'Menggali kebenaran'
Baru-baru ini aku merasa sangat tenang. Aku berlatih tanpa gangguan, apakah itu di sekolah atau di rumah. Kini kemampuanku telah meningkat drastis di bandingkan sejak terakhir kali berubah. Jika waktu itu hanya beberapa bagian, kali ini aku hampir secara sempurna melakukan perubahan wujud.
Jika ukurannya kecil seperti binatang peliharaan, perubahan wujud akan berhasil secara menyeluruh tanpa kelemahan apapun. Tapi untuk ukuran setengah tubuhku atau lebih, akan memiliki kekurangan. Yah, ini masih kabar yang baik. Selama aku berlatih dengan baik, perkembangan akan selalu ada.
Hanya satu masalah yang menggangguku. Setiap kali berlatih aku akan teringat Mayra yang mengancamku saat itu. Aku merasa ini tak adil karna ia mengetahui kemampuanku, namun aku tidak mengetahui kemampuannya. Seingatku, dalam ingatan Harist, ia hanya gadis biasa di masa lalu.
Terbesit sebuah ide untuk menyelidiki kemampuannya. Seharusnya itu akan mudah untukku. Aku masih percaya diri dengan kemampuanku. Kecuali dia sendiri lebih hebat dariku, maka semuanya bukan masalah untukku. Aku akan mulai rencana penyelidikan ini. Akan ku panggil misi ini dengan judul, 'Menggali kebenaran'. Anehnya setiap memikirkan kata itu, yang terlintas di kepalaku adalah menggali upil dalam hidung.
"Tuan! Aku sudah merefresh misi untuk hari ini! Kali ini ada yang istimewa!" Princess tiba-tiba berteriak di dalam pikiranku.
"Katakan apa hal menariknya?" Aku berujar agak bosan.
Saat ini aku sedang menaiki sepeda untuk berkeliling. Dalam ingatanku, Mayra tinggal tak jauh dari rumahku. Aku perlu mendekat untuk memantau situasi. "Oh! Dikatakan di sini, jika Anda tak berhasil menemukan kemampuan istimewa Mayra dalam tiga hari, Anda akan di lempar ke dalam kutukan."
"Kutukan jenis apa itu?"
"Tak ada yang tau, yang jelas kutukan ini akan di berikan langsung dari Nyonyaku." Suara Princess selalu bersemangat dan itu membuatku sedikit pusing.
Kutukan yang di berikan Maya?
Memikirkannya saja membuatku merinding. Gadis itu selalu terobsesi kepada diriku, aku tak yakin apa yang akan dia lakukan kepadaku jika saja aku gagal.
Dengan meneguk ludah kasar, aku segera berujar. "Jangan remehkan aku! Aku akan mengetahui kemampuan istimewa gadis itu sebelum tiga hari!"
Pokoknya misi ini harus berhasil. Aku tak bisa memaafkan diriku jika aku gagal. Saat ini aku bukan Aris si pria dewasa berusia 24 tahun, sekarang aku adalah Harist Fernada yang berusia 15 tahun. Aku tak yakin dengan kekuatan fisikku. Aku masih belum sepenuhnya beradaptasi di tubuh remaja ini.
Akupun sampai di depan sebuah rumah yang cukup besar. Melihat tingkat keamanan, sepertinya aku harus melihat keadaan dengan menyamar. Menjadi manusia lain adalah ide buruk, bisa saja penyamaran gagal bila terlihat oleh orang yang asli. Menjadi benda mati juga bukan ide yang bagus, dengan kemampuanku sekarang, menjadi benda mati bisa membuatku benar-benar mati.
Satu-satunya pilihan hanya menjadi binatang yang terbang. Mari mulai dengan kupu-kupu. Masuk rumah seharusnya adalah hal mudah. Dengan demikian aku mengepakkan sayap berwarna dan terbang melewati dedaunan. Rumah Mayra cukup besar, ku pikir seharusnya akan ada beberapa pelayan. Aku harus berhati-hati agar tidak di semprot dengan semprotan anti serangga.
Dengan bersembunyi di celah-celah barang, akhirnya aku melihat kamar target. Kamar dari Mayra. Yah, aku masih harus mengenal seluk beluk seluruh ruangan di rumah ini sebelum memutuskan untuk beraksi. Waktuku tidak banyak, jadi aku harus segera pergi dari rumah ini.
Segera setelah memahami seluruh tata letak ruangan, aku mengepakkan sayap untuk pergi. Anehnya dari suatu tempat di rumah Mayra, aku terus saja merasakan tatapan aneh. Tatapan itu begitu intens dan terasa sulit untuk di abaikan. "Tuanku, Anda baik-baik saja?"
Aku berubah bentuk ke bentuk asliku, lalu duduk bersandar pada pohon besar tempat aku menyembunyikan sepedaku. Kau hanya perlu mendongak untuk melihatnya. Aku menyembunyikan sepedaku di antara ranting pohon rimbun itu. Untuk menghindari timbulnya kecurigaan, aku menyembunyikannya jauh dari rumah Mayra.
"Ya, aku baik-baik saja." Aku memanjat pohon untuk mengambil sepedaku.
Setelahnya aku mengayuh pedalnya untuk pulang. Rencana berikutnya harus segera di susun. Saat ini aku tidak membawa buku miniku, aku tak bisa menyusun rencana tanpanya.
"Aris, kamu sudah selesai berkelilingnya? Sini duduk dulu." Bibi memanggilku. Sebenarnya aku muak melihat wajah ramahnya. Bagiku itu semua seperti kepura-puraan. Aku sangat peka, dan aku merasakan kepura-puraan itu. Aku tak tau mengapa Ayah Harist menitipkan Harist kepada mereka. Apakah benar orang-orang ini dapat di percaya?
Saat aku memasuki ruang tamu, Bibi duduk dengan seorang gadis. "Yo bocah, kamu tidak mengingatku?"
Gadis itu berujar dengan seringai. Aku tidak pernah menemukan sosoknya dalam ingatan Harist. "Sepertinya dia benar-benar melupakanku Bu, lihatlah wajah bingungnya itu."
Bu? Anak dari Bibiku ini? Yang benar?
Itu artinya...
Ah, iya! Aku menemukannya! Dalam ingatanku ada gadis kecil dengan senyum lebar! Dia juga teman masa kecilku. Dia pindah ketika memasuki usia dewasa. Tapi... Mengapa dia di sini?
"Mengapa kamu di sini?"
Bibi tersenyum kecil. "Jessica akan tinggal lagi di rumah ini. Dia juga akan pindah ke sekolah yang sama denganmu. Kamu harus membantunya beradaptasi ya?"
Aku melihat Bibi tersenyum mencurigakan begitu pula dengan Putrinya. Aku yakin masalah berikutnya akan datang menggangguku. "B-baik."
Mereka mengajakku duduk bersama. Kami berbincang cukup lama. Sampai aku menemukan alasan untuk ke kamarku. Aku mengunci pintu kamar dan melangkah ke meja belajar. Dengan buku di meja dan pena di tangan, aku mencoba menggambarkan denah ruangan di rumah Mayra.
Aku berniat untuk memata-matai dia dari jarak jauh. Jadi aku berpikiran untuk membuat kamera mikro yang selalu aku gunakan di kehidupan laluku. Karna itu kamera khusus, maka aku harus membuatnya sendiri. Tapi tanpa di ketahui siapapun. Selain itu bahan-bahan pembuatan kamera itu adalah logam khusus. Logam yang di buat oleh seseorang dengan bakat memanipulasi logam. Itu salah satu rekan seperjuangan yang bertugas di divisi yang sama denganku. Dia bertugas menciptakan senjata atau perangkat serbaguna untuk kami para Agen lapangan.
Tapi aku dan dia adalah orang dari dunia yang berbeda sekarang, aku tak yakin rencana ini akan berhasil. Jika itu tidak berhasil maka aku akan kembali ke cara lama. Mencari tau dengan menyamar. Karna itu agak merepotkan, aku harap rencana pertamaku tidak gagal.
Dengan menarik nafas dalam sebagai permulaan. Lalu memfokuskan diriku untuk merubah seluruh partikel tubuhku mengikuti bentuk Zean, rekanku yang memiliki bakat memanipulasi logam itu. Aku melakukannya dengan menutup mata, aku tak tau apakah itu berhasil atau tidak. Jika berhasil, aku akan memiliki bentuk menyerupai dirinya. Jika gagal aku akan tetap pada bentuk tubuh diriku sendiri.
Saat aku membuka mataku perlahan. Aku melihat tubuhku, pakaianku telah berganti menjadi jas lab milik Zean. Tapi aku masih harus memastikan perubahan wujud ku. Aku perlu cermin untuk melihatnya. Saat sampai di depan cermin yang ada di toilet, aku melihat bayangan Zean di sana. Itu berita bagus, artinya rencana pertama berhasil.
Aku kembali ke meja belajar untuk merancang kamera mikro itu. Aku memang tidak tau caranya, tapi begitu aku berubah ke bentuk Zean yang merupakan pencipta kamera itu, aku akan secara otomatis bisa menciptakan beberapa sekaligus. Kadang kala aku merasa kemampuanku ini seperti sebuah Cheat besar.
TOK TOK TOK
Pintu di ketuk dan panggilan dari Jessica terdengar. "Bocah, Ibu memanggilmu untuk makan."
Jika aku bersuara dalam bentuk Zean, yang terdengar adalah suara Zean. Maka aku berubah ke bentuk asliku terlebih dulu. "Aku akan menyusul nanti."
"Memangnya kamu sedang apa sih?" Aku mendengar suara Jessica yang sepertinya agak kesal.
"Hm... Membaca buku. Kenapa?"
"Bohong, pasti lagi aneh-aneh ya?" Ia berujar dengan nada mencurigai diriku.
Aku sudah lama menyimpan barang-barang untuk misi ku. Dan hanya memegang buku ensiklopedia besar di tanganku. Ensiklopedia itu sedang membahas tanaman dengan bahasa asing. Aku bersyukur kalau Harist sangat pintar sehingga aku pun juga mengerti apa yang dia mengerti.
Aku meletakkan buku di meja belajar, lalu membuka pintu kamarku yang sepertinya sedang di dobrak oleh Jessica. Saat aku membukanya Jessica sedang bergerak untuk menerjang pintu kamarku. Namun karna pintu telah terbuka, ia malah menerjang ku. Menyebabkan aku jatuh dan ia menimpa tubuhku yang tergolong agak kurus.
"Aduh."
"Uwah! Maafkan aku! Aku tak tau kalau kamu akan membukanya."
"Pertama, aku tidak peduli. Kedua, kamu menindih perutku yang lapar. Ketiga, segeralah menyingkir atau aku akan mati!" Aku tak tau Jessica yang tampak mungil malah terasa sangat berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
ɑׁׅꪱׁׁׁׅׅit𖤐~น่ารัก
sudah terprediksi kian ya, memang ada niat sih mereka ini akuh yg baca aja curiga /Slight/
2023-10-15
3
ɑׁׅꪱׁׁׁׅׅit𖤐~น่ารัก
sebentar2 jadi dia ini jahat toh /Slight/kok akuh jadi bingung ya traveling otakku nih/Facepalm/
2023-10-15
3