Bayu dan Dinda terdiam karena mereka juga nggak tahu harus bagaimana. Setelah itu kemudian dataanglah kedua orang tua Bayu.
"Assalamualaikum.," ucap Pak Ridwan.
"Walaikumsalam.," jawab Bayu dan Dinda.
"Sudah lama, Din.?" tanya Bu Santy lalu ikut duduk diantara mereka.
"Barusan Tante,!"
"Ada apa kok tumben kesini.?" sahut Pak Ridwan.
Dinda terdiam, lalu menoleh kearah Bayu. Kemudian Dinda memulai menjelaskan kepada Bu Santy dan Pak Ridwan. Kedua orang tua itu lalu tersenyum setelah mendengar penjelasan Dinda.
"Jadi sekarang initinya kalian nggak setuju kalau kalian dijodohkan.?" tanya Pak Ridwan.
"Iya, Om. Dinda nggak mau." jawab Dinda.
"Lalu kamu Bay, juga nggak setuju kalau dijodohkan.?" kini Pak Ridwan ganti bertanya kepadanya.
"Iya Pa. Bayu nggak mencintai Dinda. Bayu hanya menganggap dia sebagai adik Bayu saja." jawab Bayu.
"Oh begitu, terus kamu Din, apa kamu juga nggak mencintai Bayu.?"
Dinda kaget karena nggak menyangka kalau Papanya Bayu akan bertanya seperti itu padanya. Bu Santy dan Pak Ridwan saling pandang. Mereka curiga kalau ada yang disembunyikan Dinda dan Bayu.
"Maaf, Din. Kamu jawab jujur saja. Kami nggak akan marah, kok!" ucap Bu Santy.
Dinda menunduk, lalu dia meneteskan air matanya. Makin lama dia menangis sampai bahunya bergerak.
"Ya ampun Dinda, kenapa kamu menangis. Apa kamu mencintai Bayu.?" kini pertanyaan Bu Santy lebih jelas karena dengan penekanan.
Dinda semakin kencang menangisnya, karena dia memang mencintai Bayu dari dulu. Lalu dia mengangguk, "Iya, Tante. Dinda mencintai Mas Bayu." jawabnya lirih.
Bu Santy dan Pak Ridwan saling pandang. Sedangkan Bayu sendiri juga diam dan menatap keluar dengan tatapan kosong. Perlahan Bu Santy meraih bahu gadis itu dan merangkulnya.
"Ya ampun Dinda, kamu kok bisa menyimpan perasaan itu. Tante salut sama kamu, tapi kamu jangan siksa diri kamu seperti ini. Kamu harus bisa melihat kenyataan, ya sayang. Tante sih setuju-setuju saja jika kalian menikah, tapi semua akan Tante kembalikan sama kalian berdua. Kalau dipaksakan juga nggak bisa. Misal Tante suruh Bayu menerima perjodohan ini, apa kalian kedepannya bisa bahagia. Hati dan cinta memamg tidak dipaksakan, sayang." jelas Bu Santy sambil memeluk Dinda.
"Iya, Tante. Dinda sadar akan hal itu. Cuma Dinda nggak bisa menghadapi Ayah dan Ibu. Terutama Ibu, dia yang menginginkan Mas Bayu menjadi menantunya." jawab Dinda.
"Sabar ya, nanti kita bantu untuk cari jalan keluarnya." jawab Bu Santy.
"Oh iya, Bay. Papa mau nanya. Kenapa kamu nggak mencoba membuka hati buat Dinda." tanya Pak Ridwan.
Degh,!
Ucapan Papanya bagaikan batu yang menghantam dadanya. Dia nggak menyangka kalau Papanya bakal menanyakan hal itu. Dia sekarang merasa nggak enak, seolah gara-gara dia nggak mau menerima perjodohan ini, membuat Dinda menjadi tertekan.
"Pa, bukannya nggak mau membuka hati. Jujur kalau Bayu menerima Dinda sebagai pengganti Dini itu rasanya Bayu mengkhianatinya dengan adik kandungnya sendiri, karena bagaimanapun juga Bayu tidak bisa melupakan Dini." jawab Bayu.
"Bayu, perasaan itu sedikit demi sedikit harus di hilangkan, Nak. Karena itu akan merugikan kamu sendiri. Kamu punya masa depan, Dini juga nggak akan setuju kalau kamu begini terus" ucap Bu Santy.
"Iya, Ma. Bayu sadar akan hal itu. Cuma bagi Bayu kalau wanita itu adalah Dinda, seolah kok tega sekali Bayu menikah dengan adiknya Dini, dan kayak sangat menyakiti Dini." jawab Bayu pelan.
"Tapi, misalnya wanita itu selain Dinda kamu masih bisa membuka hati kan.?" tanya Bu Santy.
"InshaAllah Bayu akan mencobanya." jawab Bayu.
"Sekarang Papa mengerti apa yang kamu rasakan. Jadi, kami tidak akan memaksa kamu." sahut Pak Ridwan.
"Iya, Om. Saya juga nggak akan memaksa Mas Bayu. Cuma yang saya takutkan bagaimana cara menyampaikan ini sama Ayah dan Ibu." ucap Dinda.
"Nanti akan aku bantu bilang sama kedua orang tuamu." sahut Bayu.
"Iya, Din. Kamu yang tenang ya. Nanti kita yang akan menyampaikan ke orang tuamu." sahut Bu Santy.
"Iya, Om. Makasih atas bantuannya."
Akhirnya Dinda sedikit tenang. Kini dia meminum yang tadi dibuatkan oleh Gani. Kemudian Pak Ridwan dan Bu Santy masuk ke dalam. Kini hanya tinggal mereka berdua saja.
"Mas Bayu, maafin Dinda ya karena telah merepotkan Mas Bayu dan keluarga dalam masalah ini." ucap Dinda.
"Nggak apa-apa, Din. Santai aja." jawab Bayu.
"Ya sudah aku pulang dulu, Mas. Mau ke rumah teman." ucap Dinda.
"Okey, baiklah. Hati-hati." jawab Bayu.
Dinda akhirnya meninggalkan rumah Bayu setelah pamitan sama kedua orang tua Bayu. Tak lama kemudian Dinda melajukan motornya meninggalkan halaman rumah Bayu.
.
.
.
Malam harinya Bayu ikut nimbrung duduk-duduk diruang tengah dengan orang tuanya. Pak Ridwan dan Bu Santy heran kenapa anaknya ikut membaur dan nggak biasa-biasanya.
"Ma, gimana caranya kalau bilang sama Om Arman dan Tante Heny soal perjodohan itu." ucap Bayu.
"Sebenarnya ya mudah saja bilang kalau kamu nggak setuju. Cuma kan kita sulitnya itu takut kalau perkataan kita bakal melukai perasaan mereka, kan.?" jawab Pak Ridwan.
"Maka dari itu, Pa. Atau Bayu iya kan saja untuk menerima perjodohan ini.?" ucap Bayu putus asa.
"Kamu jangan memutuskan sesuatu dalam keadaan emosi, nantinya bakal menyesal." ucap Pak Ridwan.
"Iya, Nak. Kamu jangan gegabah. Apa kamu sudah memikirkannya matang-matang.?" sahut Bu Santy.
"Bayu bingung, Yah. Gara-gara Bayu nggak menyetujui perjodohan ini, Dinda jadi tertekan." jawab Bayu.
"Tapi kan kamunya nggak cinta sama Dinda, Bay.!" ucap Pak Ridwan.
"Terus gimana jalan keluarnya kalau nggak menyetujuinya.?" ucap Bayu.
"Bay, Mama sih setuju saja jika kamu menerima perjodohan ini. Tapi, dengan syarat kamu ikhlas menerimanya dan nggak terpaksa." sahut Mamanya.
"Iya, Nak. Papa juga setuju dengan apa yang dikatakan Mama kamu." ucap Pak Ridwan.
"Baiklah Pa, Ma, Bayu akan menerima perjodohan ini. Alasan Bayu untuk menerima adalah untuk berbakti kepada orang tua, karena kedua orang tua Dini juga sudah Bayu anggap sebagai orang tua sendiri." jawab Bayu.
Pak Ridwan dan Bu Santy saling pandang karena mendengar keputusan anaknya itu. Mereka senang karena Bayu sudah bisa move on dari Dini. Tapi, kalau keputusan ini ada lantaran rasa yang nggak enak atau menyenangkan hati orang lain, maka takutnya unsur keterpaksaan itulah yang membuat Bayu menerima perjodohan ini.
"Bay, Papa tanya sekali lagi. Apa keputusan kamu ini sudah bulat.?" tanga Pak Ridwan.
"InshaAllah sudah Pa. Dan Bayu akan melaksanakan perjodohan ini." jawab Bayu.
"Baiklah, kalau begitu kita secepatnya harus ke rumah Dinda untuk membahas perjodohan ini." ucap Pak Ridwan.
"Iya, Pa. Bayu siap.,!"
"Din, maafkan Mas Bayu ya sayang. Aku terpaksa menerima perjodohan ini lantaran aku nggak tega melihat Dinda tertekan oleh kedua orang tuamu. Selain itu, aku ingin berusaha menyenangkan hati kedua orang tua kamu." ucap Bayu dalam hati.
--------------------------------
Next.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments