Pagi harinya, Bayu berangkat kerja seperti biasa. Dia mengendarai motor kesayangannya.
"Ma, Pa, Bayu berangkat kerja dulu." ucap Bayu sambil menyalami kedua orang tuanya.
"Hati-hati ya Nak." jawab Bu Santy.
Kali ini Bayu tidak seperti biasanya, berangkat kerja dengan sedikit diam dan tidak seceria biasanya. Pak Ridwan dan Bu Santy heran dengan sikap anaknya itu. Ada apa lagi dengannya.
.
.
.
Saat dikantor, Bayu sedikit bicara dan nggak begitu membaur seperti biasa. Dalam hatinya masih memikirkan soal semalam yamg Aulia dilamar orang.
Dia memang belum pernah mengatakan kalau dia suka, cuma dia baru mencoba kenal lebih dekat dengannya. Karena dalam hatinya mengatakan bahwa Aulia adalah sosok yang mungkin bisa menggantikan Dini.
"Hai Bay, kamu ada apa kok diam aja." ucap Irwan saat diruangan Bayu.
"Hah, eng..gak,!"
"Kamu ada apa, kok tumben nggak keluar sama sekali." tanya Irwan.
"Nggak apa-apa. Aku hanya kurang dnak badan aja. Pegel-pegel semua." jawab Bayu asal.
"Oh iya, kemarin aku ketemu Dinda di Mall. Ya sempat ngobrol-ngobrol bentar" ucap Irwan.
"Oh iya, asyik dong ketemu sama gebetan." sahut Bayu.
"Justru malah kebalikannya, Bay." ucap Irwan sambil menunjukan muka yang sedih.
"Kenapa emang.?"
"Kamu kok nggak pernah cerita sama aku, kalau kalian sebenarnya dijodohkan."
Degh!
Ucapan Irwan sangat mengagetkan Bayu. Dia nggak nyangka kalau Irwan bakal bertanya seperti itu. Dia nggak ingat kalau Irwan sebenarnya naksir sama Dinda.
"Bukannya aku nggak mau cerita, jujur aku saja nggak merespon perjodohan itu. Jadi aku anggap itu nggak penting." jawab Bayu.
"Kayaknya Dinda setuju, Bay. Kemarin saat kita ngobrol dia kayaknya sedih saat bilang kalau kamu memang kurang suka dengan perjodohan ini." ucap Irwan.
"Iya, karena aku nggak cinta sama Dinda. Dan orang tuanya menganggap kalau aku menikahi Dinda, mereka seolah melihat Dini hadir kembali." jelas Bayu.
"Aku faham apa yang kamu maksud, Bay. Tapi, kenapa hari ini kamu kelihatan murung.?" tanya Irwan.
"Nggak apa-apa, kok. Aku hanya kecapekan saja." jawab Bayu sambil memainkan laptop dihadapannya.
"Ya sudha kalau gitu, aku kembali ke ruanganku." ucap Irwan.
Dalam ruangannya Bayu kembali memikirkan apa yang kini tengah dia alami. Satu sisi dia nggak sreg soal perjodohan yang diinginkan oleh orang tua Dini.
Sedangkan satu sisi yang lain, gadis yang sempat menyita pikirannya karena dia mirip dengan Almarhumah Dini tunangannya, kini sudah dilamar orang. Padahal dalam hatinya dia ingin mengenal lebih dekat dengan gadis itu.
"Din, aku nggak bisa menerima perjodohan dengan adikmu Dinda. Aku hanya mencintai kamu. Sedangkan gadis yang mirip dengan kamu sudah dilamar orang." ucap Bayu dalam hati.
.
.
.
Jam kepulangan kantor telah tiba, Bayu berencana mengunjungi maakn Dini karena hari ini dia kangen banget dengan Dini. Dia di parkiran langsung memakai jaket dan helmnya kemudian dia meninggalkan parkiran.
Jalanan kota Surabaya sore hari ini sangat cerah, meski jarum jam sudah menunjukan pukul setengah empat sore, matahari masih setia menemani warga Surabaya yang hilir mudik dengan segala aktivitasnya.
Dengan kecepatan yang lumayan Bayu masih melajukan motornya memecah jalanan tersebut. Sekitar lima belas menit kemudian Bayu sudah sampai di makam Dini.
Dia memarkirkan motornya didepan makam dan tak lupa dia kunci karena memang kebetulan sepi. Dia terus berjalan menuju tempat peristirahan terakhir Dini.
Bayu menundukan badannya lalu berjongkok didepan pusara Dini. Sejenak dia memabacakan doa khusus ditujukan pada gadis yang pernah menemani hari-harinya.
Sekitar sepuluh menit kemudian dia sudah selesai berdoa. Kini tangannya memegang nisan Dini dan mengelusnya. Tak terasa air matanya menetes di pipinya.
"Sayang, aku bingung. Tolongin aku, aku masih belum bisa melupakanmu, sedangkan orang tuanmu menginginkan kalau aku menikahi Dinda. Jujur, aku nggak cinta sama Dinda. Aku hanya anggap dia seperti adikku sendiri. Disisi lain aku juga nggak enak sama Irwan, dia ternyata sangat mencintai Dinda. Meskipun Irwan nggak mencintai Dinda, aku juga tetap nggak bisa mencintai Dinda dan menerima perjodohan ini." ucap Bayu didepan pusara Dini.
Kini dia menangis sesenggukan dihadapan pusara Dini. Dia nggak peduli dengan bajunya yang kotor kena tanah liat karena Bayu kini sudah telungkup diatas makam Dini dan memeluknya.
Bayu semakin terhanyut dalam kesedihannya sampai-sampai dia tak menyadari kalau ada sepasang mata dari tadi memperhatikannya. Seorang wanita yang tak lain Dinda lah yang dari tadi berdiri dibelakang Bayu.
Ketika Dinda mau membalikan badannya karena dia tidak mau mengganggu Bayu yang sedang melepas rindu dengan kakaknya, tiba-tiba kakinya menginjak ranting sehingga menimbulkan suara.
Sejenak Bayu berhenti menangis lalu menoleh, ketika dia tahu ada yang datang dan apalagi itu adalah Dinda, dia segera memanggilnya.
"Dinda tunggu.,!"
Seketika Dinda menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Bayu. Kemudian Bayu berdiri lalu menghampiri Dinda yang masih berdiri di tempatnya.
"Kenapa kamu pergi,?"
"Nggak apa-apa, Mas. Aku takut saja mengganggu Mas Bayu dengan Mbak Dini." jawab Dinda.
"Aku nggak keganggu kok. Kembalilah, kakak kamu pasti juga menunggu adiknya untuk mendoakannya." ucap Bayu.
Dinda tersenyum lalu mengangguk, karena dia bukan merasa mengganggu tapi dia merasa sedih dengan ucapan Bayu yang tidak mencintainya. Padahal aslinya dia sudah mencintai Bayu sejak masih ada kakaknya.
Dinda berjalan mendekati makam kakaknya, sedangkan Bayu mengikuti dibelakangnya. Kini mereka berdua menghadap makam Dini. Tapi sebelum Dinda berdoa Bayu mencari ponselnya.
"Din, kamu lanjutkan saja berdoa, aku mau mencari ponselku. Kali aja ketinggalan dijaket yang aku taruh di motor." ucap Bayu.
"Iya, Mas."
Kini Dinda memegang nisan Dini sambil berdoa. Matanya berkaca-kaca lantaran dia sangat rindu sekali dengan kakaknya.
"Kak, maaf kalau aku harus bilang ini sama kakak. Ayah sama Ibu menjodohkan aku dengan Mas Bayu karena dia masih berharap Mas Bayu jadi menantunya. Jujur aku senang sekali karena aku bisa menikah dengan laki-laki yang aku cintai. Jujur, sebenarnya aku juga cinta sama Mas Bayu sejak kita sama-sama kenal dia. Berhubung Mas Bayu lebih mencintai Kak Dini, jadi perasaan ini aku simpan sampai sekarang." ucap Dinda didepan pusara kakaknya.
Bayu yang mendengar apa yang Dinda ucapkan langsung kaget dan hatinya serasa semakin sesak. Dia nggak tahu kalau ternyata Dinda sebenarnya mencintainya. Posisi Bayu kini semakin sulit.
Dinda yang mengetahui Bayu sudah dibelakangnya langsung menoleh. Dia berharap mudah-mudahan Bayu tidak mendengarkan apa yang dia ucapkan pada kakanya.
"Eh, Mas. Sudah ketemu ponselnya.?"
"Sudah, Din."
"Mas, aku sudah selesai mendoakan Mbak Dini, dan sekarang aku pulang dulu." ucap Dinda.
"Tunggu dulu, Din.,!"
-------------------------------
Next.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Maulana
lanjuuuuut
2020-10-01
0