Berulang kali ia mendongak dan mengedip-ngedipkan matanya, ia berusaha mencegah air matanya yang seolah ingin turun kembali. Alizya sulit mengendalikan pikirannya yang terus menerawang pada kejadian semalam.

"HEH! "

Alizya terlonjak kaget, ia mengusap dadanya saking terkejutnya. Ia menatap tak suka Darren yang kini berjalan ke arahnya. Pemuda itu berjalan dengan satu tangan dalam saku celana.

Begitu sampai di depan Alizya, Darren merampas alat make up yang Alizya bawa.

"Apa-apaan, nih?! " sentak Alizya. Ia berdiri berusaha menarik kembali miliknya.

Darren menghindar. "Lo yang apa-apaan? Lo nggak lupa sama peraturan sekolah ini, 'kan?"

Sontak Alizya hanya bisa nyengir polos mendengarnya.

"Lo itu ketua osis! Bisa-bisanya Lo malah melanggar peraturan sekolah! " dengus Darren.

Alizya mengibaskan tangannya. Dalam hati ia bersyukur karena Darren datang di saat dirinya telah berhasil menutupi matanya yang sembab dan hidung yang memerah. Memang butuh waktu yang agak lama untuk melakukan itu.

"Cuman sekali aja! Lagian Lo ngapain pagi-pagi ke kelas Gue? " balas Alizya.

Darren menatap Alizya dengan tajam, namun Alizya hanya menatapnya santai.

"Gue ke sini cari Lo! " Tangan Darren bergerak meraih tas di punggungnya. Ia mengeluarkan tisu dan memasukkan make up milik Alizya ke tasnya. "Hapus make up Lo! "

Alizya sedikit menjauh. "Enak aja! Capek-capek Gue make up-an, malah Lo suruh hapus! Dan juga, ngapain Lo nyariin Gue? Kangen? " tanya Alizya sedikit menggoda. Tingkahnya yang seperti ini membuatnya terlihat telah melupakan segala-galanya.

Siapa yang sangka bahwa hatinya tak seceria raut wajahnya.

"Ada beberapa hal yang mau Gue diskusiin sama Lo! Cepetan deh, hapus dulu make up Lo! " titah Darren.

Alizya menggeleng. " Tidak! " balasnya nyengir.

"Lo kenapa, sih? Sebagai ketua osis, Lo itu mencontohkan hal yang nggak baik, tahu nggak?! " Darren menatap Alizya dengan kesal.

"Sekali ini doang, Ren! "

"Ya, buat apa? Wajah Lo juga tetep jelek! " sarkas Darren.

Alizya terkekeh kecil mendengarnya. Jelek? Bahkan seluruh siswa di sekolah juga mengatakan bahwa ketua osis mereka sangatkah cantik, juga baik.

Alizya berjalan mendekati Darren, ia mengangkat satu sudut bibirnya. Darren mendelik melihatnya. Pemuda itu memundurkan tubuhnya saat Alizya mencodongkan tubuhnya mendekati Darren.

"Justru itu. Gue dandan supaya cantik. Siapa tahu nanti Lo suka sama Gue, " bisik Alizya. Darren membeku menatap wajah Alizya yang sangat dekat dengan wajahnya.

"Lo bukan tipe Gue! " sungut pemuda itu.

Alizya menunduk dan terkekeh kecil. Ia tahu Darren sedang gugup. "Maka dari itu, Gue sedang berusaha untuk jadi tipe idaman Lo! " balas Alizya kembali menatap Darren dengan senyum yang mengembang.

Suasana kelas yang hening seolah mendukung adegan antara dua anak adam itu.

"WAH! WAH! "

Alizya dan Darren sama terlonjak kaget saat suasana tiba-tiba heboh. Alizya menatap teman-temannya yang datang berombongan memasuki kelas.

"Cie.... Cie...! "

"Kyu! Kyu! "

Alizya terkekeh melihat teman-temannya yang heboh bahkan bertepuk tangan saat melihatnya bersama Darren. Gadis itu tertawa seolah-olah tak terjadi apa-apa. Sedangkan Darren, wajahnya memerah. Dia nampak gugup akan kedekatannya dengan Alizya tadi. Ia juga Malu melihat teman-teman Alizya memergoki mereka.

"Pagi-pagi udah pacaran aja, nih! Kasihani kami yang jomblo dong! " seru Mona pura-pura cemberut. Hal itu dihadiahi teriakan dari teman-teman yang lain.

"Iya, nih. Bu Ketos sama Pak Wakil makin lengket aja! " sambung yang lain.

Alizya tertawa renyah mendengarnya. "Gimana? Udah cocok belum kita? " tanyanya menanggapi.

Semuanya mengangguk. "Cocok banget! "

Alizya melirik Darren yang nampak masih berusaha mengendalikan raut wajahnya yang gugup. "Lo dengar, 'kan? Kita udah cocok tahu! " bisiknya pada Darren.

Darren mendelik dan balas melirik sinis. "Jangan mimpi! "

*

*

*

Siang ini, setelah bel pulang berbunyi. Darren beserta beberapa anggota osis lainnya terlihat sedang berkumpul di ruang osis. Mereka terlihat sedang terlibat dalam obrolan serius.

Darren mendengus saat menatap teman-teman osisnya dan tak mendapati adanya Alizya. Entah ada di mana gadis itu, padahal Darren sudah mengingatkannya bahwa mereka ada rapat setelah pulang sekolah.

Dari sekian anggota yang hadir, Alizya yang paling jelas dipertanyakan ketidakhadirannya. Sebagai ketua osis dia dituntut untuk selalu ada dalam setiap kegiatan yang diadakan.

Ting!

Darren menghentikan ucapannya saat melihat anggotanya nampak beralih fokus pada gawai setelah terdengar bunyi notif.

"Bukannya udah Gue bilang untuk silent handphone kalian ketika rapat?! " sentak Darren. Ia paling tidak suka jika ada anggotanya yang tidak disiplin saat rapat.

Mereka tersentak.

"Ini gawat, Darren. Kita semua dapat pesan yang sama, coba deh, Lo cek handphone Lo! " Salah satu anggota angkat bicara sebagai jawaban.

"Pesan apa?! " Tak ayal Darren meraih gawainya yang ada di meja. Matanya membulat sempurna saat melihat pesan apa yang masuk ke gawainya.

"Siapa yang kirim pesan ini? " tanya Darren saat mendapati kontak pengirim itu tak ada nama dan profilnya.

"Apa ini beneran? "

"Orang iseng nggak sih, ini? "

"Hoax deh, kayaknya! "

Mereka semua saling berbisik. Pesan singkat yang terkirim di gawai mereka sama. Sebuah kalimat yang mengatkan bahwa ada pemb*l*y-an di gudang kosong belakang sekolah saat ini.

"Kita ke gudang belakang sekarang untuk memastikan! " titah Darren dan segera beranjak. Ia berjalan lebih dulu dan diikuti oleh lainnya. Rapat terpaksa dihentikan.

Darren tak habis pikir. Selama menjabat sebagai wakil osis, ini untuk pertama kalinya ia mendapati kasus seperti ini. Di sekolahnya, tak ada b*l*y-membu*ly. Sekolahnya termasuk sekolah terpandang dengan hubungan sosial antar siswa yang baik.

Darren bertambah kesal saat sadar bahwa Alizya yang merupakan ketua osis justru tak ada di saat genting seperti ini. Bukan dia tak bisa mengatasi masalah ini andai pesan itu benar, hanya saja ia tak suka dengan Alizya yang menurutnya semaunya sendiri. Jika citra osis memburuk karena tindakan Alizya, ia juga yang kena getahnya.

Darren menyuruh teman-temannya untuk memelankan langkah saat hampir sampai gudang belakang. Jika memang sedang terjadi tindak bu**ying di sana, maka ia harus menangkapnya.

Darren menahan nafas saat sampai di depan gudang. Jujur saja ia merasa cukup tegang!

BRAKK!!!!

"Alizya...?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!