Akhirnya Bayu bersiap-siap untuk kerumahnya Dini. Dia berencana kesana sendirian. Dengan memakai t-shirt polo warna hitam dan jeans abu-abu muda melapisi tubuhnya membuat dia semakin kelihatan tampan.
"Mau kemana, Nak. Kok rapi amat?" tanya Mamanya saat dia melewati orang tuanya yang duduk diruang tengah.
"Oh iya, Ma. Bayu tadi ditelpon Ayahnya Dini dan disuruh kerumahnya sekarang. Tapi, nggak tahu ada apa." jawab Bayu.
"Oh iya sudah, kamu hati-hati, ya?" ucap Bu Santy.
"Iya, Ma. Bayu berangkat dulu, ya?" ucap Bayu.
Setelah bersalaman dengan kedua orang tuanya, Bayu langsung meluncur keluar. Dalam perjalanan ke rumah Dini, Bayu masih penasaran apa yang mau dibicarakan oleh Ayahnya Dini kepadanya.
Sekitar empat puluh menit, akhirnya Bayu sampai dirumahnya Dini. Dia memarkirkan mobilnya dihalaman rumah Dini. Kemudian dia masuk seperti biasanya. Karena dia sudah terbiasa kalau dirumah Dini selalu bersikap seperti dirumahnya sendiri.
"Assalamualaikum.,!" ucap Bayu.
"Waalaikumsalam.,!" jawab Ibunya Dini yang kebetulan ada diruang tamu.
"Malam, Bu. Ayah ada?" tanya Bayu.
"Oh, ada. Ayo masuk saja, Nak." jawab Bu Heny.
Kemudian Bayu mengikuti Bu Heny dibelakangnya untuk masuk kedalam. Sedangkan Pak Arman sudah menunggunya sambil menonton TV.
"Eh, Kamu Bayu. Silahkan duduk." ucap Oak Arman.
"Iya, Yah. Makasih."
"Oh iya, Bu. Tolong, tinggalkan kami berdua dulu. Karena mau ada yang Ayah sampaikan kepada Bayu." ucap Pak Arman.
"Iya, Yah."
"Begini, Bay. Ayah dan Ibu ingin membicarakan soal pernikahan kamu dan Dini." jawab Pak Arman.
"Lho, kan Dini nya sudah meninggal, Yah. Terus apa lagi yang harus dibicarakan?" tanya Bayu bingung.
"Iya, Aku faham. Maksudnya, bagaimana kalau pernikahan itu tetap dilanjutkan, dan Dinda sebagai Dini untuk menjadi istri kamu.!" kalimat Pak Arman bagaikan petir disiang bolong.
Bayu tidak langsung menjawabnya melainkan dia bengong dan terkejut dengan kalimat yang baru saja Pak Arman ucapkan. Dia diam seribu bahasa dan pikirannya kacau dan nggak karuan.
Pak Arman juga diam dan dia memandangi Bayu dengan tatapan yang penuh tanda tanya. Apakah diam nya itu pertanda setuju apa justru sebaliknya. Pak Arman mencoba menata kembali tempat duduknya dan kini dia memulai pembicaraan lagi.
"Nak Bayu. Maafkan Ayah kalau perkataan Ayah menyinggung kamu. Tapi, niat Ayah ini baik, Nak. Karena kami sekeluarga sudah sayang dan menganggapmu seperti anak kandung sendiri dan serasa kamu adalah pengganti Dini bagi kami." ucap Pak Arman.
Bayu mencoba menata hatinya supaya tenang dan tidak terpancing emosi. Kini dia menghela nafas panjang dan sudah bisa berfikir jernih.
"Maaf, Yah. Bukannya Bayu nggak setuju atau menolak. Tapi, jujur saat ini Bayu masih belum bisa menerima wanita lain. Hati ini masih sangat sayang dan cinta sama Dini, Yah. Jangankan wanita itu adalah Dinda adiknya Dini, wanita manapun juga Bayu belum bisa, Yah. Maafkan Bayu." jawab Bayu dengan jelas.
"Iya, Bay. Ayah ngerti perasaan kamu. Tapi, suatu saat kalau kamu berubah pikiran, kamu boleh mempertimbangkan lagi." ucap Pak Arman.
"Lagian, Dinda juga belum tentu mau dengan rencana ini, kan?" tanya Bayu.
"Kalau Dinda itu apa kata kamu. Jika kamu menyetujui rencana ini, dia akan menjalankannya." jawab Pak Arman.
"Maaf, Yah. Bayu masih belum bisa menjawab apa-apa. Bayu belum memikirkan hal ini." ucap Bayu lagi.
"Baiklah, Nak. Ayah hanya menyampaikan itu saja. Selebihnya Ayah serahkan sama kamu. Alasan Ayah cuma itu tadi, kami sekeluarga sudah menganggap kamu seperti pengganti Dini, jadi kalau kamu menikah dengan Dinda, otomatis kamu akan tinggal disini. Bagi kami itu sudah mengobati kangen kami sama Dini." jawab Pak Arman.
"Sekali lagi maafkan Bayu, Yah. Untuk saat ini Bayu masih belum bisa kasih keputusan apa-apa. Karena Bayu belum bisa menerima kehadiran wanita lain." jawab Bayu sambil menunduk.
Akhirnya obrolan mereka berakhir hingga malam hari. Jarum jam sudah menunjukan pukul sembilan malam. Bayu segera pamit pulang karena sudah malam dan besok dia harus ke kantor. Kemudian dia pamit sama Ayah dan Ibu Dini dan dia langsung melajukan mobilnya memecah jalan raya.
Dalam perjalanan pulang dia histeris dapam mobil. Dia memukul-mukul setir mobil sambil menangis.
"Dini,! Kenapa kamu tinggalin aku seperti ini. Aku sangat mencintaimu dan tidak ingin kehilangan kamu. Andaikan kamu masih ada, pasti aku tidak dihadapkan pada masalah yang sesulit ini. Diniiii.!" teriak Bayu dalam mobil.
Dia berhenti dipinggir jalan untuk menenangkan dirinya. Disandarkan tubuhnya pada kursi mobil dan menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. Dia menangis terisak-isak sampai-sampai nggak menyadari kalau malam semakin larut dan sepi.
Setelah dia tersadar kalau dirinya kini berada dipinggir jalan sendirian, dia akhirnya melajukan mobilnya kembali menuju rumahnya. Sesampainya dirumah, dia langsung memasukan mobilnya ke garasi dan langsung keatas menuju kamarnya.
Tidak dihiraukannya Mama dan Papanya yang masih belum tidur karena menunggunya pulang. Bu Santy dan Pak Ridwan saling pandang dan bingung dengan sukap anaknya barusan. Apa yang terjadi dengan Bayu selepas pulang dari rumah Dini. Batin Bu Santy.
"Pa, kenapa anak kita?" tanya Bu Santy.
"Papa juga nggak tahu, Ma." jawabnya.
"Ayo kita lihat, Pa."
"Ayo, Ma."
Akhirnya keduanya melangkah keatas untuk melihat keadaan Bayu. Sesampainya dikamar Bayu, Bu Santy langsung mengetuk pintu kamar anaknya tersebut.
"Bay.., Bayu,!" seru Bu Santy dari luar.
"Apa, Ma. Bayu ingin sendiri dulu." jawab Bayu singkat.
"Kamu nggak kenapa-napa, kan Nak?" ucap Bu Santy lagi.
"Nggak, Ma.!"
"Baiklah kalau gitu. Mama dan Papa tidur dulu, ya?" teriak Mamanya lagi.
"Iya, Ma.!"
Dia masih terlentang diatas tempat tidurnya. Matanya masih basah karena air matanya tak henti-hentinya keluar. Kini dia mulai capek dan akhirnya tertidur.
(***)
Keesokan harinya, setelah dia selesai mandi, dia memakai seragam kerja dan hendak pergi kekantor. Hari ini sabtu berarti dia masuk kerja setengah hari.
"Ma, Bayu berangkat dulu, ya?" ucap Bayu sambil menyalami Papa dan Mamanya.
"Kamu tidak saraoan dulu, Nak?" tanya Bu Santy.
"Nggak usah, Ma. Nanti makan dikantin saja." jawab Bayu.
"Hati-hati, Nak.!"
"Iya, Ma.!" teriaknya sambil berlalu.
Bayu berangkat kerja sendirian, karena Irwan sebagai karyawan biasa tidak pulang setengah hari, dia pulang full seperti biasa disore hari. Sedangkan Bayu pulang setengah hari karena dia staff.
Selama dikantor, dia bekerja seperti biasa, dia sibuk mengerjakan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Dia bekerja dengan serius sampai-sampai tidak terasa kalau sudah siang hari.
Jarum jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas. Kurang setengah jam lagi jam kantor bagi staff sudah selesai. Dia melihat kearah jendela sambil menunggu jam. Berhubung ruangannya ada dilantai tiga, jadi dia bisa melihat keindahan kota Surabaya dari atas kantornya.
Akhirnya jam kantor selesai dia merapikan meja kerjanya lalu keluar ruangannya. Dia menuju ruangan customer service untuk mengecek divisinya. Irwan yang melihat Bayu langsung mendekatinya.
"Ada apa, Bro. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Irwan.
"Nggak ada apa-apa, kok. Cuma ngecek aja. Gimana komplain dari pelanggan sudah mulai mendingan kah?" tanya Bayu.
"Sudah Boss." jawab Irwan.
"Ya sudah, aku tinggal dulu, ya?" ucap Bayu.
"Iya, hati-hati." jawab Irwan.
Bayu meninggalkan ruangan itu. Kini dia menuju bawah dan masuk ke mobilnya. Bayu melajukan mobilnya memecah jalan raya disiang hari. Dia melajukan mobilnya dengan pelan sambil menikmati indahnya kota Surabaya.
Dari pada dia nggak ada kerjaan, akhirnya dia memutusakan untuk ketempat anak-anak jalanan kayak waktu itu. Dialajukannya mobilnya menuju tempat itu.
Tak lama akhirnya sampai juga dia ditempat anak-anak jalanan itu. Dia turun dari mobil lalu menuju tempat biasanya. Tapi, disana hanya ada Nisa dan Ganes. Setelah mereka melihat kedatangan Bayu, mata mereka langsung berbinar.
"Kak, Bayu.!" seru Nisa.
"Hai, juga Nisa, Ganes." jawab Bayu.
"Kak Bayu lama nggak kesini?" tanya Nisa.
"Iya, Kak Bayu sibuk dikantor. Terus mana teman-teman kamu?" tanya Bayu balik.
"Mereka lagi diarea, Kak. Ini waktunya belajar tapi mereka belum balik." ucap Nisa.
"Belajar?" seru Bayu.
"Iya, Kak. Setiap jam satu Kak Aulia selalu datang untuk mengajar kami. Tapi, sampai sekarang Kak Aulia belum juga datang. Teman-teman yang lainnya juga belum datang." jawab Ganes.
Tak lama kemudian, datanglah wanita mungil berhijab dengan mengendarai motor maticnya. Dia memarkirkan motornya tepat disamping mobil Bayu. Tak lama kemudian dia berjalan mendekati Bayu dan kedua anak itu.
"Assalamualaikum.,!"
"Waalaikumsalam.,!"
Aulia tersenyum kearah mereka bertiga. Nisa dan Ganes langsung menyalami Aulia. Kemudian Aulia tersenyum kearah Bayu, dan Bayu pun membalas senyuman Aulia.
"Mana yang lainnya, kok cuma kamu dan Ganes?" tanya Aulia.
"Belum tahu, Kak. Teman-teman belum kesini." jawab Nisa.
"Maaf, saya juga kok nggak lihat Gani?" tanya Bayu.
"Iya, ya. Kakak juga belum ketemu Gani?" sahut Aulia.
"Kita juga nggak tahu, Kak." jawab Nisa.
Disaat mereka ngobrol-ngobrol, tiba-tiba datanglah salah satu dari teman-teman Ganes dan Nisa yang lain dengan berlari sampai nafasnya ngos-ngosan.
"Kakak., Kak Aulia.,!" serunya sambil berlari.
"Ada apa, Rud." jawab Aulia.
"Kak, ada berita duka. Neneknya Kak Gani meninggal dunia!" ucapnya sambil dia duduk dibawah.
"Inalillahiwainaillahirojiun.,!" Aulia dan Bayu spontan mengucapkan itu.
--------------------------------
Next....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments