Dinda lantas menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah Bayu. Dia agak takut kalau Bayu mendengar ucapannya barusan. Kini Bayu mendekat lalu meraih tangan Dinda.
"Din, kenapa kamu bisa menyimpan perasaanmu begitu lama." tanya Bayu.
Dinda nggak berani menjawab. Dia hanya menundukan wajahnya dan menangis. Bayu sontak kaget kenapa Dinda tiba-tiba menangis.
"Kamu kenapa menangis.?"
"Nggak apa-apa, Mas Bayu. Aku hanya ingat sama Mbak Dini saja" jawabnya pelan.
"Kamu cantik, masih muda dan masa depanmu masih panjang. Jangan kau sia-siakan hidup kamu hanya dengan memendam perasaan itu." ucap Bayu.
"Iya Mas. Aku tahu kalau aku salah karena mencintai kekasih kakakku. Tapi, tenang saja aku nggak akan egois untuk memperjuangkan perasaanku, aku sadar kalau kamu lebih mencintai Mbak Dini." ucap Dinda.
"Din, maaf kalau aku nggak bisa mencintai kamu. Karena kamu tahu aku sangat mencintai Dini. Dan aku hanya menganggap kamu seperti adikku sendiri." jawab Bayu.
"Iya, Mas. Aku mengerti kok. Dan aku juga nggak memaksa kamu untuk mencintaiku. Makanya saat Ibu menjodohkan kita, aku sudah tahu kalau kamu pasti tidak menyetujuinya." jelas Dinda.
"Iya, Din. Makasih kamu sudah bisa mengerti. Dan juga kamu masih bisa memilih laki-laki lain yang lebih baik dari aku." jawab Bayu.
"Iya, Mas."
"Oh iya, kamu sudah selesai kan. Aku juga sudah selesai, kita pulang bareng iring-iringan." ucap Bayu.
Setelah mereka pamit dengan Dini, mereka akhirnya keluar makam dan menuju motornya masing-masing. Bayu memakai jaket dan helmnya demikian juga dengan Dinda.
.
.
.
Malam harinya Bayu iseng ke toko buku depan rumahnya. Gani sedang belajar diajari Mamanya.
"Mau kemana, Bay.?" tanya Mamanya.
"Mau ke toko buku depan rumah, Ma." jawab Bayu.
"Oh ya sudah." jawab Mamanya lagi.
Bayu melangkah meninggalkan rumahnya dan menuju toko buku SEMERU depan rumahnya. Setelah dia menyebrang dia langsung masuk toko tersebut.
Toko itu menjual banyak jenis buku bacaan. Bahkan ada buku pelajaran buat anak sekolah dari SD sampai SMU. Bayu mencoba mencari lorong buku pengetahuan umum.
Da berjalan mencari-cari buku yang dia inginkan. Dia mencari buku tentang seluler yang ada hubungannya dengan pekerjaannya.
Setelah selesai membayar, Bayu keluar toko. Ketika baru saja dia melangkah keluar toko, dia menangkap sosok perempuan berhijab sedang berbicara dengan seorang laki-laki.
Laki-laki itu berbicara dengan serius seperti orang bertengkar. Bayu agak terganggu jika melihat seorang laki-laki yang kasar memperlakukan wanita. Wanita itu seperti mau menangis karena ketakutan. Sedangkan tangan kiri laki-laki itu memegang lengan wanita dihadapannya kali ini.
Lalu tangan kanannya diangkat lalu hendak dilayangkan ke muka wanita itu. Seketika Bayu langsung berteriak.
"Hentikan,!"
Seketika laki-laki dan wanita itu menoleh kearah Bayu, dan lebih mengejutkan Bayu lagi ternyata wanita itu adalah wanita yang dia kenal.
"Aulia,!"
"Mas Bayu,!"
Keduanya saling pandang sejenak sampai dia nggak menyadari kalau diantara mereka ada laki-laki yang kini berdiri dihadapan Aulia.
"Kalian saling kenal.?" tanya laki-laki itu.
Aulia menganggukan kepalanya, "Dia Mas Bayu temanku.!" jawab Aulia.
"Oh teman kamu.!"
"Oh iya, Mas Bayu. Ini Mas Fatih," ucap Aulia.
"Kenapa kamu nggak bilang kalau aku calon suami kamu.?" ucap Fatih.
"Nggak apa-apa. Dia nggak perlu tahu kamu siapa.!" jawab Aulia ketus.
"Maaf, kalau Anda memang calon suaminya, kenapa tadi Anda hendak menamparnya?" pertanyaan Bayu seolah menampar wajah Fatih.
"Itu bukan urusan Anda, karena dia adalah tunangan saya." jawab Fatih.
"Itu akan menjadi urusan saya jika Anda melakukannya ditempat umum seperti ini, karena siapapun yang melihat kelakuan Anda tadi, pasti akan melakukan hal yang sama seperti saya." jelas Bayu.
"Sudah, Mas Bayu. Jangan diteruskan, dia memang seperti itu." ucap Aulia.
"Kenapa kamu lebih menenangkan dia dibandingkan aku, hah,!" bentak Fatih.
"Maaf, Mas. Apa Anda bisa sopan sedikit sama perempuan.?" tukas Bayu.
"Kamu jangan banyak bacot,! Buuugh..,!!" bogem mentah melayang ke wajah Bayu sehingga membuat badan Bayu terhuyung dan jatuh kebawah.
Aulia kaget sehingga nyaria berteriak, dia geram melihat apa yang dilakukan Fatih pada Bayu. Kini dia mendekati Bayu yang tergeletak di lantai parkiran toko buku itu. Aulia spontan mendekati lalu mencoba menolongnya.
"Kamu nggak apa-apa, Mas Bayu.?" tanya Aulia kawatir.
Bayu menggelengkan kepalanya, "Nggak apa-apa, kok.!"
Fatih semakin brutal dan kalap karena melihat Aulia lebih mementingkan Bayu dari pada mengikuti kemauannya. Kini dengan satu gerakan tangan Fatih langsung meraih lengan Aulia lalu menyeretnya ke dalam mobil.
Aulia tidak berkutik dan tak ada yang bisa dia lakukan selain mengikuti kemauan Fatih. Bayu yang masih duduk dibawah melihat dengan perasaan miris ketika Aulia diseret sama Fatih barusan.
"Laki-laki nggak punya adab.!" gumamnya.
"Masnya nggak apa-apa.?" tanya orang yang kebetulan melihat kejadian itu.
"Nggak apa-apa, Pak. Makasih!" jawab Bayu.
"Oh ya sudah kalau begitu, lain kali kalau mau menolong orang hati-hati Mas." ucapnya lagi.
"Iya, Makasih Pak." jawab Bayu lagi.
Kini dia bangkit lalu berjalan menuju jalan raya. Dia menunggu sepi kendaraan untuk menyeberang. Setelah berhasil menyeberang dia lalu berjalan kaki menuju rumahnya.
Saat membuka pintu depan rumah, Gani kaget karena melihat wajah Bayu yang memar dibagian pelipisnya.
"Kak Bayu kenapa.?"
"Nggak apa-apa, tadi nolongin orang terus kena tonjok." jawab Bayu.
"Nolong orang apa maksudnya, kak.?"
"Kak Aulia tadi sijemout tunangannya, tapi sebelum pulang mereka bertengkar lalu Kak Aulia hendak dipukul, lantas Kak Bayu lerai karena laki-laki nggak boleh kasar sama perempuan, eh dia nggak terima lalu tanpa aba-aba Kak Bayu ditonjoknya." jelas Bayu.
"Kurang ajar,!" gumam Gani sambil mengepalkan tangannya.
"Sudah, kamu mau apa.?" kini ganti Bayu yang bertanya.
"Aku gemes aja sama tunangan Kak Aulia itu, Kak. Masa dia mau pukul Kak Aulia. Gimana nanti kalau sudah menikah.?" ucap Gani.
"Tolong ambilin Kakak minum.?" ucap Bayu.
"Siap Kak,!"
Setelah Gani melangkah mengambil minum, kemudian nggak ada satu menit dia sudah kembali sambil membawa segelas air putih buat Bayu.
"Kak, dari pada Kak Aulia menikah dengan laki-laki kasar itu, mendingan Kak Bayu yang menikah dengan Kak Aulia!" ucap Gani.
"Uhuuk..uhuuk..,!" Bayu kesedak minumannya.
Gani kaget lalu memijit-mijit punggung Bayu untuk membantu menengkannya. Bayu sendiri ngga menyangka kalau Gani bakal berkata seperti itu. Dia nggak habis pikir, dari mana anak itu punya ide demikian.
"Perkataan Gani ada benarnya juga, kenapa aku nggak menikahi Aulia saja, ya.?"
------------------------------
Next........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments