Mimpi burukku.
Sebisa mungkin aku kendalikan diriku agar tidak melukai guru atau teman-teman. Aku memperhatikan lagi Iblis yang tampaknya mengendalikan kekacauan ini. Sepertinya dia juga yang tadi berusaha mengontrolku dengan sihirnya.
Vy melingkari pergelangan tanganku. Itu memperkuat sihir yang akan aku tembakkan. Aku menembakkan sihir hitam ke Iblis itu. Namun itu tidak memberikan damage sama sekali. Melihat satu tanduknya yang patah dan luka di wajahnya. Serta sebelah tangannya yang putus, sepertinya aku tau siapa dia. Dia adalah salah satu Iblis besar yang jahat di dunia Iblis. Dia menentang Dewa Iblis yang menentang kematian Dewa Iblis, dan menuntut dendam kepada orang-orang yang terlibat dalam kematiannya. Dia adalah 'Nightmare'. Bagaimana aku mengetahuinya? Sebuah buku yang di tulis langsung oleh Bunda ku temukan di ruang rahasia. Itu adalah buku yang menjelaskan masa lalu para Iblis dan banyak hal tentang Iblis.
Dari rincian yang di tulis Bunda, tampaknya agak sulit untuk mengalahkan Nightmare tanpa sihir atribut cahaya. Sementara aku sama sekali tidak bisa melakukan sihir itu. Nightmare adalah salah satu Iblis kabut yang berspesialisasi pada ilusi dan mengendalikan pikiran lawan.
Dengan kata-kata manis atau tatapannya, dia menghadirkan ketakutan terbesar lawannya dan membuat lawannya mematuhi perintahnya. Dia bukan lawan yang mudah. Sihir atau serangan fisik tak membuatnya terluka, selain itu bahkan Ras Dewa yang kuat juga bisa tertipu oleh ilusi ciptaannya. Apalagi aku yang masih belum berpengalaman dalam situasi seperti ini.
Nightmare terlihat menyeringai saat aku menatapnya. Dia seorang Pria, namun entah mengapa aku merasa seringainya mirip dengan Maya. Karna aku tau akan sulit untuk mengalahkannya, maka aku pikir aku harus membunuh seluruh antek-anteknya.
Tapi asap hitam mengelilingiku sebelum aku sempat menggerakkan tubuhku. Asap itu mirip sekali dengan Vy, tapi lebih pekat dan terasa asing. Vy mengingatkanku agar aku berhati-hati. Tapi sebelum kalimatnya selesai, aku telah di bawa ke tempat lain.
Kemanapun aku memandang hanya ada tanah gersang dengan langit merah. Pepohonan kering serta tanah yang retak tidak tertinggal. "Halo anak muda."
Itu Nightmare. Sepertinya ia membuatku masuk ke dalam ilusinya. "Api hitam itu membuatku mengingat seseorang. Kamu eksistensi unik yang pernah aku lihat atau temui. Manusia dengan aura Iblis. Penampilan manusia, sihir Iblis, dan kapasitas inti energi sebanyak Dewa. Kamu benar-benar mirip dengan dia. Dulu dia menolak untuk mengikuti saranku. Lalu apakah kamu mau mengikuti saranku?"
"Saran apa? Kamu jelas tidak terlihat seperti memiliki saran yang baik untukku." Aku tetap menjaga kewaspadaanku.
"Ternyata pilihanmu sama seperti dia. Kalau begitu pergilah. Peluk alam bawah sadarmu dan biarkan aku melihat ketakutan terbesarmu." Lengannya yang pucat mendorongku ke belakang. Tapi seolah kakiku tidak menapak sama sekali, aku jatuh tanpa bisa kembali berdiri.
"Jika kamu tidak mampu melepaskan diri dari mimpi buruk, maka kamu akan menjadi bagian darinya. Tapi jika kamu berhasil membebaskan diri, mungkin kamu bisa datang dan melawanku. Kemampuan ini hanya bisa di lakukan sekali pada setiap orang yang aku temui. Jadi jika kamu kembali sadar kamu tak perlu takut untuk kembali bertemu dengan mimpi burukmu." Itu kata-kata terakhir yang aku dengar darinya.
Memangnya apa mimpi burukku? Apa ketakutan terbesarku? Aku sendiri jadi ingin tau.
"Halo Abang! Selamat pagi."
Saat aku membuka mata, Maya menyapaku. Dan kami ada di tempat tidur. Ini bukan Maya berambut putih, tapi Maya yang ada di kehidupanku sebelumnya. Tapi karna aku tau ini ilusi, aku berpikir untuk mengalahkan Maya.
"Bang! Morning kiss dulu dong!"
Sebelum aku sempat memikirkan cara untuk lepas dari ilusi ini, Maya sudah menarik kerah piamaku untuk memberikan cumbuan dalam. Semakin aku mencoba untuk melepaskan diri darinya, semakin kuat dia menahanku.
Sial! Apakah ini ketakutan terbesarku? Apakah ini mimpi burukku? Ternyata memang menakutkan. Terlebih lagi, aku tidak bisa menyerang Maya yang merupakan Adikku sendiri. Di akhir cumbuannya, dia menjilat bibirku.
"Ukh... Biarkan aku sendiri." Mengambil nafaspun aku kesulitan. Ini hanya ilusi, tapi kenapa terasa sangat nyata?
"Hihihi... Kalau begitu aku akan buatkan Abang sarapan dulu." Ada seringai mesum di wajahnya.
Dia meninggalkan kamar. Meskipun ilusi, tapi ini sama mengerikannya dengan kenyataan. Tatapan mata penuh obsesi itu tidak bisa ku anggap ilusi. Itu terasa sangat nyata!
Ku pegangi kepalaku sembari memijatnya sesekali. Yang ku tau hanya ini harus berakhir. Aku harus keluar dari tempat ini.
Aku melangkah ke pintu kamar tempat Maya pergi. Saat ku pikir aku bisa pergi, leherku tiba-tiba terbelenggu oleh borgol besi. Borgol besi itu muncul begitu saja. Sialnya tangan dan kakiku juga bernasib sama.
"Abang mau kabur lagi ya? Sepertinya Abang lupa sama borgol tidak terlihat ini."
"Ukh..."
"Wah-wah... Aku sama sekali nggak menyangka kalau aku adalah ketakutan terbesar yang kamu punya sayang."
Seluruh ruangan tiba-tiba menjadi gelap. Lalu berubah menjadi sebuah taman dengan cahaya lembut di sekitar. Aku duduk di antara banyak bunga-bungaan berwarna-warni. Apakah ini ilusi?
"Tidak-tidak, kali ini bukan ilusi. Aku yang sekarang menyusup ke alam bawah sadarmu untuk membuatmu lepas dari ilusi itu." Ini Maya, tapi Maya berambut putih yang baru-baru ini membantuku berlatih sihir.
Dia duduk di sisiku. Ekspresinya tampak santai. Dia memelukku dari samping. "Aku tidak tau kalau aku bisa cemburu kepada diriku sendiri."
Ada senyum miris di wajahnya. Aku tidak berniat mengatakan apapun. Aku takut kalau ini juga bagian dari ilusi. "Jangan khawatir, aku datang untuk mengatakan kata-kata ini. Nightmare memang Iblis besar yang cukup sulit untuk di lawan. Tapi kamu adalah puncak kegelapan dan penguasa seluruh kejahatan. Pikirkan kata-kata itu, biarkan darah Iblis dalam tubuhmu membimbingmu."
"Lalu, apa kamu mengakui kalau aku sekarang adalah Iblis?"
"Aku bisa berikan jawaban Ya dan Tidak. Tapi kata-kataku tentang kamu lebih kuat dari Nightmare bukanlah kebohongan. Untuk saat ini jangan meragukan identitasmu, biarkan dirimu tenggelam di dalamnya. Ingatlah kamu adalah penguasa seluruh kejahatan, para Iblis bisa mati atau hidup dalam genggaman tanganmu. Kamulah yang memutuskan hidup atau mati mereka."
Kalimat-kalimat Maya terngiang-ngiang hingga aku sadar dari ilusi. Aku terbangun dan asap hitam yang sebelumnya mengelilingiku menghilang tanpa jejak.
'Kamu adalah puncak kegelapan dan penguasa seluruh kejahatan.'
Ku ulangi kata-kata itu beberapa kali. Raut wajah Nightmare tampak tidak baik. Sepertinya dia terkejut atau takut? Aku tidak tau. Vy berteriak gembira dalam pikiranku. Jika ada Princess sekarang dia pasti juga berteriak bersama. Tapi Princess sekarang ada bersama Mayra. Aku menitipkannya saat sedang latih tanding dengan Pak Kepala Sekolah.
"Kamu..."
"Ya, aku kembali." Rasanya ada yang berbeda dengan suaraku. Tapi aku tidak bisa membedakannya. Kegelapan yang sama akrabnya seperti Vy mengelilingi tubuhku. Kali ini kegelapan itu membuatku nyaman.
'Untuk saat ini jangan meragukan identitasmu, biarkan dirimu tenggelam di dalamnya.'
Dengan mengulangi kalimat itu di kepalaku, aku merasa kegelapan yang dingin meresap ke seluruh tubuhku. Entah karna sebab apa, sepertinya emosiku yang biasanya tenang menjadi semakin tenang. Tenang hingga hampir tidak memiliki emosi.
Para iblis biasa yang di perintah oleh Nightmare dan para guru berhenti bertarung saat mereka melihatku. Tangan kananku ku angkat ke depan. Para iblis hitam yang berada di bawah perintah Nightmare berubah menjadi asap hitam, kemudian mereka semua berkumpul ke tanganku. Aku dapat merasakan pandangan semua orang menatapku.
"Kamu tinggal sendirian. Apa yang kamu ingin lakukan sekarang Nightmare?" Aku melangkahkan kakiku ke arah Nightmare.
"Kamu sepertinya sangat menyukai ilusi. Aku sedang kesal karna kamu memperlihatkan ku sesuatu yang paling tidak ingin aku lihat. Jadi... Bagaimana jika kamu merasakan ilusi itu juga?" Asap hitam yang tadi berkumpul di tanganku ku letakkan ke kepalanya. Aku menyentuh dahinya dengan jari telunjukku, dan mengirim asap hitam itu ke kepalanya.
'Eternal night.' Aku menyebutnya begitu.
Kegelapan abadi akan mengurung kesadarannya beserta tubuhnya. Tanpa izin dariku dia sama sekali tidak bisa keluar dari sana. Dari bayanganku. Kegelapan itu menyatu dengan bayanganku. Aku tidak tau siapa aku sehingga bayanganku bisa memenjarakan seseorang. Tapi itu berita bagus untuk saat ini.
Tidak ada lagi yang tersisa di antara para Iblis-Iblis itu. Yang tersisa hanya sebuah pedang panjang dengan bilah berwarna hitam kemerahan. Gagang pedangnya juga gelap seperti bilahnya. Dari buku yang Bunda tulis, ini adalah pedang peninggalan Dewa Iblis yang di curi oleh Nightmare. Pedang 'Darksein'. Pedang ini mampu membuka kunci setiap dimensi yang ada di seluruh alam semesta. Memungkinkan pemiliknya untuk melakukan perjalanan. Mungkin dengan ini pula Nightmare datang ke dimensi ini.
Para guru menghampiriku. "Kalian tidak keberatan kalau aku menyimpan ini bukan?"
Aku tidak tau bagaimana ekspresiku terlihat, tapi para guru itu tidak menunjukkan keberatan apapun. "Lakukan sesukamu, kamu yang mengalahkan Nightmare pantas memilikinya."
Pak kepala sekolah yang berbicara. Bagus. Karna aku suka pedangnya. Aku tak peduli apakah si Dewa Iblis itu marah atau tidak nantinya. Heh, lagi pula dia sudah tiada. Ku pikir Dewa Iblis takkan keberatan jika aku memiliki pedangnya bukan?
Ku berikan pedang itu kepada Vy. Aku sudah mahir menggunakan sihir ruang. Dan Vy mengelola ruang itu. Jadi Vy bisa menjaga pedang itu terawat dalam ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments