Suara benturan itu sangat keras sekali sampai semua orang yang ada disekitar tempat kejadian langsung berhamburan menolong. Bayu melihat ada beberapa orang yang membopong dirinya kepinggir jalan.
Untungnya dirinya masih sadar dan hanya kakinya yang lecet dan mungkin juga memar karena tertindih motornya. Bayu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru, dia nggak mendapati Dini kekasihnya.
"Pacar saya, mana. Dia dimana, tadi saya boncengan sama, pacar saya.!" seru Bayu pada orang-orang itu.
"Maaf, Mas. Pacar mas disana, ditolong sama orang-orang juga." jawab laki-laki yang menolong Bayu.
"Antarkan saya kesana, Pak.!" ucap Bayu.
Bayu dituntun laki-laki itu menuju Dini yang kini lagi terbaring dikelilingi orang. Dini pelipisnya berdarah, dan salah satu dari mereka sudah menelponkan polisi dan Ambulans.
"Dini, sayang,! bangunlah, sayang. Ini aku disini,!" teriak Bayu sambil menepuk-nepuk pipi dengan meletakan kepalanya Dini dipangkuannya.
"Saya..ang,! kamu nggak apa-apa, kan?" ucap Dini dengan lemah.
"Kamu jangan banyak bicara dulu, kita akan segera ke rumah sakit, Ambulans nya sudah menuju kemari." jawab Bayu.
"Bay, aku sudah nggak kuat. Kepalaku sakit banget.!" ucap Dini pelan.
Tanpa disadarinya darah sudah mengalir dari belakang kepalanya. Ketika Bayu melihat kalau ada darah yang mengalir dari belakang kepala Dini dia langsung histeris.
"Pak, tolongin pacar saya.!" seru Bayu.
"Iya, Mas. Bentar lagi datang. Itu Ambulans nya lagi putar." jawab Bapak yang ada disebelah Bayu.
"Tahan, sayang. Itu bentar lagi, ya. Tahan ya?" ucap Bayu sembari mencium kening Dini.
Dini hanya menangis meringis kesakitan. Dia nggak kuat karena kepalanya terasa berat dan sakit sekali.
"Sayang, I LO..VE..YOU..!" ucap Dini lirih sambil memegang pipi Bayu.
Tak lama kemudian, tangan Dini perlahan jatuh dan terdiam. Seketika Bayu langsung teriak dan menepuk-nepuk pipi Dini.
"Sayang, bangun.! Tolong, jangan tutup mata kamu. Ayo bangung, sayang.!" Bayu teriak-teriak mencoba membangunkan Dini.
"Maaf, Mas. Coba Mas tenang dulu." ucap Bapak yang tadi sambil memegang pergelangan tangan Dini, kemudian dipegangnya leher bagian samping.
Lalu Bapak itu menatap kearah Bayu dengan menggelengkan kepalanya. Spontan Bayu membulatkan matanya dan berteriak.
"Diniii.,! jangan tinggalkan aku. Bangun, sayang?" teriak Bayu sambil mengguncang-ngguncang tubuh Dini yang masih dipangkuan Bayu.
Tak lama kemudian petugas Rumah sakit datang lalu mengecek keadaan Dini. Bayu masih terpaku menatap tubuh kekasihnya yang kini lagi ditangani pihak rumah sakit. Dan ternyata, hasilnya nihil. Dini sudah meninggal ditempat.
"Maaf, Mas. Istrinya sudah meninggal ditempat." ucap petugas rumah sakit itu.
Sejenak tubuh Bayu lemas dan pandangannya kosong menatap kedepan. Dia diam saja saat tubuh Dini diangkat petugas ke dalam Ambulans. Dia masih nggak bisa berkata apa-apa. Kemudian dia dituntun oleh petugas yang lain untuk masuk ke dalam Ambulans juga karena dia juga butuh pertolongan.
Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka sampai di rumah sakit yang letaknya ditengah kota. Bayu kemudian nggak sadarkan diri.
.
.
.
Saat membuka mata, Bayu sudah berada diruangan. Dia masih belum percaya jika kekasihnya itu sudah meninggal. Kemudian suster mendekatinya.
"Maaf, Mas. Tadi polisi menanyakan nomor yang bisa dihubungi, tapi belum dapat karena saya nunggu Anda sadar." ucap Suster itu.
"Iya, Sus, Maaf. Ponsel saya ada dalam tas. Kalau boleh tahu, mana tas saya, ya?" tanya Bayu.
"Oh, iya. Tadi ada yang menaruh di Ambulans. Ini barusan saya mendapatkan dari petugas." jawab Suster itu sambil menyerahkan tas milik Bayu.
"Makasih Sus..," ucap Bayu sambil membuka tasnya.
Kemudian dia menghubungi keluarga Dini dan keluarganya. Setelah berhasil menghubunginya, Bayu meletakan ponselnya kembali kedalam tas.
"Sudah saya hubungi, Sus,!" ucap Bayu.
"Baiklah, Mas. Oh iya, untung kaki Mas hanya lecet dan memar saja, tidak ada yang patah. Sekarang saya tinggal dulu, ya?" seru Suster itu.
"Iya, Sus." jawab Bayu.
Kini dia merasa hidupnya ada yang kurang. Dini meninggal dipangkuannya dan itu juga semua gara-gara dirinya yang mengajaknya naik motor. Dia hanya menuruti keinginan Dini saja. Seandainya dia tidak menuruti kemauannya Dini, maka dia tidak akan kehilangan Dini seperti ini.
Bayu menangis sesenggukan ketika mengingat kejadian barusan. Padahal mereka merencanakan pernikahan dalam waktu dekat ini. Kini semua impiannya hilang semua bersama perginya Dini.
"Aku nggak akan memaafkan diriku. Semua ini tidak akan terjadi jika aku menolak keinginan Dini." ucap Bayu dalam hati.
(****)
Keesokan harinya, tepatnya dirumah Dini kini berkumpul termasuk keluarga Bayu. Setelah pemakaman Dini, kini dirumah orangtuanya diadakan tahlilan untuk mendoakan Almarhumah.
Bayu memang sudah sedikit tenang. Tapi, dia banyak diam. Dia sekarang lagi duduk sendiri dikamar Dini. Dia mengamati semua barang-barang dan foto-foto Dini yang masih terpajang lengkap di kamarnya.
Tak lama kemudian masuklah Ibunya Dini menghampiri Bayu yang lagi duduk sendirian. Dia masih nggak tega melihat Bayu yang masih sangat terpukul dengan kepergian Dini.
"Nak, Bayu. Ayo keluar, yuk. Kamu kan belum makan?" ucap Bu Heny.
Bayu masih terdiam dan nggak menjawab ajakan Ibunya Dini. Kini dia malah menjatuhkan tubuhnya dan tidur miring meringkuk sambil memeluk foto Dini. Bu Heny menyaksikan pemandangan itu langsung tak bisa membendung air matanya.
"Ayolah, Nak. Kamu harus kuat. Dini pasti nggak suka kalau melihat kamu seperti ini?" ucap Bu Heny sambil mengelus kepala Bayu yang masih terdiam.
Tak selang lama masuk pula Bu Santy Ibunya Bayu sendiri. Dia melihat anaknya yang seperti itu jadi takut dan sedih. Jika begitu terus, maka akan membahayakan dirinya sendiri.
"Bu Santy, saya sudah membujuk Nak Bayu untuk keluar dan makan. Tapi, dia diam saja nggak menjawab.!" ucap Bu Heny.
"Biar saya yang coba membujuk dia, Bu." jawab Bu Santy.
"Bay.,! Nak. Ini Mama. Ayo keluar, yuk.! Mama sama Papa mau pulang, lho. Kamu nggak ikut sekalian pulang?" tanya Bu Santy sambil memegangi tubuh Bayu.
Sejenak Bayu menoleh kearah sumber suara itu. Kemudian dia bangkit dan memeluk Mamanya erat sambil manangis sejadi-jadinya.
"Mama,! aku nggak bisa memaafkan diri Bayu sendiri, Ma. Ini semua salah Bayu, Ma,!" ucap Bayu sambil menagis.
"Sudah tenang, Nak. Iya Mama faham apa yang kamu rasakan. Tapi, kamu nggak bisa menyalahkan diri kamu sendiri." ucap Mamanya.
"Iya, Nak Bayu. Kamu nggak boleh menyalahkan diri kamu sendiri. Ini semua memang sudah takdir." sahut Bu Heny.
"Tuh, kan. Apa yang Mama bilang. Semua memang sudah takdir, sayang. Kamu harus kuat dan mendoakan Dini, biar dia disana tenang." ucap Bu Santy.
"Ayo keluar, Nak. Kita makan dulu." ajak Bu Heny.
Akhirnya Bayu keluar juga bersama dua wanita kuat yang sekarang menjadi penguatnya. Mereka keruang tamu berkumpul bersama keluarga yang lainnya. Pak Ridwan Papanya Bayu merasa lega melihat anaknya sudah mau keluar kamar.
"Bay, ayo makan. Papa, tadi sudah makan bareng sama Pak Arman." ucap Papanya.
"Bayu nggak lapar, Pa." jawabnya.
Akhirnya mereka melanjutkan ngobrol-ngobrol. Bayu masih diam saja, tapi setidaknya dia nggak menyendiri lagi. Ketika mereka lagi ngobrol-ngobrol, Dinda adiknya Dini keluar membawakan camilan buat mereka yang ada diruang tamu.
Bayu langsung melonjak kaget ketika melihat Dinda. Dia tidak pernah seperti ini kalau melihat Dinda. Sebelumnya kalau mereka ketemu ya biasa saja. Tapi, kali ini Bayu seraya melihat sosok Dini yang ada dalam diri Dinda.
"Dini, sayang.,!! akhirnya kamu pulang juga, sayang.!" teriak Bayu sambil berdiri lalu memeluk tubuh Dinda.
Dinda seketika kaget, keluarga besarpun kaget melihat sikap Bayu yang semakin mengawatirkan. Dinda nggak bisa berbuat apa-apa ketika Bayu memeluknya. Bayu hanya menangis dibahu Dinda.
Tak lama kemudian tubuh Bayu terasa lemas dan ambruk.
"Bayuu.,!!" teriak semuanya.
Next....
Hai para readers, ini karyaku yang ke-3. Mampir dan jangan lupa kasih like dan vot nya, ya.?"
tq
salam,
Author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Mbak Har Afniyanto
kata katanya agak gimana gitu, terlalu jujur, andai pacar diganti teman kan lebih sopan nggak lebay, maaf kalo komen saya terlalu jujur,
2020-10-30
3
Maulana
like
2020-07-10
1