"Tristan," gumam Aurora dengan terkejutnya, melihat Tristan berdiri di pintu.
Tristan berdiri di samping ranjang Aurora dan menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Mau apa kamu datang ke sini?" tanya Aurora kasar.
"Bagaimana kondisi kamu?" tanya Tristan.
"Nggak usah sok peduli dengan kondisi aku, karena semua ini kamu yang menjadi penyebabnya," jawab Aurora memutar tubuhnya membelakangi Tristan.
"Aku bukan perhatian sama kamu, tapi aku sedang memikirkan diriku sendiri. Aku bertanggung jawab atas kamu untuk hari ini, jadi aku harap keadaan kamu baik-baik aja," jawab Tristan yang terdengar sedikit keterlaluan.
Aurora merasa kesal mendengar itu. "Dasar laki-laki tak berperasaan," ucapnya namun hanya di dalam hatinya.
"Ra," panggil Tristan merasa diacuhkan. Namun Aurora memilih tak mempedulikannya, ia tetap berbaring dengan membelakangi Tristan.
"Aurora Zanita," panggil Tristan lagi dengan suara lebih tinggi.
"Berbalik sendiri atau kamu mau aku yang memutar tubuh kamu menghadap ku," ancamnya.
Aura bergeming. Ia tak peduli apapun yang dikatakan Tristan. Ia cukup kesulitan dengan penyakitnya saat ini. Ia tak ingin membebani pikirannya dengan meladeni laki-laki menyebalkan seperti Tristan.
Melihat Aurora yang tak juga bergerak, Tristan pun duduk di ranjang Aurora, lalu mengunci tubuh Aurora dengan kedua tangannya.
Aurora pun kaget dengan yang Tristan lakukan sehingga mau tak mau ia memutar tubuhnya menghadap Tristan. Kali ini Aurora berada di bawah tubuh Tristan yang sedang duduk di ranjangnya itu.
"Apa-apaan sih kamu ini Tristan!" Bentak Aurora.
"Aku udah bilang aku tak suka diabaikan Aurora, dan aku bisa melakukan apapun kepada kamu agar kamu mulai menuruti perkataanku," jawab Tristan dengan suara tertahan.
"Kamu mau aku bersikap bagaimana Tristan? Kau bilang kamu tidak perhatian padaku kan? Lantas, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak masalah jika kamu tidak peduli kepadaku," ucap Aurora jengah.
"Kamu yang menjadi penyebab aku sakit Tristan, jadi aku tak banyak berharap terhadapmu meskipun kamu mengunjungi ku."
Tristan tersenyum tipis. "Bahkan dalam keadaan lemah seperti ini kau masih saja bersikap angkuh nona Aurora," jawab Tristan menyeringai.
Aurora tak peduli. Ia memalingkan wajahnya agar tak berhadapan dengan laki-laki menyebalkan seperti Tristan.
Kemudian Tristan beranjak dari posisi nya hingga berdiri kembali di sebelah ranjang Aurora.
"Kamu harus istirahat, agar bisa segera pulang. Aku gak mau direpotkan terlalu lama untuk menjaga kamu," ucap Tristan ketika ia telah kembali di posisi semula.
Mendengar itu, Aurora memutar tubuhnya dan menatap Tristan. "Aku gak minta kamu untuk jaga aku Tristan, ada Arvin yang menjaga aku, jadi kamu tak perlu repot-repot."
"Arvin," sahut Tristan, menarik ujung bibirnya membentuk senyuman sinis.
Aurora menatap ekspresi Tristan yang aneh. "Apa yang direncanakannya?" Batin Aurora.
"Aurora, mulai sekarang kamu harus mulai menjauhi Arvin."
"Kenapa?" Aurora bingung.
"Kamu lupa? Kamu akan menjadi pacarku untuk 16 bulan ke depan, dan selama itu juga kamu tak bisa menjalin hubungan dengan laki-laki lain."
"Aku gak pernah bilang aku mau, Tristan."
"Kamu gak ada pilihan nona," jawab Tristan tak peduli.
"Terserah! Aku tetap tak akan menuruti kamu," sahut Aurora lalu memutar tubuhnya.
Tiba-tiba suster datang mengantarkan makanan untuk pasien. Tristan pun berinisiatif membuka penutup makanan itu.
"Makan," ucap Tristan singkat lalu menyerahkan mangkuk berisi bubur itu kepada Aurora.
Aurora melihat mangkok itu lalu berusaha mengambilnya, namun ditahan oleh Tristan.
"Kamu mau makan sambil tidur begitu?" Tanya Tristan lalu membantu membenarkan posisi kepala Aurora dengan menyetel kasurnya.
Aurora menurut, mungkin karena perutnya yang sudah terasa lapar. Tristan meletakkan makanan Aurora di atas pahanya dengan meja kecil sebagai penahannya.
"Bisa makan sendiri kan?" Tanya Tristan acuh.
Aurora tak menjawab. Ia hanya diam dan memulai aktivitas makannya secara perlahan. Sebenarnya ia kesal Tristan ada di ruangannya, namun ia sedang tak ada tenaga untuk ribut dengan laki-laki itu.
Aurora makan buburnya dengan perlahan tanpa bicara ataupun menatap Tristan. Laki-laki itu pun tak begitu peduli bagaimana reaksi Aurora terhadapnya. Ia hanya ingin memastikan Aurora membaik dan mengembalikan Aurora pulang dengan baik.
Meskipun begitu, Tristan tetap membantu Aurora. Ia menyiapkan buah yang telah disediakan rumah sakit untuk gadis itu, sehingga Aurora bisa langsung memakannya. Aurora malah merasa risih dengan sikap Tristan.
"Kamu ngapain sih? Nggak usah sok bantu aku deh," ujarnya kesal.
"Aku hanya membantu agar kamu mudah Aurora, apa yang salah?"
"Aku nggak suka, aku bisa sendiri."
"Turunkan lah kesombongan kamu sedikit," sahut Tristan berusaha sabar.
"Aku nggak suka kamu membantu aku Tristan, aku nggak mau punya hutang budi sama kamu," jawab Aurora kesal.
Mendengar itu Tristan tertawa renyah. "Ayolah Aurora, jangan berlebihan, hanya membantu kamu makan tak akan menjadikanmu hutang budi."
"Lalu bagaimana caranya agar aku tak lagi berurusan dengan kamu?" Tanya Aurora menatap Tristan.
Untuk sesaat Tristan balas menatap Aurora. Ia tak langsung menjawab gadis itu. Namun beberapa detik berikutnya Tristan mulai duduk di pinggir ranjang Aurora dengan tubuh menghadapnya.
"Kenapa kamu nggak minta ini di awal? Kalau kamu bilang seperti ini pada saat awal kita bertemu, mungkin aku bisa mempertimbangkannya," ucap Tristan dengan menatap Aurora dan tubuh yang berada tepat di hadapan Aurora.
"Tapi untuk saat ini..sudah terlambat nona, kau telah masuk dalam rencana ku," imbuhnya.
"Rencana apa maksud kamu?" tanya Aurora sedikit bingung.
"Apakah membuatku menjadi pacar kontraknya adalah sebuah rencana buruk?" batin Aurora sambil terus berpikir.
Tristan memajukan tubuhnya agar lebih dekat pada Aurora. "Kamu akan tahu jika kamu telah keluar dari rumah sakit."
"Aku tak berniat menjelaskan apapun kepada orang yang sedang terbaring lemah sepertimu," ucapnya lagi lalu tersenyum SMIRK.
"Kamu menyebalkan Tristan, bisakah kamu belajar untuk lebih peduli kepada orang lain?" tanya Aurora.
"Belajar apa? Aku saat ini sedang belajar kan? Aku datang ke sini untuk melihat kondisi kamu, lalu aku membantu kamu menyiapkan apa yang akan kamu makan," sahut Tristan tak terima.
"Ini bukan karena kamu peduli padaku, melainkan dirimu sendiri kan? Kamu takut orang tuaku kecewa karena kau membuat anak mereka sakit?" tanya Aurora merasa yakin.
"Ya salah satunya karena itu," jawab Tristan masih duduk di ranjang Aurora dengan tatapan masih tertuju gadis itu.
"Menjauh lah dariku Tristan, berada di dekatmu itu membuat aku sakit kepala," ucap Aurora mengusir Tristan.
Tristan tak mempedulikannya. Ia tetap duduk dir ranjang Aurora dengan posisi menghadap Aurora.
Baru saja tangan Aurora ingin mengusir Tristan, tiba-tiba pintu di buka oleh seseorang, membuat Aurora dan Tristan menoleh bersamaan.
"Arvin," suara Aurora terdengar begitu pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Bella syaf
ceritanya seru juga 😁
2024-09-14
0