Bab 11

Aurora masih ditangani di instalasi gawat darurat. Cukup lama Arvin menunggu di luar ruangan dengan hati yang gelisah. Ia bahkan melewatkan mata kuliahnya yang saat ini sedang berjalan.

Arvin mondar-mandir di depan ruang instalasi gawat darurat seorang diri. Arvin takut sekali jika kelelahan yang dialami Aurora berakibat fatal bagi gadis itu.

Tristan yang tak bisa tenang karena insiden pingsannya Aurora pun kini berjalan menuju rumah sakit. Ia seperti merasa bersalah karena memaksa Aurora untuk berlari mengitari lapangan. Ia pun ingin tahu sebenarnya penyakit apa yang tengah diderita gadis berambut coklat itu.

Ospek mahasiswa baru yang lain (teman-teman Aurora) pun dihentikan untuk sementara waktu.

Tristan yang saat ini telah tiba di rumah sakit, terlihat bingung harus berjalan ke arah mana. Sedangkan bertanya ke receptionist pun tak menemukan pasien bernama Aurora.

Tentu saja Aurora belum terdaftar karena saat ini gadis itu sedang ditangani di ruang instalasi gawat darurat. Tak sengaja Tristan pun melihat Arvin yang tengah gelisah menunggu di depan suatu ruangan.

Tristan memandang Arvin sesaat, lalu pandangannya tertuju pada pintu ruang itu.

"Aurora di instalasi gawat darurat?" batin Tristan semakin merasa bersalah.

Kalau sampai ada apa-apa dengan Aurora, bagaimana ia akan menjelaskan kepada Om Harun, apalagi ia yang pagi tadi menjemputnya.

Tak lama kemudian, terlihat pintu itu terbuka, lalu keluarlah seorang dokter dan perawat menghampiri Arvin.

"Bagaimana kondisinya dok?" Tanya Arvin tergesa-gesa.

"Kondisinya tidak begitu baik, ia masih belum sadarkan diri. Hal apa yang ia lakukan sehingga membuatnya kelelahan begini?" tanya dokter itu dengan nada yang agak marah.

"Iya dok tadi dia lagi dapat hukuman di fakultasnya," jawab Arvin.

"Lain kali tolong dijaga kondisi dan fisiknya jangan sampai terlalu lelah seperti ini ya, karena bisa berakibat fatal."

"Baik dokter, terima kasih," sahut Arvin.

"Aurora sudah bisa dijenguk dok?" tanya Arvin lagi.

"Bisa, tapi kami akan pindahkan dahulu ke ruang rawat, baru setelah itu pasien bisa dijenguk ya," jawab dokter mulai ramah.

"Baik dok, terima kasih sekali lagi," ucap Arvin menyudahi obrolannya.

Sang dokter pun tersenyum lalu beranjak pergi. Tak lama setelah itu, terlihat suster membawa ranjang Aurora untuk dipindahkan ke ruang rawat.

Arvin yang melihat itu pun segera mengikutinya. Ia terus memandangi Aurora yang masih memejamkan mata dan terpasang oksigen di hidungnya.

Tristan yang melihat itu pun segera menyingkir dan bersembunyi di balik lemari yang ada. Ia ingin menjenguk Aurora, namun entah mengapa setelah tiba di rumah sakit dan melihat kondisi Aurora, ia menjadi ragu.

Harusnya ia tadi mendengarkan Aurora yang memohon untuk berhenti berlari. Tapi Tristan tetap pada keputusannya dan menganggap Aurora hanya berpura-pura.

Bagaimana tanggung jawabnya terhadap orang tua Aurora? Dan bagaimana ia bisa membawa gadis itu di hadapan opa nya sebagai kekasihnya?

Sungguh menyebalkan sekali, mengapa keadaan menjadi rumit begini, pikir Tristan.

Untuk saat ini yang harus Tristan lakukan adalah tetap memantau Aurora, dan tidak usah mengabarkan kondisi Aurora kepada orang tuanya dahulu, sampai kondisi Aurora membaik.

Setelah memikirkan itu, Tristan pun melangkahkan kaki nya untuk mengendap-endap mengikuti Aurora pergi.

Setibanya di ruang rawat, Arvin menunggu hingga suster selesai membenahi Aurora. Arvin pun mendekat dan duduk di kursi yang tersedia di ruangan itu yaitu di sebelah ranjang Aurora.

Arvin memegang tangan Aurora dan mengusap lembut wajah gadis itu. "Ra, bangun sayang, aku ada di sini menemani kamu."

Tristan yang baru saja tiba pun melihat mereka dari kaca jendela. Ia melihat kondisi Aurora yang masih belum sadarkan diri hingga saat ini.

Ingin masuk ke ruang itu, namun ia takut Arvin menolaknya dan malah membuat keributan. Sehingga ia mengurungkan niatnya.

Tristan memilih untuk menunggu Aurora dari balik tembok, agar keberadaannya tak diketahui oleh Arvin.

"Aku harus tau kondisinya saat ini dan bagaimana perkembangannya, agar aku bisa mempertanggungjawabkan nya kepada Om Harun dan Tante Risa," gumamnya pelan, lalu duduk di kursi yang tersedia.

Sementara di dalam ruangan, Arvin terus mencoba mengajak bicara Aurora, berharap agar gadis itu segera membuka matanya.

"Ra, bangun sayang. Kamu bilang mau pergi ke suatu tempat bersamaku, dimana kamu bisa menghirup udara yang bebas polusi, lalu memetik bunga anggrek kesayanganmu, dan berjalanan beriringan bersamaku menikmati sunset," Arvin mencoba berinteraksi dengan Aurora.

Aurora mulai menunjukkan reaksi kecil. Tangannya yang saat ini digenggam oleh Arvin mulai bergerak. Meskipun pergerakannya agak lemah, namun ini adalah kemajuan yang baik.

Menyadari itu, Arvin pun tersenyum bahagia lalu mencium tangan Aurora.

"Ra, kamu bisa denger aku? Aku yakin kamu bisa denger aku Ra," ucap Arvin senang.

"Kamu perempuan kuat sayang, kamu harus kuat melewati ini, karena aku gak mau sendiri di dunia ini tanpa kamu," ucap Arvin lagi.

Tak lama setelah Arvin mengatakan itu, Aurora pun membuka matanya perlahan. ia merasa agak sakit pada jantung nya dan mulai memandang sosok yang sedang bersamanya saat ini.

"Arvin," ucap Aurora lemah.

"Ra, terima kasih udah mau membuka mata kamu sayang," sahut Arvin bahagia lalu mencium dahi Aurora.

"Aku..kenapa? Bukannya tadi aku di lapangan?" Aurora mencoba mengingat-ingat.

"Kamu berlari mengelilingi lapangan, kamu gak ingat?" tanya Arvin.

"Oh iya, tadi aku sedang berlari atas perintah laki-laki brengsek itu," geramnya lemah.

"Ra, kamu baru siuman, gak baik langsung mengomel seperti itu ah," ucap Arvin saat mendengar Aurora.

Aurora menatap Arvin. "Tapi kenapa aku bisa sama kamu Vin?"

"Aku tadi ke fakultas kamu begitu aku tiba di kampus Ra. Saat di jalan aku kepikiran kamu, ternyata benar kan, mau terjadi sesuatu pada kamu," jawab Arvin.

"Makasih ya Vin, kamu selalu ada bahkan ketika aku gak memanggil kamu," ucap Aurora menggenggam tangan Arvin.

"Iya sayang, udah kewajiban aku sebagai pacar kamu," jawab Arvin tersenyum.

Aurora membalas tersenyum.

"Ra, apa yang kamu rasain sekarang? Masih sakit?"

"Udah mendingan Vin, kamu gak kuliah?" tanya Aurora ketika menyadari Arvin menjaganya.

"Nggak, aku mau jaga kamu di sini," jawab Arvin singkat.

"Vin, kamu kan mengejar beasiswa, kalau kamu absennya gak bagus, bagaimana kamu akan mempertahankan beasiswa kamu?"

"Tapi kamu sendirian di sini, aku khawatir Ra."

Aku gak apa-apa Vin, ada suster yang jaga aku dan ini gak begitu sakit kok, bener-bener udah mendingan," jawab Aurora meyakinkan.

Arvin terlihat berpikir sejenak. Aurora pun kembali menenangkan kekasihnya itu.

"Kuliah gih, nanti selesai kuliah kamu kesini lagi ya? Kalau sekarang kamu gak kuliah gara-gara jaga aku, lebih baik aku sekarang pergi aja dari sini," ucap Aurora kemudian berusaha bangun dari tidurnya.

"Oke oke Ra, aku akan pergi kuliah, nanti aku akan langsung ke sini lagi ya?"

Aurora pun tersenyum lalu mengangguk. Lalu Arvin mulai beranjak dari duduknya dan mengusap wajah Aurora.

"Aku kuliah dulu ya," pamitnya lalu dijawab anggukan oleh Aurora.

Arvin berjalan melewati Tristan yang sedang duduk seorang diri tanpa menyadarinya.

Melihat Arvin telah pergi, Tristan pun masuk ke dalam kamar Aurora.

Aurora yang sedang memejamkan mata tiba-tiba mendengar suara langkah kaki mendekatinya.

"Kok balik lagi sayang?" tanya nya. Lalu ia membuka mata dan betapa terkejutnya ternyata yang berdiri di hadapannya saat ini bukanlah Arvin.

"Tristan."

Terpopuler

Comments

Rabiatuladawia Ade

Rabiatuladawia Ade

apa kira kira yang tristan lakukan pada aurora?
apa mau minta maaf atau makin mengzolimi aurora?

2023-11-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3 Pertemuan Tak Sengaja
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7 Jadilah Pacarku
8 Bab 8 Pacar Kontrakku
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13 Memiliki Maksud Lain
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17 Pacar
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20 Mencuri Ciuman
21 Bab 21 Kecewa
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 Hukuman
26 Bab 26 Bebaskan Aku
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30 Tak Pernah Jatuh Cinta
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33 Mencium (lagi?)
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36 Jadilah Istriku
37 Bab 37
38 Bab 38 Kau Milikku (18+)
39 Bab 39
40 Bab 40 Hampir Kehilangan Kesucian
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43 Bukan lagi kekasih kontrak
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46 Kau ingin lari dariku?
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49 Semakin ingin menikahi
50 Bab 50 Melakukan itu atau menikah (18+)
51 Bab 51 Keputusan
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54 Tak akan melepaskan
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59 Jangan pernah tinggalkan aku
60 Bab 60
61 Bonus Visual Tokoh Utama
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65 Menahan Hasrat ( 18+ )
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69 Menginginkan lebih
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74 Tristan Mencintai Aurora?
76 Bab 75 Tak Bisa Hidup Tanpanya
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79 Terkejut
81 Bab 80 Buktikan (18+)
82 Bab 81 Kesucian yang hilang (21+)
83 Bab 82 Bucin Akut
84 Bab 83 Jatah (18+)
85 Bab 84 Tidak Akan Memaksa
86 Bab 85 Menonton Film (21+)
87 Bab 86 Takdir yang sesungguhnya (21+)
88 Bab 87 Tak Bisa Dibantah
89 Bab 88 Belajarlah Mencintaiku (18+)
90 Bab 89 Berhenti kuliah
91 Bab 90 Panggil Aku Sayang (21+)
92 Bab 91 Belum Bisa Mempercayainya
93 Bab 92 Aku Suka Jika Kau Menurut
94 Bab 93 Apa yang Kalian Lakukan?
95 Bab 94 Jangan Mendekatiku
96 Bab 95 Apakah Kau Masih Mencintainya?
97 Bab 96 Mulai Belajar Mencintaimu
98 Bab 97 Sifat Paranoid
99 Bab 98 Pengantin Baru
100 Bab 99 Menginap
101 Bab 100 Layani Aku
102 Bab 101 Pergi Berbulan Madu
103 Bab 102 Pembuka Bulan Madu
104 Bab 103 Kau Adalah Canduku (21+)
105 Bab 104 Dinner
106 Bab 105 Wisata
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3 Pertemuan Tak Sengaja
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7 Jadilah Pacarku
8
Bab 8 Pacar Kontrakku
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13 Memiliki Maksud Lain
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17 Pacar
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20 Mencuri Ciuman
21
Bab 21 Kecewa
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 Hukuman
26
Bab 26 Bebaskan Aku
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30 Tak Pernah Jatuh Cinta
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33 Mencium (lagi?)
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36 Jadilah Istriku
37
Bab 37
38
Bab 38 Kau Milikku (18+)
39
Bab 39
40
Bab 40 Hampir Kehilangan Kesucian
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43 Bukan lagi kekasih kontrak
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46 Kau ingin lari dariku?
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49 Semakin ingin menikahi
50
Bab 50 Melakukan itu atau menikah (18+)
51
Bab 51 Keputusan
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54 Tak akan melepaskan
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59 Jangan pernah tinggalkan aku
60
Bab 60
61
Bonus Visual Tokoh Utama
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65 Menahan Hasrat ( 18+ )
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69 Menginginkan lebih
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74 Tristan Mencintai Aurora?
76
Bab 75 Tak Bisa Hidup Tanpanya
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79 Terkejut
81
Bab 80 Buktikan (18+)
82
Bab 81 Kesucian yang hilang (21+)
83
Bab 82 Bucin Akut
84
Bab 83 Jatah (18+)
85
Bab 84 Tidak Akan Memaksa
86
Bab 85 Menonton Film (21+)
87
Bab 86 Takdir yang sesungguhnya (21+)
88
Bab 87 Tak Bisa Dibantah
89
Bab 88 Belajarlah Mencintaiku (18+)
90
Bab 89 Berhenti kuliah
91
Bab 90 Panggil Aku Sayang (21+)
92
Bab 91 Belum Bisa Mempercayainya
93
Bab 92 Aku Suka Jika Kau Menurut
94
Bab 93 Apa yang Kalian Lakukan?
95
Bab 94 Jangan Mendekatiku
96
Bab 95 Apakah Kau Masih Mencintainya?
97
Bab 96 Mulai Belajar Mencintaimu
98
Bab 97 Sifat Paranoid
99
Bab 98 Pengantin Baru
100
Bab 99 Menginap
101
Bab 100 Layani Aku
102
Bab 101 Pergi Berbulan Madu
103
Bab 102 Pembuka Bulan Madu
104
Bab 103 Kau Adalah Canduku (21+)
105
Bab 104 Dinner
106
Bab 105 Wisata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!