Bayu dan anak laki-laki itu spontan menoleh kearah sumber suara tersebut. Kemudian mereka berhenti, lalu mendekatlah gadis berhijab itu kerarah Bayu dan anak laki-laki itu.
"Maaf, Mas. Mau dibawa kemana dia?" tanya gadis itu.
Bayu tidak langsung menjawab. Karena dia tidak asing dengan wajah gadis ini, dia kan gadis yang hampir ditabark mobil tadi pagi. Batinnya.
"Maaf, Mbak. Saya mau ajak dia kerumah untuk menyemirkan sepatu saya." jawab Bayu.
"Iya, Kak. Kakak ini mau menyemirkan sepatunya sama, saya" sahut anak laki-laki tadi.
"Oh, ya sudah kalau gitu. Maaf, Mas. Kalau gitu saya permisi dulu." ucap gadis itu.
"Iya, Mbak." jawab Bayu datar.
"Oh iya, kamu Gani. Nanti kalau sudah selesai, kamu harus langsung pulang." ucap gadis itu lagi.
"Iya, Kak." jawab Gani.
Seketika gadis itu langsung membalikan badannya dan pergi meninggalkan Bayu dan Gani. Lalu mereka kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah Bayu yang tinggal beberapa langkah lagi.
"Kamu tunggu disini dulu, ya. Saya ambil sepatu dulu. Silahkan duduk dulu." ucap Bayu ketika sudah berada diteras rumahnya.
"Baik, Kak.!" jawab Gani.
Bayu melangkah kedalam. Gani masih duduk didepan sendiri. Dia mengamati halaman rumah Bayu yang banyak ditumbuhi bunga. Tak selang lama Bayu pun keluar dengan membawa sepatunya.
Gani menerima sepatu yang dibawah Bayu. Kemudian Gani memulai menyemir sepatu Bayu.
"Oh iya, namamu tadi siapa, Gani ya?" tanya Bayu.
"Iya, Kak." jawab Gani sambil terus menyemir.
"Namaku Bayu. Panggil Kak Bayu saja. Oh iya, tadi wanita yang memanggil kamu dijalan itu, siapa?" tanya Bayu penasaran.
"Oh itu, Kak Aulia. Dia sering membantu kami semua anak jalanan. Dia sangat baik, Kak. Selalu meluangkan waktunya untuk mengajari kami semua." jelas Gani.
"Oh gitu. Pantesan dia tadi kawatir banget sama kamu. Takut diculik, kali ya?" jawab Bayu.
"Hehe.., Kakak ini aneh, masak ada penculik seganteng dan rapi gini." jawab Gani polos.
"Jangan salah, sekarang para penculik berpenampilan seperti itu, rapi dan ganteng. Emang tadi kamu nggak takut?" tanya Bayu.
"Enggaklah.,! Kakak lho orangnya baik." jawabnya lagi sambil terus menggosok sepatunya Bayu.
"Kamu itu bisa aja.!" ucap Bayu sambil mengacak rambut Gani.
Tak lama kemudian ada mobil masuk ke halaman rumah Bayu. Ternyata mobil Papanya baru pulang ngajar. Kemudian keluarlah mereka dari mobil.
Gani yang melihat ada orang tua, dia buru-buru membersihkan tangannya kemudian menyalami orang tua Bayu. Pak Ridwan dan Bu Santy terkejut ketika melihat anak kecil begitu sopan dan menghormati orang tua.
"Ini siapa, Bay?" tanya Pak Ridwan.
"Oh ini, Gani. Dia tukang semir, Pa. Tadi Bayu ketemu dia dijalan. Terus Bayu ajak kemari aja buat semirin sepatu Bayu." jawab Bayu.
"Kamu pinter sekali, kelas berapa, kamu?" tanya Pak Ridwan.
"Gani berhenti sekolah sejak Bapak-Ibu Gani keceleaan dan meninggal. Sekarang Gani hidup sama Nenek saja berdua. Misal lanjut sekolah, sekarang mungkin sudah kelas lima sekolah dasar." jawab Gani.
"Masya Allah, Nak. Kamu itu sebenarnya cerdas sekali, lho,!" jawab Pak Ridwan.
Gani hanya tersenyum saja, dia masih terdiam dan wajahnya menunduk. Bayu yang mendapati Gani jadi sedih langsung saja dia menepuk pundak anak itu.
"Hai Boy,! jangan sedih, ayo lanjutkan semir sepatu, Kakak." seru Bayu.
"Baik, Kak Bayu." jawabnya.
"Okey, Bapak sama Ibu masuk dulu. Kalian lanjut saja ngobrolnya." ucap Pak Ridwan.
Bayu dan Gani mengangguk dan tersenyum. Kemudian mereka masuk kedalam. Pak Ridwan tiba-tiba berhenti lalu menoleh ke arah teras rumah.
"Kenapa, Pa?" tanya Bu Santy.
"Itu, si Bayu kayaknya sedikit terhibur dengan anak itu. Lihat saja mukanya sudah nggak murung lagi." jawab Pak Ridwan.
"Iya juga, ya Pa? mudah-mudahan dia sedikit demi sedikit bisa melupakan Dini." ucap Bu Santy.
"Kayaknya dia memang nyaman dengan anak itu. Kalau Papa lihat, Bayu cepat akrab." tukas Pak Ridwan.
Sedangkan diluar, Bayu dan Gani masih ngobrol-ngobrol. Tak lama kemudian Gani sudah selesai menyemir sepatunya Bayu.
"Oke, Kak. Ini sudah selesai. Sekarang sepatu Kak Bayu sudah kinclong lagi." ujar Gani.
"Siip,! ini baru sepatu yang bagus. Dan ini Gani, ambil ini sebagai hak kamu!" seru Bayu sambil memberikan selembar uang seratus ribu rupiah.
"Kak, nggak ada kembaliannya. Gani tadi belum dapat pelanggan sama sekali." jawab Gani.
"Sudah, bawa aja. Buat tambah-tambah uang jajan kamu." jawab Bayu.
"Jangan, Kak! Gani nggak diajari untuk berpangku tangan. Kalau memang bukan hak Gani, berarti Gani nggak bisa terima." ucap Gani sambil menyerahkan kembali uang itu.
"Gani, anggap saja Kakak ngasih ini sebagai ungkapan terima kasih Kakak sama kamu karena sudah bermain ke rumah Kakak. Sudahlah, ambil saja. Kalau nggak gitu ditabung saja buat kebutuhan yang darurat." jelas Bayu.
Gani masih terdiam. Dia ingat kalau Neneknya lagi butuh biaya buat beli obat. Tapi, Gani nggak bisa terima begitu saja. Tak lama kemudian, Gani memasukannya uang itu kedalam sakunya.
"Baiklah, Kak. Ini Gani terima." ucap Gani.
"Nah, gitu dong. Itu baru namanya sahabat." ucap Bayu.
"Sahabat,!" seru Gani.
"Iya, sahabat. Mulai sekarang kita bersahabat." jawab Bayu sambil menunjukan jari kelingkingnya.
Tak lama kemudian Gani juga menunjukan jari kelingkingnya dan ditautkan ke jari kelingin Bayu.
"Okey, hari ini kita janji akan menjadi sahabat." ucap Gani.
"Siip,!" sahut Bayu.
"Oke, Kak. Gani pulang dulu. Sudah sore nanti Nenek nyariin." ucap Gani.
"Oke. Hati-hati, ya. Salam buat Nenek kamu." seru Bayu.
"Oke, Kak.!" jawab Gani sambil melangkah meninggalkan rumah Bayu.
Bayu melangkah masuk rumahnya untuk mandi karena malam ini dia mau ikut ngaji dirumah Dini. Karena sudah sehari absen dia nggak ikut.
Sekitar lima sore Bayu sudah siap dan rapi. Sedangkan Mama dan Papanya hari justru nggak ikut karena lagi koreksi hasil ulangan muridnya.
"Bay, kamu jadi ngajak Irwan ke rumahnya Dini?" tanya Mamanya.
"Iya, Ma. Ini nunggu Irwan kesini." jawab Bayu.
"Oh iya, Biar Irwan saja yang nyetir. Kamu jangan nyetir dulu." ucap Mamanya lagi.
"Iya, Ma." jawabnya.
Tak lama kemudian Irwan pun datang dengan jalan kaki. Karena jarak rumah Bayu dan Irwan hanya selisih dua rumah saja.
"Kamu sudah siap, Bay?" tanya Irwan sesampainya dirumah Bayu.
"Iya, Bro. Nih, kuncinya. Kamu yang nyetir." seru Bayu sambil melemparkan kunci mobil kearah Irwan.
"Tante, kami berangkat dulu, ya?" ucap Irwan sambil menyalami Mamanya Bayu.
"Iya, hati-hati, Nak. Jangan ngebut, lho!" ucap Bu Santy.
"Siap, Tan.!" jawabnya.
Akhirnya mereka berdua berangkat ke rumah Dini. Acara ngajinya dilaksanakan habis Isya. Berhubung jarak rumah Bayu ke rumah Dini agak jauh sekitar emoat puluh menitan, makanya mereka berangkat lebih awal.
Hampir makan waktu satu jam mereka menuju rumah Dini. Karena kalau sore hari jalanan kota Surabaya selalu padat seiring jam kerja pulang. Tak lama kemudian mereka sampai dirumah Dini.
"Assalamualaikum.,!" ucap Bayu setibanya dirumah Dini.
"Waalaikumsalam.," suara perempuan menyaut dari dalam.
"Eh, Mas Bayu.! silahkan masuk, Mas!" seru Dinda.
"Iya, makasih. Maaf, Mama sama Papa nggak bisa ikut. Mereka ada tugas mengkoreksi ulangan muridnya." ucap Bayu.
"Oh iya, Mas. Nggak apa-apa. Mas Bayu sama siapa kesini?" tanya Dinda.
"Aku kesini sama temen aku. Itu dia,!" seru Bayu sambil menunjuk Irwan yang lagi menuju kerumah habis memarkirkan mobilnya.
Dinda kaget ketika melihat Irwan yang datang. Dia sempat gugup karena diantara mereka pernah ada hubungan yang udah lama putus.
"Mas Irwan,!" seru Dinda lirih.
----------------------------------
Next......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Ajril Bm
bingung, kyk gk ada jalur@
2021-07-12
0
Maulana
mulai seru nih... lanjut thor
2020-07-13
1