Seketika tubuh Bayu lunglai dan jatuh ke lantai. Papanya yang dibantu Ayahnya Dini langsung membawanya ke kamar Dini. Bu Santy dan Bu Heny langsung mengikuti suaminya masuk ke kamar melihat keadaan Bayu.
"Pa, apa sebaiknya nggak kita bawa ke rumah sakit, saja!" seru Bu Santy.
"Kita lihat dulu, Ma. Kayaknya dia ini masih syok makanya pingsan." jawab Pak Ridwan.
"Nanti, kalau sudah siuman kita langsung ajak pulang saja, Pa." ucap Bu Santy sambil memberi minyak gosok dihidung Bayu biar cepat siuman.
Semua keluarga masih panik karena Bayu nggak sadar-sadar. Apalagi Dinda, dia takut karena dirinya, Bayu jadi pingsan.
"Bu, Dinda takut, Mas Bayu kok gitu. Masak lihat Dinda dikiranya Mbak Dini." ucap Dinda.
"Kamu tenang dulu, Din. Bayu seperti itu mungkin kamu mirip sama Kakakmu. Maklum saja, dia masih syok dengan kepergian Kakakmu." jawab Bu Heny.
"Iya, Bu. Mungkin saja." jawab Dinda.
Tak lama kemudian Bayu sadar. Dia mengeluh pusing. Lalu Mamanya memberikannya air untuk minum. Setelah itu dia terdiam.
"Kamu sudah enak'an, kan?" tanya Mamanya.
"Sudah, Ma. Kita pulang aja, yuk!" ucap Bayu tiba-tiba.
"Iya, kita pamit dulu sama orang tuanya Dini dulu." jawab Bu Santy.
Setelah mereka pamit sama keluarga Dini. Bayu dan orang tuanya menuju mobil yang terparkir dihalaman rumah Dini. Pak Ridwan yang menyetir sendiri mobilnya, karena Bayu belum bisa untuk menyetir.
Jarak rumah Bayu dan Dini lumayan jauh, paling empat puluh menitan. Rumah Bayu ditengah kota. Sedangkan rumah Dini ada dipinggiran kota Surabaya.
Dalam perjalanan Bayu masih saja terdiam tanpa mengeluarkan suara satu pun. Mamanya berkali-kali mengajaknya ngobrol, tapi dia menjawab sepatah dua kata saja.
"Bay, kamu ambil cuti berapa hari?" tanya Mamanya.
"Belum tahu, Ma. Lihat nanti saja." jawabnya sambil matanya masih menatap keluar jendela.
"Oh, ya sudah." jawab Bu Santy.
Setelah melewati perjalanan yang lumayan macet. Akhirnya mereka sampai juga dirumah. Pak Ridwan memarkirkan mobilnya langsung ke garasi. Sedangkan Bayu dibantu Mamanya jalan masuk kedalam rumah.
Rumah Bayu nggak begitu besar, tapi dua lantai. Bayu anak tunggal, jadi yang tinggal dirumah itu hanya Bayu dan kedua orang tuanya. Ada pembantu tapi kalau sore dia pulang.
Karena orang tua Bayu kerjanya sebagai pengajar, jadi sore sudah ada dirumah. Oleh sebab itu Mamanya cari pembantu buat pagi sampai sore hari saja. Seperti hari ini Bi Surti masih dirumah.
Melihat kedatangan Bayu dan orang tuanya, Bi Surti langsung berlari mendekati dan membantu Bayu.
"Bibi buatin minuman, ya Mas Bayu?" tanya Bibi.
"Nggak usah, Bi. Saya mau langsung istirahat saja." jawab Bayu.
"Kamu bisa naik ke kamarmu, Nak?" tanya Bu Santy.
"Bisa, Ma. Bayu nggak apa-apa, kok." jawab Bayu sembari naik keatas.
Bu Santy memandangi anaknya yang naik ke lantai atas dengan sedikit nahan sakit. Tapi, dia mau naik sendiri. Bu Santy dan Bi Surti saling pandang dan tersenyum.
"Itulah Bayu, Bi. Keras tapi hatinya melo. Padahal dia naik tangga seperti itu, tapi nggak mau dibantu." ucap Bu Santy.
"Iya, Bu. Mas Bayu memang keras pendiriannya. Tapi, hatinya nggak tegaan." jawab Bi Surti.
"Saya jadi kasihan sama dia, Bi. Kepergian Dini membuatnya seperti itu. Mudah-mudahan ini hanya sebentar saja." ucap Bu Santy sambil duduk diruang tengah.
"Ibu mau Bibi buatin minum?" tanya Bi Surti.
"Boleh, teh hangat saja, ya Bi.?" jawab Bu santy.
Bi Surti melangkah kedapur untuk membuatkan minuman buat Bu Santy. Lalu Pak Ridwan ikut duduk di sebelah istrinya.
"Ma, gimana Bayu. Dia masih diam?" tanya Pak Ridwan.
"Masih, Pa. Sekarang dia ada dikamarnya." jawab Bu Santy.
"Ya sudah, biarkan dia istirahat dulu." jawab Pak Ridwan.
"Ting..tong..," suara bel didepan.
"Biar saya saja yang buka pintunya, Pak,!" seru Bi Surti dari dalam.
Tak lama kemudian masuklah laki-laki sebaya dengan Bayu. Dia berjalan dibelakang Bi Surti.
"Pak, ada Mas Irwan." ucap Bi Surti. Kemudian dia masuk ke dalam.
"Om, Tante. Gimana keadaan, Bayu?" tanya Irwan sambil menyalami kedua orang tua itu.
"Bayu sudah nggak apa-apa. Cuma dia sekarang lebih banyak diam." jawab Pak Ridwan.
"Mungkin, dia masih syok, Om. Oh iya maaf, saya nggak bisa ikut takziah ke rumah Dini. Dikantor banyak kerjaan." jawab Irwan.
"Kalau kamu mau ketemu Bayu, dia ada diatas, dikamarnya. Naik aja,!" ucap Bu Santy.
"Iya, Tan. Saya keatas dulu, ya?" ucap Irwan.
Kemudian dia naik keatas. Lalu diketuknya kamar Bayu. Tak lama kemudian pintu pun terbuka.
"Hay, kamu Wan. Masuk aja.!" seru Bayu.
"Kamu sudah enakan, Bay. Sorry aku nggak bisa ikut takziah. Kantor lagi banyak kerjaan." ucap Irwan.
"Sorry, Wan. Gara-gara aku nggak masuk kerja, kamu jadi keteteran." ucap Bayu sambil menepuk pundak sepupunya itu.
Bayu dan Irwan memang teman sekantor, Irwan sebagai anak buahnya Bayu dikantor. Selama ini meskipun dikantor Bayu selalu menganggapnya sebagai rekan kerja saja, dan bukan atasan dan bawahan.
"Nggak apa-apa, Bay. Itu memang sudah menjadi tugasku sebagai anak buah. Tenang aja. Kamu tenangin dan pulihkan dulu keadaan kamu." jawab Irwan.
"Oh iya, apa pesanku sudah kamu sampaikan ke Pak Richard. Aku jadi ambil cuti." ucap Bayu.
"Sudah tadi pagi. Dia juga sudah acc surat permohonan cuti, kamu." jawab Irwan.
Akhirnya mereka ngobrol-ngobrol sambil rebahan. Mereka berdua selalu seperti itu. Bayu sedikit terhibur dengan hadirnya Irwan sepupunya, itu terbukti dia menyambut baik kedatangan Irwan.
.
.
.
Malam harinya Bayu absen ikut ngaji dirumah Dini. Selain dia ingin istirahat, Bayu ingin sendiri aja dulu. Kalau ke rumah Dini dia mungkin akan teringat terus akan Dini.
Dia masih duduk-duduk diteras balkon kamarnya. Dia pandangi langit yang penuh bintang. Begitu indah ciptaan Tuhan kali ini. Meskipun kecil terlihat, tapi mampu menghiasi langit di malam ini. Dia masih memandangi langit yang begitu indah.
"Dini, istirahatlah disana, kamu akan tenang disisiNYA. Aku janji tidak akan melupakanmu. Aku sayang dan cinta sama kamu. Tapi, kenapa begitu cepat kamu meninggalkanku." ucap Bayu dalam hatinya.
Udara semakin dingin, malampun semakin larut. Bayu masih saja menyendiri diatas, bahkan makan pun diantar Mamanya keatas. Dia ambil laptopnya dan membukanya.
Banyak sekali kenangan-kenangan dia bersama Dini dalam laptop itu. Foto-foto saat berdua sama Dini tersimpan disitu semua. Lalu diputernya lagu yang ada didalam laptop tersebut.
Dia tak memyadari bahwa air matanya menetes dipipinya. Masih jelas di ingatannya saat Dini menghembuskan nafasnya yang terakhir dipangkuannya. Sebelum meninggal dia sempat-sempatnya menanyakan keadaannya bagaimana.
Bayu semakin larut dalam kenangan bersama Dini. Ada lagu kerispatih yang mengiringi dia sambil membuka foto-foto itu. Memang Dini ngefans sekali dengan group band Kerispatih.
Semasa hidupnya, mereka kalau melihati foto-foto dalam laptop itu selalu diiringi lagunya Kerispatih. Seperti halnya kali ini, dia melalukan hal yang sama seperti waktu ada Dini.
Air mata Bayu semakin deras saat mendengar lagunya Kerisatih yang MENGENANGMU..
"BIARLAH KUSIMPAN., SAMPAI NANTI AKU., KAN ADA DISANA., TEMANI DIRIMU DALAM KEDAMAIAN., INGATLAH CINTAKU., KAU TAK TERLIHAT LAGI., NAMUN CINTAMU ABADI.."
"DINIII...,!"
----------------------------------
Next....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Siti Nurlela
kok sama sih band favoritnya Kerispatih 😊
2020-10-31
0