'Academy Of Special Ability'
Ujian telah selesai dan aku hanya perlu bersantai sembari memikirkan, apakah aku harus mendaftar di Akademi itu atau tidak. Princess menyarankan Ya, Pamanku hanya mengangkat bahu dan berujar kalau itu adalah pendapatku. Aku juga belum bertanya kepada Ayah soal itu.
"Apa yang membuatmu ragu Tuan? Tanyakan saja kepada Ayah Tuan."
Princess benar. Sudah saatnya aku bertanya kepada Ayah. Ayah pasti tau soal sekolah itu. Aku menelpon Ayah menggunakan panggilan Video. "Ada apa Nak? Tidak biasanya kamu menelpon Ayah lebih dulu."
"Aku ingin bertanya kepada Ayah tentang ini." Aku berujar sembari menunjukkan selebaran brosur yang di berikan Maya.
"Eh? Dari mana kamu mendapatkannya? Padahal Ayah baru saja akan memberikannya kepadamu."
"Em... Seorang teman memberikannya kepadaku." Aku agak gugup karna aku tidak tau harus bagaimana menggambarkan Maya.
"Ayah mengajar di sekolah itu. Kamu ingat kemampuan istimewa Ayah?"
Aku mencoba mengingatnya. Ah benar juga, kemampuannya sama sepertiku. Akupun mengangguk. "Ayah mengajar di kelas 'Penjelmaan'. Di sana kita akan mempelajari ilmu perubahan bentuk kita lebih dalam."
Aku mengangguk-angguk. Meski ku pikir aku tidak butuh itu. Aku percaya diri dengan kemampuanku. "Ayah, teman yang memberikan ini bilang kalau di situ lebih menarik di bandingkan tempat ini. Apakah benar? Aku merasa ragu. Hati kecilku merasakan firasat buruk."
Ayah hanya tertawa. "Tidak ada yang perlu kamu ragukan. Dunia ini menarik. Dan biar Ayah ingatkan lagi, sudah saatnya bagimu pulang Nak. Bumi bukanlah tempatmu. Tempat kita di sini. Pulanglah."
Aku hanya menghela nafas. Keputusan ini sulit. Aku merasa sesuatu telah diam-diam terencana begitu aku pergi ke Akademi. "Tuan! Semangat! Ambil keputusan terbaik!"
Aku hanya bisa tersenyum saat mendengar Princess yang menyemangati ku. "Halo Princess! Bagaimana kabarmu? Apakah kamu ingin kemari? Paman memiliki kebun kecil di belakang Rumah Paman. Kamu boleh datang kapan saja."
"Wah benarkah!? Tuan! Ayo mendaftarlah di sana! Tuan Tua memiliki sayuran! Tuan akan tumbuh tinggi dan menjadi tampan jika pergi ke sana." Kucing itu berusaha membujukku dengan caranya sendiri. Itu cukup menggemaskan.
"Baiklah, aku akan datang saat hari pendaftaran. Princess yang akan membawaku nanti."
"Pilihan yang bagus Nak! Princess hebat! Tuan Tua ini akan berikan sekeranjang buah segar nanti."
"Asik!" Kucing itu telah lama melompat-lompat karna ia gembira.
"Tapi apakah aku di perbolehkan membawa Roh kucing seperti Princess?"
"Tentu saja di perbolehkan. Roh berbeda dengan binatang biasa. Mereka lebih bijak dan penurut, sehingga para tetanggamu tidak akan terganggu dengan kebisingannya nanti." Ayah berujar dengan senyum lebar. Aku mengangguk-angguk.
Tak lama sejak pembicaraan kami malam itu. Aku dan Princess kini sedang bersiap menuju Akademi. Aku juga sudah minta izin kepada Paman. "Apa ini sungguh Akan berhasil nanti? Haruskah kamu memakan kertasnya?"
Princess mengangguk. "Itu adalah kertas yang sudah di tambahkan koordinat oleh Nyonyaku. Pokoknya brosur itu sudah bukan lagi brosur biasa. Tapi sebelum kita pulang Princess ingin bermain ke tempat Tuan Tua."
Aku hanya mengusap kepala kucing hitam kecil itu. "Iya, kita akan berkunjung setelah aku mengurus pendaftaranku nanti."
Aku berujar sembari memberikan kertas Brosur yang telah ku lipat. Princess membuka mulutnya lebar-lebar lalu menelannya. Lalu Princess menaiki bahuku. Kemudian kami menghilang.
Detik berikutnya aku dan Princess muncul di sebuah bangunan besar. "Jangan berbuat ulah, aku akan menelpon Ayah lebih dulu."
Aku segera memperingatkan setelah melihat Princess yang sepertinya akan menggigit daun biru. Setelah selesai menelpon, aku segera menggendong Princess agar ia tidak berkeliaran dan membuat keributan.
"Tuan!" Aku mendengar suara seseorang yang entah mengapa rasanya seolah ia sedang memanggilku.
Aku menoleh ke belakang. Seorang pemuda dengan kacamata persegi dan tanduk hitam di kepalanya mendatangiku. Ibliskah? "Kamu memanggilku?"
"Benar! Sudah lama tidak bertemu!"
"Sebentar, aku tidak ingat kalau kita pernah bertemu." Aku berujar karna sepertinya aku belum pernah benar-benar bertemu dengan pemuda bertanduk itu.
Pemuda itu hanya tersenyum. Lalu di detik berikutnya, Pemuda itu berubah. Tak banyak yang berubah, hanya saja tanduk dan beberapa sisik di lehernya menghilang. Memperlihatkan rupa yang menyerupai manusia. "Hm... Xin?"
Aku segera mengingat anak kecil yang suka bermain bersamaku saat aku baru pindah ke Bumi. Anak itu suka menempeli ku kemanapun dan memanggilku Tuan. "Hm.. ya aku ingat, apakah kamu Iblis?"
"Aku adalah seekor Naga Tuan!"
"Berhenti memanggilku begitu. Di masa lalu kita masih anak-anak, jadi itu hal wajar menurutku. Tapi kini kita sudah dewasa jadi jangan panggil aku begitu lagi. Oh iya, kenalkan ini Princess." Aku menasihatinya sekaligus mengenalkan Princess.
"Halo!" Princess berteriak senang.
"Ah, Iblis Roh. Siapa yang memanggilmu? Ini aroma Tuan dan seorang wanita. Ah, apakah Nyonya ya?" Xinfey bergumam.
"Apa maksudmu?" Aku bertanya karna hanya mendengar kalimat samar.
"Itu dia Ayah." Kali ini aku mendengar suara yang lagi-lagi terasa familiar.
Itu Mayra dengan seorang Pria tua. Mungkin hanya sedikit lebih muda dari Ayahku. Ah, ini dia aku merasakan firasat buruk. Aku tanpa sadar berniat pergi. Namun Paman itu tiba-tiba muncul di depanku. "Nak, bisakah kita berbicara sebentar?"
Aku menatap Mayra lalu Ayahnya secara bergantian. "Ku pikir aku bisa jika aku memiliki waktu. Sayangnya aku belum mengurus pendaftaran."
Aku mencoba menolak secara halus. "Biarkan Aku yang mendaftarkan Tuan. Ayo Princess temani aku."
"Oke!" Princess melompat ke pelukan Xinfey yang berlari gembira menuju ke area lain.
Kini hanya tersisa tatapan tajam Ayahnya Mayra dan aku. "Yah. Sepertinya ini hal yang penting."
Lalu Paman itu menggenggam tanganku dan Mayra. Kemudian kami menghilang. Sebelum menghilang aku sempat melihat Ayahku yang baru saja datang. Aku tak yakin apakah Ayah melihatku atau tidak.
Di sinilah kami, aku, Mayra, Paman Rahan yang merupakan Ayahnya Mayra, dan Ayah yang baru saja di telpon oleh Paman Rahan. Aku saat ini sangat gugup. Di depanku ada beberapa kamera mikro yang waktu itu aku selipkan di rumah Mayra. Sialnya aku lupa untuk mengambilnya kembali.
"Kamu tidak perlu gugup, kamu hanya perlu mengatakan apakah ini buatanmu atau bukan?" Ayah berujar sambil menepuk bahuku.
"I-itu..."
"Katakan dengan tegas!" Paman Rahan sepertinya agak kesal.
Aku menghela nafas dulu sebelum berbicara. Lalu mulai mengatur emosiku agar tidak berantakan. "Pertama, apa yang membuatmu yakin kalau itu adalah buatanku?"
Aku tak tau bagaimana wajahku terlihat saat aku mengatakan kalimat itu. Yang pasti ketiga orang lainnya terlihat seperti terkejut saat melihatku. "Silahkan gunakan ini dan lihat ukiran halus yang ada di kamera mikronya."
Aku merasa gugup tapi tetap mempertahankan wajah datar. Saat Paman Rahan memberikan kaca pembesar untuk melihat kamera mikro, aku juga melihat namaku di sana. Tidak secara spesifik menjerumus namaku, namun ada tulisan 'Fernada's Property'.
"Jadi kalian mau apa kalau ini memang buatanku? Biar ku ingatkan dulu. Pertama, aku tidak menggunakan kameranya untuk hal yang buruk. Kedua, kamera itu memiliki fungsi pemantauan, dan video tidak tersimpan. Jadi jangan khawatir aku mengintip Putrimu. Itu semua tidak akan terjadi karna aku telah mengaturnya demikian." Aku berujar.
"Sebenarnya aku ingin menuntutmu karna pelanggaran privasi Anakku. Tapi kalau kamu memberikan cetak biru kamera ini, kita bisa menganggap kejadian ini sebagai angin lalu."
Kepalaku tiba-tiba terasa pusing. Tapi aku tetap mengeluarkan kata terakhir. "Kalian tidak akan mengerti... Ugh..."
"Nak, kamu baik-baik saja?"
"Tidak... Kepalaku terasa pusing... Aku membutuhkan bantuan Princess. Aku akan pergi sebentar." Siapa yang tau saat aku melangkah pergi malah terjatuh. Aku jatuh tak sadarkan diri. Aku tidak ingat lagi apa yang terjadi. Hal terakhir yang ku ingat hanyalah teriakan samar mereka.
Aku tau, Ayah, Maya dan wanita yang di panggil Madam Teresa itu mengetahui sesuatu tentang tubuhku. Lebih tepatnya identitasku. Aku merasa aku memiliki identitas lain selain remaja manusia. Petunjuk satu-satunya memang sekolah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments