Aurora
Gadis itu bernama Aurora Zanita. Ia adalah seorang yatim piatu yang ditinggal di sebuah gubuk oleh pamannya sendiri.
flashback On
Malam yang dingin, hujan terasa begitu deras jatuh ke bumi. Terlihat seorang pria sedang berjalan mengendap-endap menuju suatu gubuk seperti saung yang terdapat di pinggir jalan. Kemudian ia meletakkan seorang bayi yang terlihat baru lahir belum menginjak seminggu di saung tersebut. Hujan sedang turun dengan derasnya, namun bayi itu hanya berbekal kain dan juga selimut kecil yang menyelimuti tubuhnya.
Pria itu meletakkan sang bayi secara perlahan lalu menyelimutinya, bersamaan dengan itu sebuah mobil melintasi jalan tersebut. Mobil itu ditumpangi oleh sepasang suami istri yang telah lama menikah, namun belum juga dikaruniai seorang anak. Dalam pandangan yang tertutup hujan, samar-samar sang istri melihat yang dilakukan pria itu.
“Mas, berhenti dulu sebentar di sana,” ucapnya kepada sang suami sambil menunjuk saung yang tak jauh dari jaraknya saat ini.
“Mau ngapain sayang?” tanya suaminya heran.
“Aku lihat ada laki-laki seperti mau buang bayi di situ,” jawab Risa resah.
Mendengar itu Harun, sang suami pun segera menepikan mobilnya tepat di depan gubuk itu. Lalu dengan tak sabaran Risa keluar sendiri menghampiri laki-laki tersebut.
“Sedang apa bapak di sini di malam hujan seperti ini?" suara Risa mengagetkan lelaki itu saat baru saja meletakkan bayi mungil di gubuk itu.
Ia terdiam, rasanya ingin kabur tapi pasti akan terkejar oleh mobilnya, tapi kalau jujur nanti bisa di penjara.
Sungguh buah simalakama.
Harun, suami Risa segera menyusul turun dari mobil, dan menghampiri mereka.
"Kenapa sayang?" tanya nya kepada istrinya lalu menatap punggung lelaki yang masih terdiam itu.
Lelaki itu semakin ciut nyalinya, benar-benar takut sekali jika dimasukkan dalam penjara karena membuang seorang bayi.
Akhirnya mau tidak mau dia membalikkan badan menghadap suami istri itu lalu menundukkan kepalanya.
Risa langsung mengambil bayi yang tergeletak itu lalu menggendongnya.
"Pak, sebenarnya ada apa ini? Kenapa bayi ini seperti ingin ditinggalkan?" tanya Risa.
"Anu Nyonya..hmmm," laki-laki itu terlihat bingung untuk merangkai kata.
Risa dan Harun dengan sabar menanti perkataan yang akan dikeluarkan oleh lelaki itu.
"Maaf Tuan, Nyonya, saya..saya..terpaksa membawa bayi itu ke sini, berharap nantinya akan ada yang mengadopsi," ucapnya takut dengan kepala tertunduk.
"Maksudnya? Bapak mau buang bayi ini?" tanya Risa tak percaya.
"Maaf nyonya, tolong jangan laporkan saya pada polisi Nyonya, saya terpaksa melakukan ini," jawab si bapak dengan memohon.
"Lalu, kenapa Bapak melakukan ini?" Tanya Harun penasaran.
Lelaki itu tertunduk. Merasa bingung ingin menjelaskan dari mana alasan dia ingin membuang bayi itu.
"Jelaskan saja pada kami pak," ucap Harun lembut.
"Ini sebenarnya anak adik saya, tapi pacarnya tak mau bertanggung jawab karena ingin kembali keluar negeri, adik saya merasa frustasi. Lalu beberapa hari setelah melahirkan kemudian ia mendengar kabar bahwa lelaki yang menghamilinya meninggal dalam kecelakaan pesawat. Lalu adik saya bunuh diri," ceritanya lalu menitikkan airmata.
Risa yang mendengarnya pun tertegun, merasa iba dengan kisah bayi ini. Ia pandangi bayi mungil itu dengan tatapan sedih.
"Lalu kenapa bayi tak bersalah ini mau dibuang?" tanya Risa tak habis pikir.
"Saya dan istri saya hanyalah orang miskin nyonya, kami tak mampu membiayai anak ini, makanya saya bawa ke sini. Sebenarnya saya ingin ke panti asuhan, tapi saya takut jika alasan ini tidak diterima dan malah memenjarakan saya," jelasnya masih memohon.
Risa menatap Harun lalu menatap bayi mungil yang berada di gendongannya. "Kita adopsi saja bagaimana mas? Bukankah kita sudah lama menanti buah hati?"
Harun terlihat berfikir sebentar, kemudian menyetujui usul istri tercintanya. Kebetulan memang mereka sudah lama menanti buah hati, maka tak ada salahnya mengadopsi bayi ini untuk menjadi anak mereka.
"Baiklah, kita akan mengadopsi anak ini, tapi dengan syarat," jawab Harun.
Kening Risa berkerut. "Syarat? Syarat apa mas?"
Harun menatap lelaki yang membuang bayi itu.
"Kami akan mengadopsi bayi ini tapi dengan perjanjian bahwa kelak bapak tidak akan muncul dalam kehidupan kami dan mengakui apapun tentang kebenaran ini," ucap Harun terlihat tegas.
Lelaki itu pun menyetujuinya. "Baik Tuan, akan saya ikuti perjanjian Tuan. Saya tidak dipenjara saja sudah bersyukur Tuan," sahutnya sedikit terlihat lega.
"Baik, mari kita pergi ke rumah saya, untuk menandatangani berkas perjanjian ini," ucap Harun kepada lelaki itu.
"Baik Tuan," jawab lelaki itu pasrah.
"Baik, mari masuk mobil saya," ajak Harun kepada lelaki paruh baya itu lalu memberikan payung yang dibawanya.
Sedangkan dia menggunakan payung yang sama dengan istrinya menuju mobilnya.
Lelaki itu pun hanya bisa pasrah mengikuti kemana arah mobil membawanya.
Sesampainya di rumah Harun Dirgantara, lelaki yang bernama Adam itu pun melihat dengan tatapan kagum. Rumah dua tingkat yang sangat besar, bahkan jarak dari pintu pagar ke pintu rumah terdapat taman yang menyejukkan mata serta air mancur yang cantik.
Dalam hatinya ia bersyukur, keponakannya akan dirawat oleh orang kaya seperti ini, jadi tak perlu merasakan hidup susah seperti dirinya saat ini. Ia pun berjalan mengikuti langkah Harun dan Risa masuk ke dalam rumahnya yang besar itu.
“Silahkan duduk pak,” ucap Harun ketika mereka telah memasuki ruang tamunya.
“Terima kasih Tuan, panggil saja saya Adam Tuan,” jawab Pria itu lalu duduk di kuris yang telah ditunjukkan oleh Harun.
Setelah meminta dibuatkan minuman, Harun pergi menuju kamarnya lalu mengambil beberapa kertas kosong dan dibawanya lagi ke ruang pertemuan tadi. Harun menuliskan beberapa kalimat yang menjelaskan bahwa bayi yang saat ini akan diadopsinya adalah sepenuhnya miliknya dan keluarga bayi itu tidak boleh datang serta membuat pengakuan apapun tentang bayi itu di kemudian hari hingga tutup usia.
Setelah menuliskan beberapa poin penting, Harun menempelkan materai pada kolom tandatangan nama Adam, lalu menyerahkan kepada pria itu untuk disetujui.
Adam menerima berkas itu lalu membaca poin-poin itu dengan seksama. “Boleh aku bertanya?”
“Silahkan,” sahut Harun ramah.
“Apakah aku bisa menemuinya suatu saat nanti?” tanya nya ragu.
“Jika hanya menemuinya boleh pak, namun sesuai dengan poin pada surat itu, jika kalian bertemu maka tidak ada pengakuan apapun yang menunjukkan kepemilikan bayi itu atau asal usul bayi itu,” jawab Harun tegas.
“Baiklah Tuan, saya menyetujuinya,” ucap Adam lalu membubuhkan tanda tangannya pada kolom yang tertera. Setelah itu ia menyerahkan kembali dokumen tersebut kepada Harun.
Lalu Harun mengeluarkan selembar cek dan menuliskan angka 200 juta dalam cek tersebut dan menyerahkannya kepada Adam.
“Apa ini Tuan?” tanya Adam bingung.
“Anggap saja ini adalah kompensasi dari kami untuk bapak,” jawab Harun bermaksud baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Caecilia
malaikat kecil yg tk berdosa, beruntung ketemu sama org baik yg mau mengadopsi
2023-09-18
2
Meyginia
Aku hadir ya kak.. semangat nulisnya..
2023-09-10
1