Bab 7 Jadilah Pacarku

Keesokan harinya, seperti biasa kegiatan ospek mahasiswa baru masih dilaksanakan. Tristan yang pagi-pagi sudah berada di kampus bergegas turun ke lapangan bersama Indra. Tujuannya apalagi kalau bukan mengerjai gadis sombong bernama Aurora. Karena sesungguhnya Tristan sangat malas mengurus kegiatan seperti itu. Itulah sebabnya ia tak mengikuti organisasi apapun di kampus nya.

Ia memiliki uang di atas rata-rata mahasiswa yang berkuliah di sana, bahkan orang tuanya adalah donatur utama pada Universitas tersebut.

Tapi karena seorang wanita yang begitu angkuhnya, yang tanpa disadari telah berhasil menginjak harga dirinya, membuatnya ingin sekali melakukan hal-hal yang tak pernah dilakukannya. Seperti saat ini misalnya, ia sampai harus ke lapangan hanya untuk mencari Aurora dan mengerjainya lagi.

Sesampainya di lapangan, semua mata tertuju padanya. Bahkan anggota organisasi tertunduk hormat padanya dan mempersilahkan dia untuk berbicara dan bertindak atas para mahasiswa baru tersebut.

Tristan mulai mencari sosok Aurora. Tapi dia tak menemukan wanita itu. "Kemana gadis sombong itu?" pikirnya

Tak lama kemudian terlihat seorang gadis berambut coklat diikat kucir kuda sedang berjalan cepat. Karena mobilnya sempat mogok tadi saat berangkat, Aurora jadi terlambat tiba di kampusnya.

Tristan yang menangkap sosok itu tersenyum misterius.

"Hei kamu, udah tau terlambat kenapa gak berlari?" hardik Tristan menatap Aurora yang masih berjalan.

Aurora yang mendengar itu hanya menatap Tristan sambil terus berjalan. Ia memang tak bisa lelah karena penyakit jantung bawaannya, tapi Tristan kan tidak tahu?

"Cepat!" bentak Tristan.

Aurora masih berjalan tanpa berniat berlari. Karena berjalan cepat seperti ini saja rasanya begitu lelah dan engap engap. Melihat Aurora yang sangat lambat itupun membuat Tristan semakin marah dan membenci Aurora.

Bahkan di hadapan seluruh mahasiswa ini wanita itu masih saja menunjukkan sikap membangkangnya? Benar-benar tak bisa dibiarkan.

"Maaf kak saya terlambat," ucap Aurora ketika telah tiba di hadapan Tristan.

Indra yang saat ini mendampingi Tristan itu pun memperhatikan temannya itu. Memaklumi mengapa Tristan sangat kesal pada wanita cantik yang saat ini berdiri tak jauh darinya.

Selama mengenal Tristan, ia sangat paham bahwa lelaki itu adalah sosok yang mendominasi. Tak ada yang pernah membantah apalagi berani melawannya dengan terbuka.

"Bagus ya, sudah datang terlambat tapi bukannya buru-buru malah jalan bersantai," ucap Tristan dengan suara meninggi.

Aurora baru saja ingin mengatakan bahwa ia memiliki penyakit sehingga tak bisa berlari namun langsung disanggah oleh Tristan.

"Biasakan jangan membantah jika saya sedang berbicara, Nona Aurora Zanita," ucapnya membuat mata mereka yang berada di sana menoleh ke arah Tristan.

Bagaimana ia bisa tahu nama lengkap gadis itu?

Kira-kira begitulah yang terlihat dari tatapan mereka saat itu.

Aurora terdiam. Ia tak jadi berbicara. Percuma saja kalau pun ia bicara pasti akan dibilang alasan. Jadi biarkan saja.

"Sekarang kamu patuhi hukuman dari saya!" perintah Tristan menjentikkan jarinya. Pertanda Aurora harus lebih mendekat kepadanya.

Aurora berjalan mendekatinya lalu berdiri di hadapan lelaki itu.

"Kamu lihat pohon yang ada di sana?" tanya Tristan dengan menunjuk pohon yang berjarak 10 meter darinya.

Pohon itu besar dan rindang, memang sengaja dibiarkan tumbuh di tempat itu untuk tempat berteduh dari aktivitas kampus yang melelahkan. Di sekelilingnya terdapat kursi yang terbuat dari bata dan semen namun sudah dicat dengan baik sehingga terlihat rapih.

Aurora melihat sejenak ke arah yang ditunjukkan Tristan lalu menganggukkan kepala.

"Kamu pergi ke pohon itu, lalu berteriak lah," ujar Tristan memerintah.

Aurora mengerutkan dahi nya bingung, melihat Tristan bergantian dengan pohon itu. "Maksudnya berteriak di depan pohon tuh bagaimana?" pikirnya tak mengerti.

Melihat Aurora yang malah melamun membuat Tristan semakin kesal.

"Kamu dengar gak?" bentak Tristan membuat Aurora kaget.

"Kau menyuruhku berteriak di depan pohon itu?" tanya nya memastikan.

"Ya. Berteriak dan tanyakan pada pohon itu kamu cantik atau tidak."

Aurora membelalakkan matanya. Bertanya pada sebatang pohon? Bagaimana mungkin pohon bisa menjawabnya? Pria sinting.

"Ayo lakukan, kenapa malah berdiri bengong di sini?" perintah Tristan tak sabaran.

Dengan muka menahan amarah dan perasaan kesal bukan main, ia menuruti perintah tak masuk akal Tristan. Ia meletakkan tasnya begitu saja lalu berjalan mendekati pohon itu dan menatap Tristan sebentar. Kemudian mulai berteriak. "Hai pohon aku cantik gak?"

Melihat itu Tristan tersenyum puas. Indra dan yang lainnya pun ingin tertawa namun ditahan. Mereka takut jika tertawa terbahak-bahak akan membuat Tristan marah.

"Lu gila ya Tan, mana mungkin pohon bisa jawab pertanyaan dia," protes Indra dengan memperhatikan Aurora merasa kasihan.

"Biar aja, dia kira bisa main-main dengan Tristan," sahut Tristan tak peduli.

Indra melihat Aurora kasihan. Lagian cantik-cantik kenapa mau berurusan dengan Tristan, pikirnya.

"Kalian ingat, perhatikan gadis itu, jangan boleh berhenti jika belum ada perintah dariku," pesan Tristan kepada ketua organisasi yang berada di dekatnya.

"Baik kak, kami akan mengawasinya terus," jawab Ketua itu.

Tristan dan Indra pun pergi ke ruang khususnya yang biasa diberi nama pangkeng itu.

Aurora melihat Tristan yang sedang berjalan itu dengan tatapan semakin benci. "Dasar laki-laki sinting!" teriaknya dalam hati.

Lalu ia berteriak kembali menanyakan apakah dirinya cantik atau tidak kepada pohon yang ada di depannya itu.

"Ah kesal sekali boleh gak sih ini teriaknya aku ganti aja dengan Tristan sinting," teriaknya dalam hati.

Baru juga setengah jam berteriak yang tak kunjung dijawab, ia merasa suaranya sudah akan habis. "Sial, sampai kapan aku harus berteriak seperti orang gila begini? Sampai kiamat juga pohon ini gak akan bisa jawab!" teriaknya kesal lalu menendang pohon itu.

Tristan yang baru saja tiba di belakangnya pun tertawa puas. "Gimana? Udah dapat jawaban dari pohon tentang kecantikan kamu?"

Aurora membalikkan tubuhnya menghadap Tristan. "Aku gak nyangka ternyata selain sombong dan mau menang sendiri, kamu juga gila!"

Tristan tersenyum Arogan. "Aku udah peringatkan kamu dari awal nona, jangan pernah membangunkan macan yang sedang tertidur, sekarang gak ada jalan untuk kamu kembali lagi dan nikmati saja peranmu!"

"Kamu gak waras!" teriak Aurora tepat di depan wajah Tristan.

Tristan menarik pinggang Aurora hingga menempel pada tubuhnya. "Kamu akan lebih menerima ketidakwarasan dariku mulai saat ini nona."

Tristan merekatkan tubuh Aurora agar semakin dekat. Aurora pun mencoba melepaskan diri dengan memukul dada Tristan.

Tristan yang merasa risih lalu menangkap kedua tangan Aurora. Karena tenaganya tak sebanding dengan Tristan, Aurora pun hanya pasrah menghadapi manusia rimba di hadapannya itu.

"Jadilah pacarku," ucapnya menyentuh dagu Aurora.

Terpopuler

Comments

Rabiatuladawia Ade

Rabiatuladawia Ade

edan memang si tristan.
mana mau aurora klu bgtu.
dia sangat membenci mu sampai di tulang tulang nya😅

2023-11-15

0

jelita

jelita

bisa bisa nya habis ngehukum minta jadi pacar 😧

2023-09-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3 Pertemuan Tak Sengaja
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7 Jadilah Pacarku
8 Bab 8 Pacar Kontrakku
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13 Memiliki Maksud Lain
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17 Pacar
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20 Mencuri Ciuman
21 Bab 21 Kecewa
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 Hukuman
26 Bab 26 Bebaskan Aku
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30 Tak Pernah Jatuh Cinta
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33 Mencium (lagi?)
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36 Jadilah Istriku
37 Bab 37
38 Bab 38 Kau Milikku (18+)
39 Bab 39
40 Bab 40 Hampir Kehilangan Kesucian
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43 Bukan lagi kekasih kontrak
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46 Kau ingin lari dariku?
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49 Semakin ingin menikahi
50 Bab 50 Melakukan itu atau menikah (18+)
51 Bab 51 Keputusan
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54 Tak akan melepaskan
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59 Jangan pernah tinggalkan aku
60 Bab 60
61 Bonus Visual Tokoh Utama
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65 Menahan Hasrat ( 18+ )
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69 Menginginkan lebih
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74 Tristan Mencintai Aurora?
76 Bab 75 Tak Bisa Hidup Tanpanya
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79 Terkejut
81 Bab 80 Buktikan (18+)
82 Bab 81 Kesucian yang hilang (21+)
83 Bab 82 Bucin Akut
84 Bab 83 Jatah (18+)
85 Bab 84 Tidak Akan Memaksa
86 Bab 85 Menonton Film (21+)
87 Bab 86 Takdir yang sesungguhnya (21+)
88 Bab 87 Tak Bisa Dibantah
89 Bab 88 Belajarlah Mencintaiku (18+)
90 Bab 89 Berhenti kuliah
91 Bab 90 Panggil Aku Sayang (21+)
92 Bab 91 Belum Bisa Mempercayainya
93 Bab 92 Aku Suka Jika Kau Menurut
94 Bab 93 Apa yang Kalian Lakukan?
95 Bab 94 Jangan Mendekatiku
96 Bab 95 Apakah Kau Masih Mencintainya?
97 Bab 96 Mulai Belajar Mencintaimu
98 Bab 97 Sifat Paranoid
99 Bab 98 Pengantin Baru
100 Bab 99 Menginap
101 Bab 100 Layani Aku
102 Bab 101 Pergi Berbulan Madu
103 Bab 102 Pembuka Bulan Madu
104 Bab 103 Kau Adalah Canduku (21+)
105 Bab 104 Dinner
106 Bab 105 Wisata
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3 Pertemuan Tak Sengaja
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7 Jadilah Pacarku
8
Bab 8 Pacar Kontrakku
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13 Memiliki Maksud Lain
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17 Pacar
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20 Mencuri Ciuman
21
Bab 21 Kecewa
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 Hukuman
26
Bab 26 Bebaskan Aku
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30 Tak Pernah Jatuh Cinta
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33 Mencium (lagi?)
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36 Jadilah Istriku
37
Bab 37
38
Bab 38 Kau Milikku (18+)
39
Bab 39
40
Bab 40 Hampir Kehilangan Kesucian
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43 Bukan lagi kekasih kontrak
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46 Kau ingin lari dariku?
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49 Semakin ingin menikahi
50
Bab 50 Melakukan itu atau menikah (18+)
51
Bab 51 Keputusan
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54 Tak akan melepaskan
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59 Jangan pernah tinggalkan aku
60
Bab 60
61
Bonus Visual Tokoh Utama
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65 Menahan Hasrat ( 18+ )
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69 Menginginkan lebih
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74 Tristan Mencintai Aurora?
76
Bab 75 Tak Bisa Hidup Tanpanya
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79 Terkejut
81
Bab 80 Buktikan (18+)
82
Bab 81 Kesucian yang hilang (21+)
83
Bab 82 Bucin Akut
84
Bab 83 Jatah (18+)
85
Bab 84 Tidak Akan Memaksa
86
Bab 85 Menonton Film (21+)
87
Bab 86 Takdir yang sesungguhnya (21+)
88
Bab 87 Tak Bisa Dibantah
89
Bab 88 Belajarlah Mencintaiku (18+)
90
Bab 89 Berhenti kuliah
91
Bab 90 Panggil Aku Sayang (21+)
92
Bab 91 Belum Bisa Mempercayainya
93
Bab 92 Aku Suka Jika Kau Menurut
94
Bab 93 Apa yang Kalian Lakukan?
95
Bab 94 Jangan Mendekatiku
96
Bab 95 Apakah Kau Masih Mencintainya?
97
Bab 96 Mulai Belajar Mencintaimu
98
Bab 97 Sifat Paranoid
99
Bab 98 Pengantin Baru
100
Bab 99 Menginap
101
Bab 100 Layani Aku
102
Bab 101 Pergi Berbulan Madu
103
Bab 102 Pembuka Bulan Madu
104
Bab 103 Kau Adalah Canduku (21+)
105
Bab 104 Dinner
106
Bab 105 Wisata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!