Hari ini adalah pengumuman ujian masuk Perguruan Tinggi yang telah diikuti Aurora. Dengan senang ia membaca pengumuman itu dan mencari namanya. Ia ingin sekali bisa berkuliah satu kampus dengan kekasihnya, Arvin.
Aurora begitu senang ketika menemukan namanya lulus dari ujian itu dan diterima menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi pilihannya. Namun ia terkejut karena ternyata ia diterima pada pilihan fakultas yang kedua, yaitu Fakultas Ekonomi.
Aurora inginnya diterima di Fakultas Hukum, agar bisa satu fakultas bersama Arvin. "Ah sedih sekali, gak bisa bareng Arvin kuliahnya," batinnya.
"Gimana Ra? Kamu diterima nggak?" Tanya mamanya yang baru saja datang dari dapur membawa minuman dan cemilan.
"Diterima sih ma, tapi bukan di Hukum," jawab Aurora kecewa.
"Memangnya kamu diterima dimana?" Tanya mama sambil memberikan gelas berisi susu pada Aurora.
Aurora menerima susu itu lalu meminumnya, setelah itu meletakkan di atas meja sebelah kursi yang ia duduki saat ini.
"Aku masuk Fakultas Ekonomi, pilihan kedua aku," jawabnya lesu.
"Ekonomi juga bagus kok sayang, nanti kamu kan bisa aplikasikan ilmu ekonomi kamu ketika kamu bekerja di perusahaan," ucap Risa menjelaskan.
"Iya sih tapi kan aku jadinya gak satu fakultas sama Arvin ma, padahal aku pengennya bisa kuliah bareng dia," jawab Aurora jujur.
Risa tersenyum mendengar alasan putrinya menjadi tak bersemangat. "Kamu kan masih bisa ketemu dia di kampus sayang, kalian masih satu kampus loh."
Risa memang telah mengetahui hubungan putrinya dan Arvin. Ia juga pernah bertemu dengan lelaki itu beberapa kali. Arvin adalah lelaki yang tampan, berkulit hitam manis dengan wajah lebih mengarah ke wajah Timur Tengah. Risa senang dengan Arvin karena ia adalah laki-laki yang baik dan bertutur kata lembut.
"Iya sih, tapi kan kadang suka beda jadwal mah, dan gak bisa sering ketemu kaya kuliah satu fakultas," jawab Aurora lagi.
"Ya udah gak apa-apa Ra, yang penting masih satu kampus, daripada beda kampus malah lebih susah lagi kan? Seenggaknya kalian nanti bisa pulang bareng," sahut Risa menenangkan putri kesayangannya.
Aurora mengangguk, membenarkan perkataan ibunya. Tiba-tiba Bi Imah menghampiri mereka
"Non, nuwun Sewu, itu ada Den Arvin di ruang tamu," ucap Bi Imah kepada Aurora.
"Oh iya Bi, aku akan temuin dia sekarang, makasi ya Bi," jawab Aurora senang.
"Oh iya Bi, tolong bikinin minum sekalian buat Arvin ya, biar dia bisa nunggu sambil minum," ucapnya lagi lalu ia bergegas untuk mengganti pakaiannya.
"Kamu mau pergi sama Arvin ya Ra?" Tanya Risa memperhatikan putrinya yang sedang berganti pakaian.
"Iya mah, aku kemarin janji pergi sama Arvin, aku sampe lupa karena pengumuman ujian tadi," sahut Aurora sambil berdandan tipis.
"Hmm ya udah deh kalo gitu, mama nemuin Arvin dulu ya," ucap Risa lalu pergi menemui Arvin.
Aurora yang telah selesai bersiap pun ikut turun menghampiri kekasihnya itu.
"Maaf ya Vin lama," ucap Aurora yang saat ini sudah berada di hadapan Arvin.
"Ga apa-apa kok Ra, yuk kita berangkat," ajak Arvin lalu berpamitan kepada Risa.
"Tante, kita pergi dulu ya," pamit Arvin bersalaman dengan Risa.
"Iya, hati-hati ya Vin bawa motornya, Tante titip Aurora ya," sahut Risa dengan senyuman.
"Siap Tante," sahut Arvin dengan gaya memberi hormat.
"Aku juga pamit ya ma," ucap Aurora mencium tangan mamanya.
"Iya, ya udah sana, pulang nya jangan terlalu malam ya," ucap Risa mengingatkan Aurora.
Aurora mengangguk dengan penuh senyuman kepada Risa, lalu ia berjalan menjauh menuju motornya Arvin.
Aurora dan Arvin segera berangkat menggunakan motor Arvin. Aurora tak masalah jika kekasihnya hanya memiliki motor, karena baginya bisa bersama Arvin sudah membuatnya senang.
Dalam perjalanan, Arvin mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Namun entah kenapa tiba-tiba mobil di depannya mendadak berhenti sehingga membuat Arvin terlambat mengerem motornya dan menabrak mobil itu dari belakang. Sang pengemudi mobil yang mendapat hantaman dari belakang pun kaget.
Rupanya mobil itu berhenti karena melihat kucing sedang menyebrang jalan, sehingga mau tak mau ia menghentikan mobilnya secara mendadak. Namun karena kesal ditabrak dari belakang, pria tampan itu pun segera keluar dari mobil nya dan menghampiri Arvin.
"Lo gimana sih bawa motornya? Hati-hati dong jangan main tabrak aja kaya gini, kepala gue sampe terbentur tau!" Pekik lelaki itu.
"Maaf mas, tapi anda duluan yang berhenti mendadak jadi saya gak sempat untuk ngerem motor saya," ujar Arvin terdengar sopan membela dirinya.
"Tetep aja Lo salah, harusnya Lo bisa rem yang kuat begitu mobil depan Lo berhenti. Lihat nih mobil gue jadi rusak," balas pria itu sedikit berteriak sambil menunjukkan letak kerusakan pada mobilnya.
Arvin yang melihat mobil belakangnya jadi sedikit tergores itu pun merasa bersalah.
"Bagaimana ini, uang pun aku gak punya kalo suruh ganti," batinnya.
Melihat kebingungan yang terpancar dari wajah Arvin, Aurora yang dari tadi diam akhirnya melangkah mendekat pada pria tampan si pengemudi mobil itu.
"Heh, dari segi mana pun yang salah itu kamu tau, kamu yang berhenti mendadak dan buat pacar aku nabrak kamu, kalo kamu gak berhenti mendadak juga dia gak akan nabrak kamu!" ucap Aurora tak kalah galak dengan pria itu.
"Kamu siapa? Malah ikut-ikutan urusan laki-laki," sahut pria itu kesal.
"Gak penting aku siapa, yang jelas sekali salah ya tetep salah. Dan kamu itu salah!" sahut Aurora sambil menunjuk wajah pria dihadapannya.
"Jangan nunjuk-nunjuk ya kamu gak sopan!" Tukas pria itu menepis tangan Aurora dengan kesal.
"Eh udah-udah jangan malah ribut disini dong sayang," Arvin berusaha melerai mereka dan memegang lengan Aurora berharap bisa meredakan kekesalan kekasihnya itu. Namun Aurora sudah terlanjur panas dengan sikap pira sombong di depannya ini.
"Mobil cuma tergores aja kamu berlebihan. Kamu gak bisa benerin mobil belakang kamu ini? Oke aku yang kasih uang buat kamu benerin itu!" ucap Aurora dengan kesal lalu mengambil puluhan lembar uang ratusan ribu dan melemparkannya tepat di tempat kerusakan mobil pria itu.
"Itu uang buat kamu pergi ke bengkel untuk benerin baret di mobil mahal kamu ini. Dan ingat, jangan pernah ganggu aku atau pacarku lagi," ucap Aurora lalu menarik Arvin agar menjauh dari lelaki itu.
Laki-laki itu pun merasa sangat terkejut dan kesal karena sudah dipermalukan dan diinjak-injak harga dirinya oleh perempuan yang tak dikenalnya.
Belum pernah ada yang berani menghinanya seperti ini.
"Liat aja nanti cewek sombong, kita pasti akan ketemu lagi, melalui takdir atau aku sendiri yang mencari kamu," ucapnya tersenyum SMIRK.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Rabiatuladawia Ade
wah siapa cowok itu?
apa akan jadi orang ketiga antara arvin dan aurora?
2023-11-15
0