Aurora telah tiba di rumahnya bersama Tristan. Pak Harun dan Bu Risa yang memang sedang menunggu mereka, segera menyambut keduanya di depan pintu rumah.
Tristan dan Aurora berjalan berdampingan ke arah pintu hendak masuk ke dalam, namun lebih dulu disambut oleh kedua orang tuanya.
"Ra, gimana kondisi kamu?" tanya mamanya lalu memapah putri semata wayangnya masuk ke dalam rumah.
"Aku gak apa-apa ma, tadi cuma kelelahan aja di kampus," sahut Aurora melangkahkan kaki nya menuju kursi ruang tamu nya.
"Terima kasih ya Tristan, kamu telah menjaga putri om dan mengantarkannya pulang," ucap Harun kepada Tristan.
"Sama-sama om, sudah tugas saya sesuai dengan janji saya tadi," jawab Tristan ramah.
Mendengar itu, Aurora pun mencibir. "Yang menjaga aku seharian ini itu Arvin, bukan kamu."
Harun menoleh. "Arvin? Siapa itu?" tanya ayahnya sedikit heran. Sepertinya ia belum pernah mendengar nama itu.
"Arvin adalah pa..," belum sempat Aurora menyelesaikan kalimatnya, Bu Risa telah memotongnya terlebih dahulu.
"Itu loh pa, temen SMA nya Aurora, dulu sering bantu tugas sekolah. Orangnya pinter banget soalnya," jawab Bu Risa melirik Aurora.
Aurora yang merasa bahwa mamanya seperti ada maksud lain pun hanya mengikuti yang dilakukan Bu Risa.
"Kenapa ya mama sepertinya tidak mau jika aku menceritakan soal Arvin kepada papa?" batin Aurora bingung.
"Oh, sepertinya papa belum pernah mendengar namanya," jawab Harun lalu duduk di sofa yang berada di ruang tamunya. Begitupula dengan yang lain.
"Memangnya ada teman Aurora yang papa ingat namanya?" tanya Risa mencoba mengalihkan perhatian suaminya.
"Oh iya juga sih, papa gak mengenal hampir semua teman-teman Aurora ya," jawab ayah Harun tertawa kecil.
Aurora dan Bu Risa berpandangan sesaat, kemudian ikut tersenyum.
"Maaf Om dan Tante, kalau begitu saya izin pulang saja ya, saya rasa Aurora butuh istirahat," ucap Tristan lalu berdiri dari duduknya.
Pak Harun pun ikut berdiri, disusul Bu Risa dan Aurora.
"Baiklah nak, sekali lagi terima kasih ya telah mengantarkan Aurora sampai rumah dan bersedia menjaganya hampir seharian ini," ucap Pak Harun menepuk pundak Tristan.
"Nggak usah berterima kasih om, saya merasa senang bisa menjaga Aurora," jawab Tristan ramah.
"Cih, pintar sekali orang ini bersandiwara, menjijikan," ucap Aurora dalam hatinya dengan pandangan yang sinis.
Tristan menangkap ekspresi wajah Aurora lalu tersenyum tipis.
"Dia lucu juga jika kesal seperti itu," ucap Tristan dalam hatinya.
Tristan pun berjalan bersama Pak Harun dan Bu Risa hendak mengantar Tristan hingga pintu rumahnya. Sedangkan Aurora tak berniat untuk mengantar lelaki itu.
"Kamu gak ikut mengantar Tristan ke depan Ra?" tanya Oak Harun yang tersadar jika putrinya masih duduk manis di sofa.
"Aku di sini aja pa," jawab Aurora malas.
"Iya biar Aurora duduk aja om, kasihan masih belum pulih tubuhnya," sahut Tristan lalu menoleh ke Aurora sekilas.
Aurora membuang pandangannya ke tempat lain. Sungguh muak sekali melihat sikap Tristan yang seperti memiliki 2 kepribadian itu.
"Pandai sekali ia berpura-pura, ah menyebalkan," gerutu Aurora ketika mereka telah menjauh darinya.
Aurora pun memilih pergi dan masuk ke dalam kamarnya. Badannya masih belum pulih benar, sehingga ia ingin istirahat di kamar tercintanya.
Setelah merebahkan dirinya, ia mengambil ponsel bermaksud menghubungi Arvin. Ia tadi telah berjanji untuk memberinya kabar ketika telah tiba di rumah.
"Aku udah di rumah Vin, sekarang lagi istirahat di kamar," bunyi chat dari Aurora.
"Baguslah kamu udah sampai, aku juga belum lama sampai di rumah. Bagaimana kondisi kamu?"
"Aku baik sayang, hanya perlu istrahat aja nih, karena rasanya lebih mudah lelah dari yang biasanya."
"Ya udah kamu istirahat aja ya Ra. Oh iya si Tristan itu gimana? Langsung pulang?"
"Tadi sih dia mampir sebentar lalu pulang, aku langsung masuk kamar Vin, males lama-lama sama dia."
"Baiklah, ya udah, kamu tidur ya istirahat, besok jangan terlalu lelah ya. Love you."
"Oke Vin, kamu juga istirahat ya. Love you too."
Aurora mengakhiri chat nya bersama Arvin lalu meletakkan ponselnya di nakas.
Baru saja akan memejamkan mata, pintu kamar Aurora dibuka oleh mamanya.
"Kamu udah tidur sayang?" tanya Bu Risa ketika melangkah menghampiri Aurora.
Aurora beranjak dari tidurnya dan duduk di tempat tidur. "Belum ma, ada apa?"
Bu Risa duduk di sebelah putrinya. "Nggak apa-apa, mama cuma mau tanya aja sama kamu."
"Tanya apa ma?"
"Kamu dan Arvin masih menjalin hubungan?"
Aurora mengangguk. "Kenapa? Kok mama menanyakan itu?"
"Nggak apa-apa sayang, tapi papa kan belum tahu mengenai hubungan kamu dan Arvin, ada baiknya kamu jangan bilang dulu ke papa."
"Memangnya kenapa ma?" tanya Aurora bingung.
Bu Risa terdiam. Ia bingung bagaimana menyampaikannya kepada Aurora, jika suaminya terlalu protektif kepada putrinya. Pak Harun pasti tidak menyetujui hubungan Aurora dengan Arvin karena Arvin tidak berasal dari keluarga kaya. Lain halnya dengan Tristan, selain anak dari teman lamanya, Tristan adalah calon penerus perusahaan besar milik keluarganya.
"Ma? Kok diam aja?" tanya Aurora heran karena tiba-tiba mamanya melamun.
"Eh iya nggak apa-apa kok, jadi papa itu kan laki-laki, gak mudah menerima putrinya tiba-tiba memiliki hubungan dengan laki-laki. Seorang ayah bisa sangat protektif terhadap anaknya Ra," Bu Risa berusaha menjelaskan.
"Begitu?" tanya Aurora memastikan.
"Iya, jadi baiknya kamu cerita itu nanti saja, ketika usiamu kira-kira sudah mencukupi ya."
"Ya baiklah ma, aku menurut saja," jawab Aurora tersenyum.
"Ya udah gih, kamu istirahat dulu, kan belum pulih benar," ucap Risa lalu beranjak dari tempat tidur Aurora.
Aurora memasang wajah tersenyum hingga mamanya menghilang dari balik pintu.
Kemudian ia mulai berbaring di tempat tidurnya dengan mata terpejam. Namun tak jua terlelap.
Ia teringat akan perkataan mama nya yang melarang menceritakan tentang Arvin kepada ayahnya.
Mengapa? Pasti bukan karena aku yang belum cukup umur. Aku sudah dewasa. Aku sudah bisa membedakannya yang baik dan tidak. Pasti ini ada alasan lain, hanya saja mama tak mau berterus terang kepadaku.
Apakah papa tak menyetujui hubunganku dengan Arvin jika ia mengetahuinya?
Tapi kenapa? Arvin bahkan pria yang lebih baik daripada Tristan.
Apa karena Arvin bukan berasal dari keluarga kaya? Sehingga papa tak bisa menerimanya jika tahu tentang hubunganku?
Aurora terus memikirkan itu sepanjang malam. matanya terpejam namun tak tertidur. Ia memikirkan jika hubungannya dengan Arvin jika tidak disetujui oleh papanya, maka akan semakin sulit untuk menyingkirkan Tristan dari hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Bella syaf
iya juga ya Arvin baik banget, tapi tokoh utamanya Tristan 🥹
2024-09-15
0
Meyginia
Tristan manipulatif... jadi greget. Arvin kayaknya terlalu baik kalau untuk dijahatin
2023-09-17
1