Seketika Papa dan Mamanya Bayu berlari menuju lantai atas ke kamar Bayu. Mereka mendapati Bayu yang menangis histeris sambil kepalanya disandarkan di dinding.
Spontan Bu Santy berlari mendekati anak semata wayangnya itu. Langsung saja dia peluk Bayu dan menenggelamkan kepalanya didadanya.
"Bayu sayang, ada apa Nak. Sudah, kamu yang tenang, ya?" ucap Mamanya.
"Iya, Bay. Istrighfar,! kamu nggak boleh seperti ini terus." sahut Pak Ridwan.
"Iya, Nak. Kalau kamu begini terus, kasihan Dini. Dia akan sedih kalau melihat kamu disini tidak bisa mengikhlaskannya. Lagi pula perjalannya akan terhalang oleh tangisan kamu ini." jelas Bu Santy seraya mengelus rambut Bayu.
Tak lama kemudian, Bayu pun berangsur lebih tenang. Kini, dia duduk berhadapan dengan Mamanya. Lalu dia berusaha untuk menenangkan hatinya dan mulai berbicara.
"Ma, maafin Bayu, ya. Gara-gara Bayu Mama dan Papa jadi repot gini." ucap Bayu.
"Tidak apa-apa, Nak. Itu sudah menjadi tugas Mama sebagai orang tua." jawab Mamanya.
"Kalau kamu sudah tenang, buat Sholat dulu, sebelum kamu tidur. Sudah Sholat Isya apa belum?" tanya Papanya.
"Belum, Pa. Iya habis ini Bayu akan Sholat lalu tidur." jawab Bayu.
"Ya sudah. Papa dan Mama turun dulu, ya. Kami juga mau tidur. Tadi Mama dan Papa masih di ruang tengah, jadi dengar kalau kamu teriak tadi." ucap Papanya.
"Iya, Ma, Pa. Sekarang Papa sama Mama istirahat saja. Bayu sudah nggak apa-apa, kok." jawab Bayu.
Akhirnya mereka pun istirahat. Bayu tidak bisa langsung tidur, karena dia belum Sholat Isya. Setelah dia Sholat, Bayu pun akhirnya tertidur juga.
(***)
Keesokan harinya, Mama dan Papanya Bayu bersiap beraktivitas. Bu Surti jam enam pagi sudah datang. Bu Santy dan Pak Ridwan berangkat setengah tujuh. Berhubung sekolah tempat mereka mengajar berbeda, jadi Pak Ridwan mengantarkan istrinya dulu.
"Mas Bayu, Mas,!" seru Bi Surti dari luar kamar.
"Iya, Bi..," jawabnya dari dalam kamar.
Tak lama pintu pun terbuka, Bayu keluar kamar untuk menemui Bi Surti.
"Mas Bayu, kalau sudah bangun lekas turun untuk sarapan. Tadi, Bibi disuruh Ibu bilangin ke Mas Bayu. Kalau Mas Bayu sudah bangun, disuruh lekas sarapan." ucap Bi Surti.
"Iya, Bi. Habis ini saya turun. Mau mandi dulu soalnya." jawab Bayu.
"Baik, Mas.," ucap Bi Surti sambil berlalu.
Setelah selesai mandi dan setibanya di meja makan, Bayu langsung menuju meja makan. Ketika dia membuka tudung saji meja makan, mukanya langsung berubah.
"Bibi.,!" teriak Bayu.
"Iya, Mas Bayu. Ada apa?" jawab Bi Surti sambil berlari menuju tuannya.
"Siapa yang masak ini, tadi?" tanyanya.
"Ini Ibu yang masak, Mas. Bibi datang sudah ada ini. Bibi belum masak sama sekali, ini tadi baru bersih-bersih dapur." jawabnya pelan.
"Saya nggak mau makan seperti ini, Bi.!" ucapnya.
"Mas Bayu mau Bibi masakin apa?" tanya Bi Surti.
"Nggak usah,! saya mau keluar aja.!" serunya sambil berdiri dan meninggalkan meja makan.
Bayu langsung berdiri dan menuju garasi. Dia tidak mendapati motornya. Hanya mobil sedan punya dia. Dia mendengus kesal sambil kembali masuk kedalam rumah.
"Bibi,!" panggilnya lagi.
"Iya, Mas. Ada apa lagi?" jawab Bi Surti.
"Motor saya mana, Bi?" tanyanya.
"Lho,! kan masih di bengkel, Mas?" jawab Bibi.
Bayu baru ingat kalau motornya dibengkel sejak kecelakaan kapan hari itu.
Dia jengkel sekali, dia mau keluar tapi motornya nggak ada. Dia menuju meja diruang tengah yang biasa dibuat naruh kunci mobil.
"Bi, kok kunci mobil saya nggak ada? biasanya kan disini?" tanya Bayu.
"Iya, Mas. Ibu bilang kunci mobil beliau yang nyimpan. Karena Mas Bayu nggak mungkin keluar. Gitu!" jawabnya.
"Huufftt,!! Mama ini gimana, sih? Bayu kan juga pingin keluar. Ya sudah kalau gitu, Bi. Bayu keatas dulu.!" jawabnya kesal.
"Mas Bayu nggak makan dulu?" tanya Bi Surti.
"Nggak usah, saya nggak lapar,!" jawabnya sambil melangkah keatas menuju kamarnya.
Dia menuju balkon dikamarnya. Dia berdiri sambil memandangi kebawah. Rumah dia dipinggir jalan raya, jadi dia bisa melihat hilir mudik kendaran yang lewat. Ketika dia melihat kebawah, tiba-tiba ada gadis berhijab sedang menyebrang jalan menuju toko buku didepan, lalu ada mobil yang hampir saja menabrak gadis itu.
"Awaaasss.,!!!" reflek Bayu teriak dari atas.
Dengan gerakan cepat, dia berlari menuruni tangga yang ada dirumahnya menuju keluar rumah. Dia lupa kalau lagi nggak pakai sandal. Sesampainya dia ditempat kejadian, sudah banyak orang yang membantu gadia itu.
Ketika sudah dekat, ternyata gadis itu tidak apa-apa. Hanya saja lecet sedikit lengannya karena dia terjatuh di aspal. Seketika Bayu mendekati gadis itu.
"Kamu tidak apa-apa?" tiba-tiba Bayu bertanya seolah dia kawatir.
"Maaf, Mas. Iya, saya nggak apa-apa!" jawab gadis itu.
Beberapa orang yang ada disitu perlahan menjauh, mungkin karena korban sudah ada yang kenal. Bayu masih memandangi gadis berhijab itu tanpa kedip. Tak lama kemudian ada salah satu tetangga Bayu.
"Ini teman Mas Bayu?" tanya tetangga itu.
"Oh, nggak, Bu. Kebetulan saya tadi melihat dari atas kamar saya." jawab Bayu.
"Saya sudah nggak apa-apa, Mas. Makasih karena sudah peduli dengan saya. Saya mau masuk dulu." ucap gadis itu.
Bayu seperti orang bodoh. Dia begitu refleknya dengan kejadian barusan. Itu mungkin disebabkan karena dia masih teringat kejadian yang menimpa dirinya dan kekasihnya itu.
Tak lama kemudian Bayu kembali masuk ke rumahnya dengan muka yang bingung. Sikap dia barusan itu tidak seperti biasanya.
"Huuuftt! ada apa denganku ini. Segitunya aku mengkawatirkan gadis itu, padahal kenal saja tidak. Lagian ditempat kejadian sudah banyak yang menolong dia. Sampai-sampai aku berlari dari atas menuju jalan raya hanya ingin memastikan gadis itu tidak apa-apa, dan tidak memperdulikan keadaanku sendiri. Secara kakiku juga kan masih sakit" ucap bayu lirih.
"Aaaaarrrggghh.,!!" teriaknya sambil mengacak rambutnya.
Dia menuju ruang tengah lalu duduk sambil menonton TV. Diganti-ganti terus chanel TV nggak jelas. Pikirannya kalut karena dia masih memikirkan kejadian kecelekaan yang sampai merenggut nyawa kekasihnya itu.
Bi Surti memandangi Bayu dari dapur yang memang letaknya nggak jauh. Dia merasa kasihan dengan majikannya itu. Dia jadi mudah marah dan bawaannya uring-uringan nggak jelas.
"Mas Bayu yang sabar, ya. Mudah-mudahan Mas Bayu bisa melewati ini semua. Mbak Dini pasti juga sedih kalau melihat Mas Bayu seperti ini terus." ucap Bi Surti dalam hati.
.
.
.
Sore harinya, Bayu habis mandi langsung turun ke bawah buat keluar rumah. Dia berjalan keluar rumah menuju jalan raya mau cari bakso yang biasa lewat depan rumah. Saat dia berjalan dipinggir jalan, mata dia menatap sosok anak kecil yang lagi duduk dengan membawa tas.
Bayu mencoba mendekatinya laku ikut duduk disebelahnya. "Lagi nunggu siapa, Dik?" tanya Bayu.
"Lagi nunggu pelanggan, Kak." jawabnya.
"Emang kamu jualan, apa?" tanya Bayu sambil matanya mencari sesuatu, kalau jualan tapi kok nggak bawa apa-apa.
"Saya tukang semir sepatu, Kak." jawabnya polos.
"Oh, kamu tukang semir. Mau nyemir sepatu, Kakak?" tawar Bayu.
"Mau, Kak. Mana yang disemir?" tanya anak itu dengan wajah yang bersinar.
"Mari ikut Kakak." jawab Bayu seraya mengajak anak itu kerumahnya.
Ketika hampir sampai didepan rumah Bayu, tiba-tiba ada yang memanggil anak kecil itu.
"Gani, mau kemana kamu,!"
---------------------------------
Next....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments