Hari ini adalah hari pertama Aurora masuk kuliah setelah pengumuman kelulusannya. Sebagai mahasiswa baru, tentu akan ada pengenalan kampus oleh kakak tingkat yang biasa disebut ospek.
Aurora datang dengan mengenakan kemeja atasan putih dan rok hitam sesuai dengan ketentuan mahasiswa baru pada Universitas itu. Tak lama kemudian acara ospek pun dimulai, semua kakak tingkat yang bertugas sudah berkumpul di lapangan dengan para mahasiswa baru berbaris di hadapan mereka.
Tugas hari ini adalah mahasiswa baru diminta untuk mengumpulkan tanda tangan 10 kakak tingkatnya pada jurusan yang sama. Tristan yang juga menjadi senior tertua di jurusannya ikut andil dalam ospek mahasiswa baru.
Kepopuleran dirinya karena ketampanan dan juga kekayaan yang dimilikinya, membuatnya mudah memiliki kekuasaan pada acara tersebut, meskipun ia bukanlah anggota organisasi yang bertugas.
Targetnya hanya satu, Aurora.
Saat sudah ada di lokasi, mata Tristan terus menyapu seluruh lapangan yang ada di hadapannya, mencari sosok Aurora di antara orang yang sedang berbaris. Tak lama ia pun melihat sosok yang dicarinya, gadis berambut panjang bergelombang berwarna coklat yang saat ini sedang tergerai. Terlihat indah tertiup angin.
“Perhatian ya semuanya saya minta salah satu dari kalian untuk maju ke depan sekarang,” ucap Tristan dengan suara lantangnya.
Mahasiswa baru yang semula kagum dengan ketampanannya pun kini tertunduk takut. Ganteng-ganteng tapi kok galak banget, pikir mereka.
Mata Tristan langsung terpaku pada Aurora. “Kamu yang rambutnya beda sendiri, maju ke depan,” ucapnya sambil menunjuk Aurora yang saat ini sedang menatapnya.
Aurora yang sudah menebak akan dikerjai oleh Tristan pun sudah tidak terkejut lagi. Ia pun melangkah ke hadapan Tristan dengan hati yang berani. “Sungguh sial, aku harus membayar perbuatanku di saat-saat seperti ini,” batinnya.
“Salah satu dari kalian harus memikul pekerjaan yang lebih berat dari yang lain, dan kamu,” ucap Tristan terhenti ketika Aurora telah tiba di hadapannya. Ia memperhatikan Aurora dari atas hingga ke bawah.
“Kenapa dia terlihat imut mengenakan baju ini?” batinnya.
“Kamu harus mencari tandatangan senior sebanyak 50 orang, kalau kamu gak berhasil membawa itu pada saya dalam 2 jam ini, maka teman-teman kamu yang lain akan mendapat hukuman!” perintah Tristan kepada Aurora.
Aurora memandang Tristan tak suka, sungguh menyusahkan sekali manusia rimba ini, pikirnya.
“Baik, saya akan membawa 50 tanda tangan yang anda minta sebelum 2 jam,” ucap Aurora menantang lalu pergi meninggalkan Tristan yang masih menatapnya kesal.
“Saat-saat seperti ini dia masih saja berdiri di atas kesombongannya,” ucap Tristan dalam hati.
Kemudian mahasiswa baru yang lain pun mulai bergerak untuk mencari tandatangan dari kakak tingkat mereka. Namun tugas mereka tidak seberat Aurora, karena hanya diminta 10 tandatangan saja.
Aurora yang mulai berkeliling mencari tandatangan pun memulai dari taman fakultas yang terlihat ramai. Ia mendatangi kakak tingkatnya satu persatu untuk dimintai tandatangan.
Tanpa menyerah Aurora terus mencari tandatangan kesana-kemari. Jika ia merasa lelah, maka ia akan berhenti sejenak untuk mengistirahatkan dirinya. Aurora memiliki penyakit bawaan dari lahir. Mungkin karena dulunya ia adalah anak yang tidak diharapkan kehadirannya oleh orang tua kandungnya, sehingga ia tumbuh dengan kondisi jantung yang tidak normal. Ia pun akan mudah terengah-engah atau mudah lelah.
Ketika tak sengaja Tristan melewati tempat Aurora beristirahat, ia pun menghampiri gadis itu.
“Kamu dikasih tugas kenapa malah enak-enakan di sini? Kamu mau semua teman sekelas kamu menanggung hukuman?” Pekik Tristan membuat Aurora kaget.
Sesaat jantungnya berdebar karena kagetnya, kemudian ia bisa mengontrol jantungnya untuk kembali berdetak normal.
“Aku cuma mau istirahat aja sebentar,” jawabnya berusaha terdengar biasa saja.
“Tugas kamu itu 50 tandatangan ya, bukan seperti yang lain,” sangkal Tristan.
“Aku tahu,” sahut Aurora cuek.
Merasa kesal karena sikap angkuh Aurora, Tristan pun melangkah mendekati Aurora lalu menarik tangannya hingga Aurora bangkit dari duduknya. Kini jarak mereka menjadi sangat dekat, bahkan hembusan nafas Tristan pun dapat Aurora rasakan.
“Denger ya Nona Aurora Zanita, ketika aku berbicara, jangan pernah kamu jawab dengan kalimat memuakkan seperti tadi, aku paling tidak suka bantahan apalagi orang yang angkuh seperti kamu!” ucapnya di depan wajah Aurora dengan tangan mencengkram lengannya.
“Aku hidup bukan untuk membuatmu menyukaiku Tuan Tristan Herdiansyah,” jawab Aurora dengan sorot mata tak suka. Membuat Tristan semakin ingin marah.
“Belum ada 2 menit kalimat itu keluar dari mulutku tapi kamu sudah berani-beraninya membantah!” pekiknya marah.
“Jangan kamu pikir karena kamu perempuan aku tidak berani untuk menghukum kamu?” tanya Tristan dengan senyum menyeringai.
“Aku memang tak akan berbuat kasar pada perempuan, tapi aku akan melakukan hukuman dengan cara lain, bahkan yang mungkin takkan bisa kamu lupakan seumur hidup kamu!” ucap Tristan memperingatkan Aurora lalu melepaskan cengkraman nya pada lengan gadis itu.
Ia pun berjalan menjauhi Aurora, namun terhenti sejenak. “Ingat, waktu kamu cuma 1 jam lagi untuk mengumpulkan tugas yang aku berikan,” ucapnya lagi lalu kembali melanjutkan jalannya tanpa menatap Aurora.
Aurora menatap punggung Tristan dengan tatapan benci. Ia menendang botol kosong yang terletak tak jauh dari kakinya.
“Dasar Tristan brengsek!” makinya dengan perasaan kesal.
Aurora kembali berjalan mencari kakak tingkat yang sekiranya belum menandatangani kertas yang ia bawa. Ia kembali menghampiri satu persatu kakak tingkatnya itu dan dimintanya untuk menadatangani kertas yang dibawanya.
Karena Aurora memiliki paras yang cantik dan terlihat berbeda dari mahasiswa yang lain, maka mendapat 50 tandatangan tidaklah begitu sulit. Hanya dalam waktu 30 menit dari sisa waktunya, ia bisa mengumpulkan sebanyak 50 tandatangan.
Aurora pun berjalan mencari keberadaan Tristan di tempat khususnya. Yaitu sebuah ruangan yang menjadi tempat khusus Tristan bersama teman-temannya berkumpul. Ia mendapat informasi itu dari salah satu kakak tingkatnya yang lain.
Aurora pun masuk tanpa permisi, berjalan dengan angkuh menuju seseorang yang menjadi tujuannya. Tristan bersama ke-3 temannya terlihat kaget karena tiba-tiba ruangan mereka dikunjungi oleh wanita berparas cantik dengan rambut coklat itu.
Aurora berenti tepat di hadapan Tristan yang sedang duduk. Ia melemparkan kertas yang berisikan tandatangan kakak tingkatnya itu di pangkuan Tristan. “Aku udah penuhin semua permintaan kamu, semua sudah lengkap 50 tandatangan,” ucap Aurora dengan angkuhnya lalu meninggalkan Tristan tanpa menunggu respon dari pria itu.
Tristan yang terkejut dan belum sempat memberikan respon apapun merasa sangat kesal karena ditinggal pergi begitu saja dengan Aurora. Ia mengambil kertas yang ada di pangkuannya itu lalu menatapnya lekat. Kemudian ia remas kertas itu dan melemparkannya ke sembarang arah.
“Gadis kurang ajar, rupanya peringatanku tak dihiraukan sama sekali ya,” geramnya.
“Siapa itu Tan?” tanya Reza penasaran.
“Iya tumben banget ada cewek blasteran begitu di kampus kita,” timpal Indra.
“Percuma cantik kalo attitude nya gak ada,” sahut Tristan kesal membuat teman-temannya saling berpandangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Rabiatuladawia Ade
kurang respeck sama sifat Aurora.
meski kesal sama tristan tapi tetap harus sopan dgn senior nya.
di tambah lagi dgn kesombongan nya. makin ngak suka. kan kasian tristan berasa ngak di hargai sama yunior nya
tapi semoga sifat itu hanya saat di hadapan tristan ajah.
2023-11-15
0
Meyginia
Krn Aurora udh tau niat kamu ap tris... hehe
2023-09-11
2