Aurora berjalan hendak menghampiri Arvin yang saat ini sedang menunggunya untuk pulang bersama. Tiba-tiba ada yang menarik tangannya hingga tubuhnya berbalik. Karena kurangnya keseimbangan, Aurora pun hampir terjatuh, namun dengan sigap lelaki itu menangkap tubuh Aurora dalam dekapannya.
Aurora sangat terkejut begitu melihat yang sedang mendekapnya adalah Tristan. Dengan sorot mata yang tajam Tristan menatap Aurora membuat pemilik mata itu sedikit menciut.
"Urusan kita belum selesai nona, kamu gak bisa pulang begitu saja," ucap Tristan dengan raut wajah menahan marah.
"Maaf ya Tuan, ini udah jam pulang kuliah dan semua tugas saya udah saya kasih. Jadi gak ada alasan saya gak bisa pulang," jawab Aurora kesal.
"Oh ya? Maaf sekali tapi kertas berisikan tandatangan yang tadi kamu kasih itu saat ini sudah robek, jadi mau gak mau kamu harus cari lagi," jelas Tristan dengan senyum smirk nya.
Aurora melepaskan dekapan Tristan lalu mendorongnya menjauh. "Dasar laki-laki kurang ajar, kamu tau gak aku mencari itu sampai menahan sakit aku. Dan kamu main sobek gitu aja?" Pekiknya geram.
"Kamu ini manusia atau setan?" teriaknya kesal.
Arvin yang saat ini tak jauh dari mereka mendengar teriakan Aurora lalu bergegas mendatangi asal suara.
"Nona kamu lupa ya, aku punya kuasa untuk melakukan apapun bahkan yang di luar akal manusia mu itu," sahut Tristan tenang lalu berjalan mendekati Aurora.
Kini jarak Tristan dan Aurora sangat dekat. Tristan mulai melayangkan tangannya untuk menyelipkan rambut Aurora pada telinganya.
"Kamu yang udah membangunkan macan tertidur Aurora, dan sekarang kamu harus menanggung akibatnya, jinakkan dia, maka kamu akan lepas," ucap Tristan mengintimidasi.
"Menjauh dariku brengsek," jawab Aurora mendorong tubuh Tristan.
Arvin yang telah tiba pun kaget melihat pertengkaran Aurora dan seorang laki-laki yang bila diperhatikan adalah lelaki yang pernah ditabraknya.
Arvin berlari mendekati Aurora lalu merangkulnya. "Kamu kenapa sayang?" tanya Arvin khawatir.
Melihat Arvin datang membuat Tristan semakin muak.
"Aku tak punya waktu untuk melihat drama percintaan yang memuakkan," ujar Tristan lalu pergi meninggalkan mereka.
Arvin yang melihat Tristan pergi pun menghentikan langkahnya. "Tunggu."
Langkah Tristan berhenti tanpa menoleh.
"Ada urusan apa kamu dengan pacar saya?" tanya Arvin bingung.
"Bukankah masalah kemarin telah selesai?" tanya Arvin semakin melangkah mendekati Tristan.
Tristan tersenyum arogan. "Menurutmu dengan menginjak harga diriku adalah penyelesaian masalah?"
Arvin terdiam. Memang pria di depannya ini sombong, tapi juga tidak membenarkan cara Aurora kemarin.
"Lebih baik kamu didik saja pacar tersayang mu itu agar lebih mengerti cara menghormati orang lain," ucap Tristan lalu pergi meninggalkan Arvin.
Arvin menatap punggung lelaki yang semakin menjauhinya itu, lalu berbalik dan mendekati Aurora. "Kamu ga apa-apa Ra?"
"Aku gak apa-apa Vin, cuma capek aja tadi abis ospek," jawab Aurora.
"Dia yang kemarin itu kan? Dia kakak tingkat kamu?" tanya Arvin menatap Aurora.
Aurora menganggukkan kepalanya lelah. "Karena kejadian kemarin dia jadi mengerjai aku habis-habisan, sampai lelah."
"Tapi kamu gak apa-apa kan? Jantung kamu gimana?" tanya Arvin terlihat begitu khawatir.
"Aku gak apa-apa sayang, jangan khawatir," sahut Aurora mengusap wajah Arvin.
"Tapi kan kamu gak bisa capek Ra, aku takut kamu malah kenapa-kenapa," jawab Arvin lagi.
"Aku bisa ngatasin ini kok, kamu tenang aja ya," jawab Aurora menenangkan Arvin. Padahal dia sendiri juga gak tahu apa lagi yang akan dia hadapi besok dan seterusnya.
"Ya udah yuk aku antar pulang," ajak Arvin menggandeng tangan Aurora untuk meninggalkan tempat itu.
Aurora mengikuti langkah Arvin dengan senang. Baginya, rasa lelahnya saat ini terobati dengan kehadiran Arvin di sisinya. Ah sungguh Aurora tak bisa membayangkan jika tak ada Arvin dalam hidupnya.
Pertama bertemu dengan Arvin saja Aurora merasa seperti telah lama mengenalnya. Rasa nyaman dan sayang bercampur menjadi satu. Arvin tak hanya menjadi kekasih bagi Aurora, tapi juga bisa menjadi seperti kakak baginya. Maklum saja yang Aurora tahu dia adalah putri kandung satu-satunya ayah dan ibunya.
Kehadiran Arvin tentu sangat berarti bagi Aurora. Begitu pun dengan Arvin. Aurora seperti lukisan terindah yang menyentuh hatinya. Ia sangat menyayangi Aurora.
Arvin dan Aurora pun akhirnya meninggalkan kampus dengan menaiki motor Arvin.
Salah satu yang Aurora suka jika naik motor bersama Arvin adalah bisa memeluk Arvin dari belakang seperti ini.
"Nyaman sekali," batin Aurora dengan mata terpejam.
"Kamu adalah tempat ternyaman untuk aku kembali dari kerasnya dunia yang mengancam ku Arvin," ucapnya dalam hati.
Arvin menggenggam tangan Aurora yang saat ini ada di pinggangnya.
"Ra, kamu jangan tidur ya," ucap Arvin karena Aurora saat ini bersandar di punggungnya seperti tidur.
"Aku gak tidur kok Vin," jawab Aurora.
"Oh kirain tidur," sahut Arvin tersenyum masih memegang tangan Aurora.
Sementara Tristan yang saat ini berada di ruangan khususnya yang ada di kampus bersiap akan pulang.
"Tumben masih siang udah pulang Tan," tanya Gery.
"Iya, tadi bokap gue nelpon nyuruh pulang, ada yang mau diomongin," jawab Tristan mengangkat bahu.
"Waduh kok ngeri ya, mau dijodohin kali lu," sahut Indra menebak.
"Ya kali jaman sekarang pake acara jodoh-jodohan," sahut Tristan lalu melangkah pergi.
"Hati-hati bro," ucap Reza yang hanya dijawab tangan Tristan saja.
Sesampainya di rumah, Tristan melihat ayah dan Ibunya sedang duduk di ruang tamu.
"Eh udah pulang nak," sapa ibu nya lalu berdiri memeluk anak lelaki tampannya itu.
"Kenapa mama sama papa kok duduk-duduk di sini," tanya Tristan heran, karena tak biasanya orang tuanya ada di rumah pada jam segini.
Ayah dan Ibunya saling berpandangan. "Tristan, opa kamu sakit, jantungnya kumat," jawab Ibunya.
"Opa dirawat di rumah sakit ma?" tanya Tristan tekejut.
"Enggak, opa rawat jalan, itu masih bersama dokter Niko di kamarnya, tapi opa tadi berpesan katanya ingin melihat pacar kamu," jawab Ibunya.
"Pacar?" sahut Tristan bingung.
"Opa merasa hidupnya seperti tak begitu lama nak, sebenarnya Ia ingin melihat kamu menikah," belum selesai ibu berbicara langsung dipotong Tristan.
"Nikah? Aku aja masih kuliah ma," potong Tristan dengan cepat. Jangankan menikah, pacaran aja dia ogah.
"Iya mama tau, tadi mama juga udah bilang kamu akan selesaikan kuliah kamu dulu, setelah itu kamu akan menikah dan menjalankan bisnis keluarga, tapi sebelum itu opa mau kenal pacar kamu, calon istri kamu," jelas ibunya.
"Calon istri?" batin Tristan merasa frustasi.
Ia sangat menyayangi opanya, karena jika orang tua nya sibuk dengan pekerjaan, dulu yang sering menemaninya adalah opa.
Tapi calon istri? Pacar aja gak punya, gimana calon istri?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Rabiatuladawia Ade
apa tristan akan membawa aurora sebagai pacar palsu nya?😅
2023-11-15
0