Aku bukan manusia.
Setiap akhir pekan tiba, aku akan bersantai di dalam ruangan rahasia. Karna Hany adalah anggota regu baru kami. Mayra juga memperlihatkan ruangan ini kepada Hany sesekali. Aku suka membaca buku-buku tebal di rak tua.
Buku pertama yang ku baca adalah buku yang berjudul 'Sihir teleportasi'. Aku bingung karna namanya sihir. Bukankah itu hanya sebuah kemampuan istimewa dari manusia berkemampuan ya?
Meski pun bukunya tebal dan terkesan rumit, anehnya aku dapat dengan mudah menguasai sihir itu. Aku mulai dengan berteleportasi jarak dekat. Hingga jarak jauh seperti dari ruang ini ke kamarku. Lalu dari kamarku ke gedung asrama Guru. Lalu lebih jauh lagi ke luar akademi.
Ajaibnya aku mampu melakukannya dengan baik. Aku tidak merasa seperti mempelajari sesuatu yang baru, tapi aku merasa seperti ada segel yang terbuka dari tubuhku. Selain itu semakin banyak aku berteleportasi, semakin aku memahami teknik itu.
Aku pikir ini bukan teknik sihir milik manusia. Aku juga pernah membaca di perpustakaan Akademi, manusia sama sekali tidak memiliki pusat energi untuk mengumpulkan energi sihir. Itu membuat mereka tidak bisa menggunakan sihir. Sebagai gantinya mereka memiliki satu kemampuan terpadu yang akan berkembang seiring latihan dan usia mereka.
Lagi pula, menurut buku yang pernah aku baca di perpustakaan pula. Kapasitas inti energi setiap mahluk itu berbeda. Jika di mulai dari peringkat terbawah di antara tujuh Ras, jumlah inti sihir terkecil di miliki oleh Roh. Di lanjutkan oleh Iblis, lalu Mermaid, lalu Peri, lalu Dewa. Manusia dan Siluman tidak memiliki kemampuan sihir.
Melihat aku yang sejak tadi melakukan sihir teleportasi tanpa lelah, ku pikir aku bukanlah manusia. Jujur saja, kemungkinan besar aku adalah Dewa. Itu jika mengikuti perkiraan ku.
Aku merasa senang dengan kemampuan baru ini. Aku pikir aku tidak boleh membiarkan orang lain tau hal ini. Manusia hanya bisa memiliki satu kemampuan. Jadi aku akan merahasiakan sihir ini untuk sementara. Untung saja Princess sedang tidak bersamaku, jadi dia dan mulut besarnya tidak menggangguku samasekali.
Ku pandangi diriku di cermin. Katanya Ras Dewa itu memiliki rambut putih dan mata biru yang jernih. Tapi rambutku yang hitam dan mataku yang merah lebih mengarah ke ras Iblis dari pada Dewa. Tapi anehnya, kapasitas inti energi yang aku miliki sepertinya hampir tidak terbatas. Aku bahkan tidak merasa lelah setelah melakukan sihir sebanyak itu. Buku yang ku baca memberi tauku kalau jumlah sihir yang bisa di pakai Iblis lebih terbatas karna inti energi Iblis sangat kecil.
Jadi aku ini apa? Manusia? Dewa? Atau iblis?
Ah, mari kita lupakan saja hal itu. Yang pasti saat ini aku adalah manusia. Bukan, aku sedang memegang peran manusia. Jadi aku harus bertingkah layaknya manusia biasa.
"Tuan, memandangi Cermin tidak membuatmu menjadi lebih tampan. Tidurlah karna hari sudah larut." Princess berujar sambil menguap. Aku mengusap kepalanya lalu ikut memejamkan mata.
Aku tidak bermimpi samasekali. Tapi aku mendengar bisik-bisik dalam tidurku. Suaranya sama sekali tidak aku kenali.
"Ayah sepertinya sudah membuka segel inti energi miliknya."
"Itu permulaan yang bagus."
"Tapi bukankah itu terlalu dini? Kita memperkirakan Ayah akan membukanya di usia Tujuh belas atau delapan belas 'kan?"
"Sudahlah, apakah lebih awal atau terlambat, keduanya akan membuat Ayah membaik."
Aku terbangun sebab teriakan histeris Princess. "Tuan! Anda terbakar! Bangunlah! Anda masih hidup bukan?!"
Aku menatap api yang melingkupi tubuhku. Aku pikir aku harus memadamkannya sebelum itu membakar segalanya. "Tuan! Padamkan apinya!"
Aku bangun untuk mengibas-ngibaskan tanganku agar api di tanganku padam. Tapi itu hanya hal sia-sia. Api itu menolak untuk padam seolah itu adalah bagian dari tubuhku. "Apinya tidak ingin padam!"
Princess sepertinya sudah terlalu panik, ia membuka pintu kamarku. Sepertinya ia membangunkan Ardan dan Xinfey. Keduanya sama-sama terkejut seperti halnya Princess. Lalu mereka menyiramku dengan air. Begitu pula dengan tempat tidurku yang sudah nyaris gosong.
"Apakah Tuan terluka?" Xinfey memegangi tanganku.
"Tidak, aku tidak terluka samasekali. Api itu menolak untuk padam dan aku tidak bisa memadamkannya." Aku berujar dengan menghela nafas.
Dua pemuda yang biasanya mempercayaiku itu menatapku dengan mata menyipit tanda curiga. Aku hanya dapat menghela nafas pasrah. Di bawah tatapan tiga pasang mata, aku mengaku. "Sebenarnya aku baru saja belajar sihir kemarin. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan api! Sungguh!"
"Sihir?" Xinfey menatapku dengan mata berbinar.
Aku mengangguk-angguk. "Itu artinya kemungkinan besar kamu bukan manusia Aris."
Ardan berkomentar. Aku tau itu. Aku juga merasakannya. "Jadi kenapa aku terbakar?"
"Ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah, tubuhmu terlalu bersemangat hingga membakar energi sihirmu menjadi api. Kemungkinan kedua adalah, atribut sihir Api mendatangimu karna ingin kamu mempelajari sihir Api." Ardan menjelaskan.
Ku balas dengan anggukan sok paham. Meski aku hanya mengerti setengah dari kalimatnya. "Selain itu, Tuan harus melatih pernafasan Tuan. Pernafasan yang berantakan bisa membuat energi Anda tersebar secara sia-sia."
Xinfey juga mengomentari. "Lalu di mana aku bisa mempelajari teknik pernafasan? Aku tidak menemukan hal seperti itu di perpustakaan."
"Itu termasuk hal pribadi. Selain itu setiap ras memiliki teknik pernapasan yang berbeda-beda. Itu juga di lakukan secara alami begitu Anda beranjak dewasa. Jadi tidak memerlukan buku manual." Ardan berujar pelan.
"Biarkan aku mengajarimu Tuan! Aku akan mengajarimu teknik pernafasan Iblis." Xinfey berteriak dengan nada semangat.
"Tunggu, memangnya kalian sudah yakin Tuan itu mahluk yang masuk ke dalam ras apa?" Princess berujar segera setelah Xinfey.
"Benar, kita tidak bisa mengajari Aris sembarangan. Jika teknik pernapasan ras kita tidak cocok dengannya, itu bisa mengacaukan jalur peredaran energi pada tubuhnya. Akan berbahaya jika kapasitas sihir Aris sangat sedikit." Ardan berujar dengan dahi berkerut.
"Jangan khawatir soal itu. Aku samar-samar merasakan kalau kapasitas energi sihirku hampir tidak terbatas." Entah mengapa aku merasa kalimatku itu terkesan agak sombong.
Pagi itu pukul empat dini hari. Aku belajar teknik pernapasan Iblis dari dua teman Nagaku. Di luar dugaan, teknik pernapasan Iblis sangat cocok dengan tubuhku. Aku merasakan kenyamanan hanya dengan bernafas. Aku jadi semakin meragukan identitasku. Ku pikir aku harus bertanya serius dengan Ayah.
Karna ini akhir pekan, jadi ku pikir Ayah takkan sibuk. Mungkin kesibukannya hanya mengurus tanaman-tanamannya saja. Jadi aku sengaja datang pagi ke asrama Ayah. Saat aku tiba di asrama, Ayah sedang menyiram tanaman di depan rumahnya.
"Tumben kamu kemari? Ada apa?"
"Aku ingin bertanya serius dengan Ayah. Tolong Ayah jawab keingintahuanku." Aku berbicara dengan nada serius. Itu menghentikan gerakan Ayah. Ayah memandangiku sesaat, kemudian meletakkan alat penyiram tanaman itu. Setelah ia mencuci tangan di kran, Ayah membukakan pintu asramanya.
Berbeda dengan asrama murid, asrama guru di tinggali oleh satu guru dalam satu asrama. Itu lebih mirip rumah kontrakan dari pada asrama. Aku mengikuti Ayah masuk ke ruang tamu.
Ayah datang dengan membawakan buah dan air teh hangat. Princess yang ku bawa serta segera mengambil satu buah apel yang ukurannya bahkan lebih besar dari perutnya. "Jadi, apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Pertama, siapa itu Alice?"
Ayah menatapku cukup lama, lalu dia menjawab. "Itu adalah nama Bundamu..."
"Lalu aku ini masuk ke dalam ras apa? Kalau Ayah, aku yakin Ayah adalah manusia, tapi Ibu apa? Bisakah Ayah ceritakan padaku?"
"Apa yang membuatmu ragu Nak?"
"Penampilanku seperti manusia, tapi aku bisa menggunakan sihir yang tidak bisa manusia kuasai, kemudian aku memiliki energi yang hampir tidak terbatas seperti Dewa, namun teknik pernapasan Iblis malah membuatku lebih nyaman." Aku bertanya dengan rasa frustasi. Ini adalah tubuhku, tapi aku tidak tau apa-apa tentang diriku sendiri.
"Benar seperti katamu Nak, Ayah adalah Manusia. Tapi Ibumu adalah Iblis. Dia Iblis yang lahir dari pasangan Dewa dan Iblis."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments