"Jadilah pacarku," ucapnya menyentuh dagu Aurora.
Aurora terkejut hingga matanya pun melotot tak percaya. Ia mendorong tubuh Tristan hingga lelaki itu tergerak menjauhinya.
"Kau gila? Aku sudah memiliki kekasih," jawab Aurora.
"Aku tidak peduli, aku butuh kamu sebagai pacar kontrakku," ucap Tristan lagi tak mempedulikan penolakan Aurora.
"Kamu benar-benar sinting Tristan!" Sahut Aurora lalu pergi meninggalkan Tristan.
Tristan mengejar Aurora lalu mencekal tangan gadis itu hingga tubuhnya membentur tubuh Tristan.
"Sepertinya kamu melupakan sesuatu nona," ucap Tristan membelai wajah cantik Aurora.
"Aku paling gak suka dibantah apalagi mendengar penolakan, aku mau kamu jadi pacarku. Pacar kontrakku. Jadi mau tidak mau kamu harus menerima takdirmu nona," ucapnya sangat mendominasi.
"Menjauh lah dariku pria gila! Aku gak akan jadi pacar kamu meskipun cuma kontrak!" tolak Aurora berusaha menjauh.
Namun Tristan masih memegang tangan Aurora sehingga sulit sekali bagi Aurora untuk melepaskan diri darinya.
"Lepasin aku brengsek!" teriak Aurora jengah.
"Aku gak peduli kamu setuju atau gak Aurora Zanita, aku mau kamu yang menjadi pacarku, maka tak ada yang bisa mengubah itu," sahut Tristan semakin semena-mena.
"Aku gak bisa putus dari Arvin hanya untuk menuruti manusia rimba seperti kamu!" tolak Aurora tegas.
"Oh ya? Aku akan membuat dia sendiri yang meninggalkan kamu nona," sahut Tristan dengan senyum smirk nya.
"Terserah apa kata kamu, aku gak peduli Tristan, Arvin itu mencintai aku, jadi gak semudah itu membuat dia berhenti mencintaiku," jawab Aurora melepaskan diri dari genggaman Tristan, lalu pergi meninggalkannya.
Tristan melepas genggaman tangannya dan menatap kepergian Aurora dengan ekspresi misteriusnya.
Setelah pulang kuliah, seperti biasa Arvin menjemput Aurora di persimpangan fakultasnya. Karena jadwal Arvin hari ini kebetulan sama dengan Aurora, selesai kuliah pada pukul 13.00.
"Halo sayang, udah lama nunggu?" Tanya Arvin ketika tiba di sisi Amara.
"Nggak kok, aku belum lama nunggu," jawab Aurora tersenyum lalu berjalan mendekati Arvin.
Bersamaan dengan itu Tristan sedang berjalan menuju parkiran. Tanpa sengaja ia melihat sepasang sejoli itu sedang bercengkrama.
"Cih sok romantis," gumamnya merasa jijik namun tetap memperhatikan mereka.
Arvin memberikan helm kepada Aurora lalu memakaikan di kepala gadis cantik itu.
"Yuk pulang," ucapnya setelah selesai memakaikan helm.
Aurora mengangguk kemudian duduk di jok belakang motor Arvin. Ia mulai berpegangan pada Arvin dan melingkarkan tangannya di tubuh pria yang dicintainya itu. Setelah itu pun motor Arvin berlalu.
Melihat mereka pergi, Tristan tersenyum sinis.
"Aurora, kamu telah mengusikku dengan kesadaranmu sendiri dan kini kamu harus menanggungnya. Akan ku buat pria yang kamu cintai itu pergi meninggalkan kamu," ucapnya percaya diri lalu bergegas menuju mobilnya.
Sesampainya di rumah, Tristan disambut oleh opa nya yang saat ini sedang duduk di ruang keluarga. Berhubung kamar Tristan ada di lantai 2 dan melewati ruang keluarga, maka opa yang sedang duduk di tempat itu pun melihat cucu nya melintas.
"Tristan," panggil opa.
Tristan menoleh lalu mendekat ke arah opa nya. Ia mencium tangan opa yang sangat disayangi dan dihormatinya itu.
"Opa udah sehat?" tanya Tristan lalu duduk di sofa yang berada di hadapan Opa.
"Seperti yang kamu lihat Tristan, opa baik-baik saja. Tapi keadaan opa gak selamanya begini kan?" jawab opa terdengar ambigu.
"Opa ngomong apa sih," sahut Tristan memang tak mengerti.
"Opa sudah tua Tristan, mungkin umur opa sudah tak lama lagi," ujar Opa dengan menatap Tristan.
"Apaan sih opa, kok gitu ngomongnya," jawab Tristan merasa khawatir.
"Opa serius Tristan, sebelum opa mati opa ingin sekali melihat kamu menikah. Tapi karena saat ini kamu masih menempuh kuliah akhir, rasanya gak mungkin untuk menikahkan kamu," jawab Opa dengan nada serius.
"Ya ampun Opa, emang nikah itu semudah itu apa, banyak hal yang harus dilalui opa. Seperti misalnya pengenalan antar pasangan, pengenalan keluarga, hubungan antar pasangan dan sebagainya," sahut Tristan menjelaskan.
"Justru itu, karena tidak mungkin menikah dalam waktu dekat, opa ingin bertemu dengan pacarmu, agar opa yakin kalau cucu opa ini benar-benar akan menikah suatu hari nanti," jawab opa.
"Kamu punya kekasih kan?" tanya opa nya lagi.
"Iya, punya dong Opa," jawab Tristan berbohong. Sejak kapan ia memiliki kekasih? Perempuan aja banyak yang ditolaknya dengan alasan tak suka perempuan manja.
Padahal tak semua perempuan bersifat manja, namun mindset Tristan sudah terbentuk seperti itu. Sehingga sulit sekali para wanita untuk mengambil hatinya.
Karena hal itu juga Opa nya semakin merasa khawatir. Ia tak mau jika cucu tersayangnya pada akhirnya melakukan hubungan yang menyimpang, maka dengan memanfaatkan sakitnya, opa ingin memaksa Tristan agar bersikap senormalnya pria, yaitu memiliki pendamping.
"Opa mau bertemu dengan dia ya, opa ingin tahu apakah pilihan kamu adalah orang yang tepat atau tidak," pinta opa.
"Aku akan segera membawanya kepada Opa, aku akan bicara dulu padanya," jawab Tristan seolah sudah memiliki kekasih.
Opa manggut-manggut senang. "Kamu adalah penerus bisnis keluarga ini Tristan, jika kamu bisa mempertahankan hubungan dengannya sampai kamu lulus dan bisa meneruskan perusahaan, maka semua aset yang menjadi milikmu bisa kamu gunakan. Tapi jika kamu gagal dan terhenti di tengah jalan, maka aset itu tidak bisa kamu gunakan sampai kamu menemukan pasanganmu kembali," ancam opa.
Tristan terkejut mendengar perkataan opa nya.
"Opa, tapi apa itu ga terlalu berlebihan," ucap Tristan berusaha berkompromi.
"Tentu saja tidak Tristan, itu hal yang mudah bukan? Kau hanya tinggal membawa pasanganmu kepada opa dan menikah dengannya setelah kamu meneruskan perusahaan," jawab opa nya tak ada toleransi.
"Baiklah opa, jika itu yang opa inginkan, aku akan penuhi," jawab Tristan menurut.
Hanya opa lah yang membuat Tristan sedikit mengalah, karena ia sangat menyayangi opa. Terutama saat ini opa tidak bisa dibantah karena kesehatannya sedang menurun. Bisa terjadi hal yang tidak diinginkan jika Tristan tidak menuruti opa nya.
"Bagus, gitu dong, baru namanya cucu opa," sahut opa menepuk-nepuk bahu Tristan.
"Kapan kamu akan membawa kekasihmu kepada opa?" tanya Opa tak sabaran.
"Secepatnya aku akan bawa dia ke opa, aku harus berbicara dulu padanya opa," jawab Tristan.
"Oke baiklah, opa bisa menunggu, tapi jangan terlalu lama, paling lambat Minggu depan ya," jawab opa lalu tersenyum senang kepada Tristan.
"Minggu depan?" tanya Tristan memastikan ia tak salah dengar.
"Iya, bisa kan?" jawab Opa.
"Bisa opa," sahut Tristan meyakinkan.
"Oh iya siapa nama pacarmu Tris?" tanya Opa yang baru teringat jika dia belum kenal dengan kekasih cucunya itu.
"Namanya Aurora opa," jawab Tristan mantap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Rabiatuladawia Ade
wow tristan PD banget ngaku pacar aurora.😂
padahal dia tau bahwa aurora sangat membenci nya
2023-11-15
0