Mimpi
Ah, dimana ini?
"Aris, jangan melamun. Fokus! Kita harus mengumpulkan data pulau misterius ini."
Siapa dia? Mayra? Tapi, ada yang berbeda.
Sepertinya lebih dewasa. "Mayra? Sejak kapan kamu menjadi dewasa sementara usia kita masih belasan."
"Apa yang salah denganmu sih? Apanya yang belasan, kita ini kan memang sudah dewasa. Sudah diam, kita harus melakukan misi dengan benar atau organisasi akan menghukum kita."
Organisasi apa? Tapi karna kita sudah di sini, lebih baik ikuti insting saja. Seperti kata Mayra, aku dan dia sepertinya sedang dalam misi investigasi. Targetnya adalah tanah yang katanya sebuah pulau misterius ini.
Memang hutan ini agak mencurigakan. Langitnya gelap dan dingin. Selain itu sejak tadi aku merasakan sesuatu yang aneh. Mayra memimpin jalan dan aku mengikuti dari belakang. Sepertinya kami akan memasuki area pedesaan kecil.
Hal berikutnya yang ku lihat adalah empat rumah berukuran sedang yang terbuat dari kayu. Ada cahaya kekuningan yang tidak terlalu terang di setiap rumah. "Berhati-hatilah. Jangan membuat keributan. Dari data yang ku dapatkan minggu lalu, penduduk pulau misterius ini agak aneh."
Mayra mengingatkanku lagi. Aku hanya mengangguk pelan. Kami melanjutkan jalan dan mengintip rumah pertama. Di usia ini kemampuan perubah wujudku sudah berada di level tertinggi. Ini memungkinkanku merubah bagian tertentu dari tubuhku, sesuai dengan sesuatu yang ku pikirkan. "Aku akan menulis, gunakan penglihatan malam dengan kemampuanmu. Dan katakan apa yang kamu lihat."
Aku mengangguk. Sialnya yang ku lihat adalah sesuatu yang seharusnya tidak aku lihat. Itu adalah wanita dan pria yang sedang melakukan hubungan intim. "Sebaiknya kita pergi dari sini."
"Kenapa? Apa yang kamu lihat."
"Aku melihat sesuatu yang seharusnya tidak ku lihat." Jawabku.
Ku lihat Mayra hanya mengangkat sebelah alisnya. Mungkin ia kebingungan. Tapi ia tidak bertanya lebih jauh. Ia tetap mengikutiku ke rumah berikutnya. Sialnya yang kulihat kali ini sama dengan yang sebelumnya. Yang berbeda mungkin hanya praktiknya. Jika yang sebelumnya bermain aman, maka yang ini menggunakan praktik BDSM. Melihatnya membuatku bergidik. Terlebih lagi wanitanya yang memimpin.
"Ki-kita pergi saja."
"Apa sih sebenarnya yang kau lihat?"
Aku tidak menjawab. Kami segera mengintai rumah berikutnya. Itu adalah wanita yang juga tidak berpakaian. Tapi wajahnya tampak lebih pucat jika di bandingkan dua wanita di dua rumah sebelumnya.
"Aku tidak ingin tiada lebih cepat. Aku harus seperti yang lainnya. Maafkan aku sayang. Meski kamu aku menyayangimu, kamu harus mati untukku. Jadilah bagian dari keabadianku." Itu yang di ucapkan wanita itu. Aku melihat sebuah pisau di tangannya. Itu di tusukkan ke jantung pria yang sedang tertidur.
Hal berikutnya agak menjijikan menurutku. Wanita itu mengunyah pria itu seperti serigala yang menelan tikus.
"Kali ini apa yang kau lihat?"
Aku segera menceritakan apa yang aku lihat. "Sepertinya ada sesuatu yang menarik mengenai keabadian di tempat ini. Mari kita lanjutkan investigasinya."
Kami pun segera menuju rumah terakhir. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Rumah ke empat memiliki pemandangan yang cukup tenang. Itu adalah tiga wanita yang berkumpul bersama. Hal yang mereka bicarakan agak rumit.
Sang agak berisi berujar. "Belakangan ini terlalu banyak pendatang baru bukan?"
"Itu benar, berat badanku sampai bertambah karna hampir setiap hari memakan laki-laki baru." Yang gendut berujar.
"Setidaknya meski gendut keabadianmu bertambah bukan?" Yang paling kurus berujar.
"Jangan pikirkan itu, bagaimana investigasi kita sekarang? Lota bilang kalau dia melihat Pria yang ada di lukisan Ratu semalam."
"Ah, Pria itu? Kami tidak melihatnya sama sekali." Si kurus berujar di angguki si gendut.
Yang berisi membuka mulutnya dan berkata. "Aku melihatnya, tapi mereka menghilang segera tanpa sebab. Laki-laki itu memiliki seorang wanita berambut hitam di sisinya."
Aku segera berujar mengenai apa yang aku dengar kepada Mayra. "Ayo cepat kita pergi kalau sudah. Tempat ini membuatku tidak nyaman."
"Baiklah."
Kami berjalan segera menuju pinggiran hutan. Tiba-tiba sepotong tangan menggenggam pergelangan kakiku. Itu membuatku jatuh. Dan itu memang hanya sepotong tangan saja. Dari bentuknya itu tangan wanita sebelah kiri.
"Kamu baik-baik saja?" Mayra membantuku berdiri.
"Hah! Sudah ku duga mereka akan kemari. Ah, ternyata Pria itu memiliki wajah yang persis seperti lukisan milik Yang Mulia Ratu." Aku mendengar seorang wanita berbicara.
"Aku akan menahan mereka agar tidak mendekat, kau pergilah lebih dulu. Kita bertemu lagi di pagar emas itu." Mayra berujar sembari mengeluarkan pedang dan ia juga melempar catatan investigasi kepadaku.
"Princess bantu aku!" Aku tidak ingin mengucapkan itu atau meninggalkan Mayra. Tapi kalimat itu muncul tanpa bisa ku kendalikan. Selain itu, tubuhku juga bergerak sendiri.
Seekor kucing hitam seukuran anak kerbau muncul. "Cepatlah naik Tuan!"
Apakah itu Princess? Suaranya memang sama. Tapi itu membuatku ragu. "Tuan!"
Aku segera menaiki punggungnya. Lalu Princess berlari dengan sangat cepat. Menyusuri jalanan kami menuju tembok emas. Itu begitu tinggi dan Megah. Mayra bilang itu adalah tembok yang mengelilingi kastil besar yang terletak di tengah pulau.
"Terbanglah Tuan! Princess akan membantu Nona Mayra."
Sesuai keinginan Princess, aku mengubah tanganku menjadi sepasang sayap besar setelah menyimpan catatan investigasi ke dalam pakaianku. Entah karna alasan apa, aku merasa tubuhku melemah. Seolah seseorang menghisap energiku. Ah, benar. Potongan tangan yang menggenggam pergelangan kakiku masih berada di kakiku. Aku mendarat di sebuah atap perlahan, untuk melepas tangan aneh itu.
Sayangnya itu hampir mustahil. Seolah tangan itu adalah aksesori yang menempel dengan lem super kuat. Aku sama sekali tidak bisa melepaskannya. Selain itu, semakin lama tangan itu menempel, semakin aku melemah.
Mayra dan Princess muncul di sisiku. Mungkin Mayra berniat untuk melakukan Teleportasi sembari membawaku. Sayang sekali para wanita berzirah perak telah mulai bermunculan. Aku merubah tubuhku menjadi Naga hitam setelah memberikan catatan investigasi kepada Mayra. Di tanganku Mayra dan Princess berdiri. Aku mengepakkan sayap untuk menjauh. Namun potongan telapak tangan itu menusukkan kukunya yang tiba-tiba menahan ke kakiku.
"Pergilah tanpa aku!" Aku melempar Princess dan Mayra Ke udara. Sementara tubuhku kembali normal dan aku jatuh ke tanah. Ku lihat seorang wanita mendatangiku. Ia mengambil tangan yang menggenggam pergelangan kakiku. Melihat tangannya yang buntung, sepertinya itu adalah tangannya.
"Halo Tuan. Yah, wajah ini memang menarik. Ayo cepat bawa dia ke Yang Mulia Ratu. Oh satu hal lagi, berhati-hatilah Tuan. Saat Ratu jatuh cinta ia suka mengikat orang."
Yang terpikir olehku hanyalah praktik BDSM yang sebelumnya sempat ku lihat di rumah kayu. Dengan di papah oleh para wanita berzirah perak aku di bawa ke bagian dalam Kastil. Aku menutup mataku dan berharap itu semua hanya mimpi. Sayangnya itu tidak terjadi.
Seperti yang di katakan wanita tadi. Aku di ikat di sebuah tiang lingkaran. Dengan tangan yang di ikat ke belakang mengelilingi tiang. Seseorang memegangi pipiku. Yang pasti sosok itu lebih pendek dariku. Di tempat yang gelap ini yang mampu ku lihat hanyalah rambutnya yang putih. Aku mengubah mataku ke mata mahluk nokturnal. Dengan demikian barulah terlihat dimana dan siapa orang yang ada di depanku.
"Hai sayang... Lama tidak bertemu." Itu adalah Maya.
"Sudah berapa tahun usiamu sekarang ya? Ah, lima belas tahun. Seharusnya kamu sudah siap untuk itu."
Kalimatnya membuatku tanpa sadar merasa takut. Selain itu, tubuhku yang sebelumnya dewasa kembali ke bentuk remaja. Maya mengusap dadaku. Tepatnya di depan bagian jantung. Ia menyeringai saat aku memperhatikannya. Saat itu aku memperhatikan tangannya. Di punggung tangan kanannya, ada sebuah lambang aneh berwarna hitam. Aku tidak tau apa itu.
Lalu tangannya yang putih itu tiba-tiba mengeluarkan kuku panjang berwarna hitam. Itu tidak mirip Dewi sama sekali, ku rasa itu lebih mirip Iblis. Dan parahnya lagi ia menusukkan kuku hitam itu ke area jantungku.
"Ugh..." Padahal aku yakin ini mimpi, tapi entah kenapa rasanya sakit.
Aku merasakan ada sesuatu yang mengalir dari tangannya ke jantungku. Aku tak yakin apa itu. Yang pasti itu adalah benda dingin yang tidak di ketahui.
"Yah kupikir begini sudah cukup. Kita akan bertemu lagi di usia Tujuh belas."
Saat kalimat itu di katakan, aku tiba-tiba terbangun. Itu sungguh mimpi yang buruk. "Aris, kamu baik-baik saja Nak?"
Itu Bibi, dia duduk di sisi tempat tidurku. Dan sedang memegangi perban. "Apa yang terjadi?"
Aku bertanya setelah melihat perban yang mengelilingi dadaku. Lebih tepatnya di bagian yang di tusuk oleh Maya. "Paman tidak tau Nak. Kamu tidak sadarkan diri selama tiga hari dan lima luka tusuk yang seukuran jari muncul di depan jantungmu. Mungkin kamu harusnya bertanya itu kepada Ayahmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
ɑׁׅꪱׁׁׁׅׅit𖤐~น่ารัก
cemangattt ya ka thor akuh dh mampir and kasih jejak nih yah walaupun gk seberapa sih, lagi misquen akuh nih akak/Determined//Determined//Facepalm/
2023-10-15
3