“Apa ini Tuan?” tanya Adam bingung.
“Anggap saja ini adalah kompensasi dari
kami untuk bapak,” jawab Harun bermaksud baik.
“Maaf Tuan, saya tidak memerlukan ini, karena melihat keponakan saya akan dirawat oleh orang sebaik kalian saja saya sudah sangat bersyukur,” ucapnya jujur.
“Tidak apa-apa pak, anggap saja ini membantu keuangan bapak, bukankah tadi bapak bilang bahwa keluarga bapak miskin? Mungkin sedikit uang ini bisa membantu kehidupan bapak ke depannya,” ucap Risa membantu menjelaskan.
Adam terlihat ragu. Uang ini terlalu banyak untuk diterimanya. Ia akan merasa lebih berdosa karena dianggap seperti sedang menjual keponakannya sendiri. Ia menatap cek itu dengan tatapan nanar.
“Maaf Tuan, saya…bukan bermaksud untuk menolak kebaikan yang Tuan dan Nyonya berikan, tapi jika saya menerima uang sebanyak ini, saya merasa semakin bersalah kepada bayi itu. Saya seperti seorang paman yang sedang menjual keponakannya sendiri,” jawabnya agak ragu.
Harun dan Risa berpandangan. Mereka seakan mengerti yang dirasakan Adam.
“Pak Adam, anggaplah ini sebagai bantuan untuk keluarga bapak, bukankah bapak memiliki anak yang harus dibesarkan juga? Dan ketika alm. Adikmu mengandung, pasti juga menghabiskan biaya yang lumayan untuk kebutuhannya kan?” tanya Harun dengan hati-hati.
“Maka terima lah uang ini sebagai bantuan dari kami, dan kami juga akan sangat berterima kasih jika kamu mau menerimanya. Kebahagiaan kami belum utuh jika kami mengambil bayi ini tanpa memberi bantuan terhadap keluargamu,” jelas Harun lagi.
Kali ini sepertinya penjelasan Harun bisa lebih diterima oleh Adam. Ia mulai menatap cek itu dengan tatapan haru.
“Tuhan begitu baik pada kami sehingga Dia mempertemukan saya dan keponakan saya dengan Tuan dan Nyonya. Terima kasih atas bantuannya Tuan,” ucapnya dengan haru dan meneteskan airmata.
Harun melangkah mendekat ke Adam, lalu menepuk pundaknya. “Kamu tidak perlu sungkan Adam, kami yang harusnya berterima kasih kepadamu karena telah menitipkan malaikat kecil seperti ini. Apa yang kami berikan tak sebanding dengan perjuangan adikmu dan juga yang kami terima,” ucap Harun menenangkan hati Adam.
Adam yang telah berurai airmata haru segera memeluk Harun tanpa ragu. “Terima kasih Tuan, terima kasih atas kebaikan Tuan kepada kami.”
“Sama-sama,” sahut Harun tersenyum sambil menepuk punggung Adam.
Kemudian Adam melepaskan pelukannya lalu pamit pada keluarga kecil itu. “Kalau begitu saya permisi ya Tuan, Nyonya, saya titip keponakan saya,” pamitnya kemudian berjalan meninggalkan mereka.
********
Pagi itu di rumah keluarga Dirgantara, aura yang terpancar sangat berbeda dari biasanya. Hari itu itu seperti dunia bersinar lebih terang dari biasanya. Rumah yang biasanya sepi, saat ini terasa ramai dan begitu memancarkan kebahagiaan.
Harun Dirgantara dan istrinya yaitu Risa Anastasya baru saja mengadopsi seorang bayi perempuan yang cantik jelita. Bayi itu ditemukan semalam ketika mereka dalam perjalanan pulang.
“Cantik banget ya mas anak kita,” ucap Risa sambil menunjukkan putri kecilnya pada suaminya.
“Iya sayang, dia cantik sekali, walau gak lahir dari rahimmu tapi wajahnya cantik seperti kamu,” sahut suaminya sambil mengusap pipi si bayi kecil.
“Mas, karena sekarang kita udah punya anak, panggilannya jangan mas dong, tapi papa, yah?” tanya Risa senang.
“Oh iya juga ya sayang, ya udah mulai sekarang panggilan kita jadi mama dan papa aja ya supaya anak kita nanti bisa nyaman dengan panggilannya,” jawab Harun menyetujui.
Risa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. “Pa, kita belum kasih nama anak perempuan ini loh.”
“Oh iya papa sampai lupa, kita kasih nama siapa ya bagusnya? Kamu ada ide?” tanya suaminya antusias.
“Gimana kalau kita kasih nama dia Aurora aja pa? Aurora Zanita,” usul Risa.
“Aurora Zanita?” ujar Harun dengan tangan di dagu terlihat berfikir.
“Iya pa, seperti fajar di pagi hari, supaya bisa menerangi keluarga kita dengan cahaya,” ucap Risa terlihat sangat bangga.
“Boleh juga, nama itu juga terdengar cantik,” jawab Harun pertanda setuju.
“Syukurlah kalo mas Harun suka, eh papa suka hehehe,”ucap Risa lalu tersenyum memandangi putri kecilnya.
“Gimana sih ma, baru aja bentar tapi udah lupa sama panggilan yang dibuat sendiri,” sahut Harun heran.
“Hehehe iya soalnya kan baru, oh iya kapan kita mau akikahkan Aurora pa?” tanya Risa.
“Oh iya ya, minggu depan aja ya, karena kita kan harus menyiapkan semuanya dengan matang,” jawab Harun mengusulkan.
“Oke pa aku ikut aja,” sahut Nisa lalu membawa Aurora dalam gendongannya.
“Aku mau bawa Aurora ke taman belakang pah, biar hirup udara segar, yuk,” ujar Risa mengajak sang suami untuk mengikutinya.
Harun pun mengikuti istrinya dengan perasaan senang.
Sejak hari itu, Risa dan Harun sibuk merawat Aurora dengan penuh kasih sayang. Ia bahkan membelikan baju dan juga sepatu yang cantik dan banyak jumlahnya untuk Aurora pakai bergantian setiap kali ingin pergi keluar rumah.
Risa dan Harun sangat senang karena akhirnya penantian mereka yang begitu lama dalam menanti buah hati, dijawab sudah dengan kehadiran Aurora. Mereka merawat Aurora seperti anak kandungnya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, Aurora tumbuh menjadi gadis yang cantik tanpa mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Kasih sayang yang diberikan kedua orang tua angkatnya membuatnya tak pernah merasa seperti anak angkat.
Flashback Off
********
Aurora saat ini berusia 18 tahun dan baru saja lulus Sekolah Menengah Atas di sekolahnya. Ia memiliki kekasih bernama Arvin.
Mereka bertemu saat mengikuti sebuah lomba cerdas cermat antar sekolah yang diselenggarakan masing-masing sekolah mereka saat itu. Usia Arvin lebih tua dua tahun dari Aurora, sehingga ketika Aurora saat ini lulus sekolah, Arvin telah menjalani semester IV pada Perguruan Tingginya.
Tidak seperti Aurora yang hidup di lingkungan keluarga kaya, Arvin adalah laki-laki sederhana yang hidup dalam lingkungan keluarga sederhana juga. Namun karena kegigihan dan juga kelembutan sikapnya, Aurora pun jatuh cinta pada Arvin tanpa syarat apapun.
“Ra, selamat ya kamu akhirnya lulus dengan nilai yang bagus,” ucap Arvin ketika sedang menjemput Aurora di sekolahnya, setelah melihat pengumuman.
“Arvin, kamu ini ngagetin aja,” sahut Aurora kaget karena Arvin tiba-tiba muncul dari belakangnya.
“Hehehe, ini aku kasih bunga yang kamu suka,” jawabnya lalu memberikan setangkai bunga mawar kepada Aurora.
Aurora menerimanya dengan hati senang, jarang-jarang Arvin memberinya bunga mawar seperti ini. “Uhh pacar aku romantis banget sih,” sahut Amira menerima mawar itu.
“Iya dong kan pacar aku request bunga di hari kelulusannya,” jawab Arvin tersenyum.
“Tapi maaf ya Ra, kalo bunga nya cuma setangkai, aku gak bisa kasih bucket kaya cowok-cowok lain,” ucapnya sedih.
“Ih gak apa-apa sayang, gini aja aku udah seneng kok,” jawab Aurora menggandeng lengan Arvin.
“Makasih ya, kamu selalu ngertiin aku,” ujar Arvin merasa bersyukur.
“Sama-sama, kamu juga pengertian dan baik banget,” jawab Aurora senang.
“Itu karena aku sayang sama kamu dong hehehe. Yuk pulang Ra,” ajak Arvin lalu pergi bersama meninggalkan tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Rabiatuladawia Ade
masih nyimak.
tapi seperti nya bagus cerita nya
semangat thor
2023-11-15
0