Dua anak kucing.
Hari-hari berikutnya menyenangkan. Yang berbeda mungkin hanya Princess yang berbeda dari kucing biasanya. Dia tidak suka makan makanan kucing. Ia lebih suka sayuran mentah yang segar dari pada makanan yang di masak. Selain itu, ia sangat menempel padaku. Ia menolak untuk di lepaskan dariku. Jessica juga menyukainya, tapi Princess tidak suka dengan Jessica. Selain itu, Princess juga ikut saat aku sedang sekolah. Saat jam pelajaran berlangsung dia bersembunyi di dalam seragamku. Begitu jam pulang tiba, ia akan bertengger di bahuku. Seperti sekarang ini. Di tambah lagi sekarang kami anak-anak kelas IX sedang ujian. Jadi waktu pulang lebih cepat dan kemungkinan Princess di ketahui orang lebih kecil.
"Tuan, aku suka dengan Kakak yang duduk di sisimu."
"Hm? Mayra? Kenapa?"
"Dia wangi dan lembut!" Princess berujar dengan bersemangat.
"Hah? Bisa-bisanya kamu berujar begitu. Lalu mengapa kamu tidak menyukai Jessica?" Aku bertanya karna ingin tau.
"Kakak yang pendek itu?"
Aku mengangguk. Jessica memang pendek dan kecil untuk ukuran anak empat belas tahun. "Aku tidak suka dia! Dia bau keringat! Selain itu dia suka memegangi ekorku!"
Princess berujar dengan nada tidak suka. Ekor Princess memang berbulu dan lembut. Aku juga menyukainya, tapi Jessica lebih menyukainya. Dia suka mengusap-usap ekornya. Saat jadi kucing aku memahami perasaan Princess. Ekor itu adalah bagian pribadi yang tidak bisa di sentuh oleh sembarangan orang. Itu sebabnya Princess membenci Jessica.
Setelah aku pulang ke rumah princess bersikeras mengajakku bermain dalam bentuk kucing kecil. "Tuan! Ayo main! Berubah ke bentuk kucing dong!"
Seingatku misi untuk hari ini belum selesai semua. Jadi aku berniat untuk menyelesaikannya lebih dulu. "Tidak apa-apa! Ayo bermain dulu. Misi harian itu bisa di tunda selama itu bukan misi yang di tunjuk langsung oleh Nyonya. Selain itu Nyonya juga sudah memperbolehkanku kok!"
"Baiklah, karna kamu memaksa."
Setelah berganti pakaian, aku berubah ke bentuk kucing. Oh benar juga, hanya Paman dan Bibi yang tau aku bisa berubah bentuk. Yah, Mayra termasuk hitungan itu juga. Jessica sama sekali tidak tau.
"Ayo kita bermain di halaman! Di tempat yang ada Sayurannya!"
"Paling-paling kamu ingin mencuri lagi." Ujarku
Kucing kecil itu hanya cengengesan saja. Lalu dia berlari ke lantai satu. Aku mengikuti dari belakang. Ngomong-ngomong aku juga berubah ke bentuk kucing hitam. "Princess! Kita keluarnya sembunyi-sembunyi, nanti ketahuan. Aku tidak suka di tangkap Jessica."
Princess mengangguk-angguk. Ia juga tidak suka itu. Dengan waspada aku dan Princess merangkak melalui dinding dan bagian bawah meja serta kursi. Untungnya Jessica sepertinya berada di kamarnya. Aku dan Princess pun berhasil keluar tanpa di tangkap Jessica.
Saat menjadi anak kucing. Aku menjadi sangat kecil sehingga segalanya menjadi lebih besar. Pengalaman itu cukup menyenangkan. Seperti berkunjung ke dunia mikroskopik. "Ayo kesini Tuan! Yang ini segar!"
"Kamu ingin mengajak Tuanmu mencuri sayuran?" Aku benar-benar tidak mengerti pola pikir kucing yang satu itu. Dia adalah kucing, tapi malah menyukai sayuran. Hah... Mungkinkah karna dia kucing Roh?
Tiba-tiba indra pendengaranku menangkap suara langkah kaki yang mendekat. Di sertai suara tawa seorang gadis. "Princess, ayo kita pergi. Jessica datang!"
Aku menepuk kaki belakang Princess dengan cakarku. "Tunggu aku sebentar lagi Tuan! Lembaran daunnya belum lepas."
Kucing hitam itu sedang menarik selembar daun sawi hijau yang terlihat segar. "Wah! Princess kamu membawa teman!"
"Cepat Princess kita pergi!" Aku mulai panik.
"Sebentar lagi." Princess masih berusaha menarik lembaran sawi. Kepalaku bolak-balik melihat Princess dan Jessica yang mendekat. Pada akhirnya aku memilih melompat sambil menggigit punuk leher Princess. Lalu berlari meninggalkan Jessica yang merutuki diriku dengan kesal. Ku intip Princess sudah berhasil memeluk lembaran sawi.
"Ugh! Awas saja kamu ya! Kucing jelek! Kamu membawa Princess kabur!" Jessica tampaknya tidak berniat untuk menyerah. Ia mengejarku. Untungnya lariku lebih kencang darinya. Saat telah tiba di bagian rumah yang tidak terlihat oleh Jessica. Aku berubah bentuk untuk kembali ke bentuk manusia.
Lalu diam-diam berjalan memasuki kamar. Ku lihat Princess di pangkuanku akan menggigit sawi. Aku segera merebut sawi yang akan di kunyahnya. "Di cuci dulu."
Aku segera memasuki kamar dan meletakkan Princess di karpet. Setelahnya aku pergi mencuci lembaran daun sawi. Pada saat ini biasanya Princess akan berisik. Aku kembali ke sisinya untuk memberikan daun Sawi. Ternyata kucing kecil itu sedang menatap jendela. Aku mengayunkan lembaran daun sawi di depannya. "Sayur hijau!"
Ia segera melompat untuk menangkapnya. Aku hanya tertawa kecil melihatnya mengunyah daun sawi seperti kelinci. Aku ikut berubah lagi ke bentuk kucing. Lalu berbaring di tempat tidurku. Aku sudah mengunci pintu kamar sebelumnya, jadi aku tidak perlu khawatir Jessica akan melihat kami.
"Nyonya! Apakah Nyonya ingin ini?"
Sepasang mataku segera terbuka setelah mendengar kalimat Princess. Sebelum aku sempat menghindar, Maya yang muncul entah dari mana, sudah menangkapku. Aku yang masih dalam bentuk kucing di peluk olehnya. "Sayang! Kamu terlihat Lucu!"
"Maya, setiap kamu datang pasti untuk menyampaikan sesuatu, kali ini ada apa?" Aku menggunakan kaki depanku untuk menjauhkan wajahku dari belahan dadanya. Tentunya juga berhati-hati agar tidak mencakarnya.
"Hm? Hahaha... Kamu memang pintar. Aku datang untuk memberikanmu ini."
Yang di berikan Maya adalah selebaran brosur sekolah SMA. Eh tunggu, ini Akademi. Tertulis di sana sebuah nama 'Academy Of Special Ability'. Namanya unik tapi aku merasa curiga karna Maya yang memberikannya. "Apa ini? Kamu tidak merencanakan sesuatu yang jahat bukan?"
"Apasih, Curigaan banget. Jadi kalau misalkan kamu masuk ke sekolah ini, akan ada sesuatu yang menarik. Selain itu di sana kemampuan spesialmu tidak perlu di sembunyikan. Selain itu, itu semacam sekolah pelatihan untuk mengontrol kekuatan dan kemampuan spesial. Kamu juga akan bertemu dengan Ras lain nanti."
Aku berubah ke bentuk manusia. Lalu segera berpindah dari pelukannya ke sisinya. "Ras lain?"
Maya mengangguk. "Ya, enam Ras. Semuanya ada tujuh, tapi satu Ras tidak ikut sekolah. Manusia berkemampuan, Siluman, Peri, Mermaid, Dewa dan Iblis. Yang ke tujuh adalah Roh. Roh hanya mahluk-mahluk imut yang tidak pernah dewasa. Mereka memang bijak, tapi mereka tidak pernah bertambah dewasa atau tua."
"Yah, itu memang penawaran yang menarik... Tapi..." Aku masih ragu.
Maya terlihat menghela nafas. "Mayra juga mendaftar ke sana loh."
"Benarkah?"
"Hehehe, wajahmu memerah, kamu pasti menyukainya bukan?" Maya menunjukkan senyum aneh.
Aku tidak menjawab. "Tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksa Abang lagi. Aku rela kalau orangnya dia."
Aku masih diam, karna aku masih tidak tau bagaimana mau merespon!
"Info tentang tujuh Ras sudah ku Tambahkan ke dalam database Princess. Abang bisa tanya dia nanti. Lalu kalau misalkan setuju untuk melanjutkan sekolah di sana, suruh Princess memakan kertasnya. Nanti dia bisa membawamu berteleportasi ke sekolah itu untuk mengurus pendaftaran. Ya sudah. Waktuku di sini sudah habis." Seperti biasa, wanita berambut putih itu mengecup pipiku sebelum ia pergi.
"Jadi? Apakah Tuan akan mengikuti saran Nyonya?" Princess bertanya.
Aku hanya menghela nafas. "Mungkin aku tanya Paman atau Ayah saja nanti."
"Yah... Padahal kita mau ke dunia lain loh. Beda dimensi sama tempat ini. Princess kan mau coba sayuran di sana. Pasti beda."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments