Hari ini terakhir Bayu ambil cuti di kantor. Dia berencana untuk keluar untuk menghilangkan kepenatan dan mencoba untuk melupakan apa yang dia alami dengan mencari suasana baru.
Setelah semuanya selesai sarapan, Papa dan Mamanya pamit untuk mengajar. Bayu sendiri juga ingin keluar, kini dirumah cuma ada Bi Surti saja.
"Bi, Bayu keluar dulu, ya. Nanti nggak usah disediakan makan siang, mungkin saya sampai sore." ucap Bayu sama Bi Surti.
"Baik, Mas Bayu. Hari ini Bibi akan bereskan pakaian saja, Setrikaan Bibi banyak sekali." jawab Bi Surti.
"Iya, Bi. Terserah Bibi saja. Kalau capek, istirahat. Jangan dipaksa." ucap Bayu sambil menuju meja diruang tengah untuk memgambil kunci mobil.
"Lho, Mas Bayu sudah boleh menyetir mobil?" tanya Bibi.
"Sudah nggak apa-apa, Bi. Saya mau pakai apa kalau bukan mobil. Motor saya minggu depan baru selesai" jawab Bayu.
"Oh ya sudah kalau gitu. Hati-hati, ya Mas?" ucap Bi Surti kawatir.
"Iya, Bi. Makasih..," jawabnya.
Bayu menuju garasi untuk menyalakan mesin mobilnya. Dia berencana pergi kesuatu tempat untuk menyendiri. Dilajukannya mobil untuk memecah jalan raya. Dia mengemudikan mobilnya dengan santai.
Lantunan lagunya Blackout dimobilnya semakin membuatnya kembali mengenang Almarhumah Dini.
"Betapa hancur hati, hilang gairah hidup. Serasa hampa selimuti di jiwa.
Tak ada lagi tawa, dan tak ada ceria. Semua hilang terkubur dalam duka.
Dia., kini telah pergi jauh. Terbang tinggi tinggalkanku disini.
Tuhan Engkau tahu aku mencintainya, dan tak ada yang bisa mengganti dirinya.
Tuhan hanya dia yang selalu ada, dalam anganku.. dalam benakku."
Akhirnya dia sampai disuatu tempat dimana disitu ngumpul semua anak-anak jalanan. Dari pengamen, pedagang asongan, penyemir sepatu bahkan pengemis. Bayu menghentikan mobilnya dan menepikan dipinggir jalan. Dia masih mengawasi semua anak-anak yang berkumpul disitu.
Dia sengaja tidak mendekat, hanya memperhatikannya dari jauh. Dia duduk di mobil dengan pintu terbuka. Alangkah bahagianya mereka berkumpul dan bercanda satu sama lain, seolah tidak merasa ada beban sedikitpun.
Ada yang berlarian, ada pula yang duduk-duduk sambil bermain. Semuanya terlihat natural dan tidak dibuat-buat. Bayu semakin terenyuh ketika ada salah satu dari mereka yang menangis mungkin karena lapar atau apa dia kurang tahu. Dilihatnya ada satu anak perempuan yang usianya sekitar tiga belas tahunan menghampiri anak kecil yang menangis itu.
Bayu masih memperhatikan mereka dengan tatapan penuh haru. Tak lama kemudian anak perempuan itu melihat kearah Bayu, seketika Bayu melambaikan tangannya untuk memanggilnya. Serta-merta dia langsung berlari kearah Bayu yang duduk dimobilnya.
"Kenapa anak kecil itu menangis?" tanya Bayu lembut.
"Dia lapar, Kak."
"Kalian belum makan?" ucap Bayu seraya dia mengeluarkan dompetnya.
Gadis kecil itu menggeleng keras. Lalu Bayu mengeluarkan beberapa lembar uang dengan pecahan lima puluh ribu rupiah.
"Ini ada sedikit rejeki dari Kakak. Tolong, kamu beli makanan untuk semua teman-temanmu yang disana" ucap Bayu.
Gadis kecil itu seketika membulatkan matanya kegirangan. "Makasih Kak, Saya ucapkan banyak terima kasih sama, Kakak. Akhirnya hari ini kami bisa makan" jawab gadis kecil itu sembari menerima uang dari Bayu.
Kembali gadis kecil itu menjauhi Bayu. Kemudian dia membagi tugas sama temannya yang lain untuk pergi kesuatu tempat guna membeli makanan. Sedangkan Bayu masih dalam mobilnya dan memperhatikan mereka.
Dalam hati dia meronta ingin menangis, tapi dia malu dengan mereka. Permasalahan mereka lebih pelik dibandingkan dirinya saat ditinggal Dini. Kenapa justru dirinya merasa paling menderita jika hidup tanpa Dini. Rasa kehilangan itu memang manusiawi, tapi kita harus bisa melihat realita kehidupan. Masih banyak yang lebih menderita dibandingkan apa yang kita alami sendiri.
"Ya Allah., begitu bodohnya aku jika merasa paling menderita didunia ini. Sedangkan diluar sana masih banyak yang lebih menderita dibandingkan apa yang aku alami." ucap Bayu dalam hati.
Tak lama kemudian, tampak gadis kecil tadi datang dengan membawa bungkusan makanan dan dibagi-bagikan dengan temannya. Selang beberapa menit kemudian datang lagi satu temannya yang dia kasih tugas untuk membelikan minuman.
Bayu tersenyum manis ketika melihat senyum mereka yang mereka saat menikmati makanan itu. Tak lama kemudian gadis kecil dan satu temannya lagi tadi mendekati Bayu.
"Kak, ini buat Kakak. Ayo kita makan bareng-bareng." ucap gadis kecil tu seraya menyodorkan satu buah nasi bungkus beserta teh hangat yang ditaruh dalam plastik.
Bayu tak langsung menerima makanan itu. Dia begitu kaget dan heran dengan tingkah gadis kecil ini. Disaat dia merasakan kelaparan, tapi dia tidak akan lupa untuk berbagi dengan sesama. Gadis kecil itu memperhatikan Bayu yang masih bengong.
"Kak,! apa Kakak tidak mau makan makanan seperti ini?" tanya gadis itu lagi.
Seketika Bayu kaget dan menerima bungkusan dari gadis kecil itu. "Eh, iya. Kakak mau, kok. Ayo kita makan sama-sama."
Akhirnya Bayu makan bersama gadis kecil dan temannya itu. Sedangkan yang lainnya masih ditempatnya semula untuk menikmati makanan itu. Tak terasa mata Bayu berkaca-kaca ketika menikmati nasi bungkus yang sekarang ada ditangannya ini.
"Oh iya, nama Kakak siapa? kalau aku Nisa dan ini temanku Ganes. Diantara mereka, kami berdualah yang paling besar." jelas Nisa.
"Aku, Bayu. Panggil saja, Kak Bayu. Pantesan kamu berdua yang membantu mereka, karena kalian berdua paling besar." jawab Bayu.
"Oh Kak Bayu. Kakak kenapa kok tiba-tiba ketempat seperti ini. Kakak ini kan orang kaya?" tanya Nisa polos.
"Kebetulan Kak Bayu ini tadi libur kerja. Dan nggak sengaja melewati tempat ini. Apa orang kaya tidak boleh main ke tempat ini?" jawab Bayu.
"Boleh saja, Kak. Tapi, maksud Nisa itu, aneh saja. Mungkin seribu dibanding satu ada orang kaya yang mau main ke tempat kumuh seperti ini." ucap Nisa lagi.
"Ya memang nggak semua, Nis. Hanya orang tertentu saja." jawab Bayu.
"Oh iya, Kak. Ini kembaliannya uang dari Kakak tadi. Sisa banyak." ucap Nisa sambil menyerahkan sisa uang kepada Bayu.
"Sudah, simpan saja. Siapa tahu kalian membutuhkannya. Kali aja besok atau kapan Kakak nggak sempat kesini, kan masih bisa digunakan untuk membeli makanan lagi." jawab Bayu.
"Tapi, Kak--"
"Sudah, simpan saja. Oke,!" ucap Bayu.
"Baiklah, Kak. Ini akan Nisa simpan buat teman-teman semua." jawab Nisa.
"Baiklah, sekarang Kakak mau permisi dulu, ya. Karena hari semakin siang. Sudah mau Dhuhur juga" ucap Bayu.
"Iya, Kak. Terima kasih banyak telah membantu kami" jawab Nisa sambil menyalami Bayu. Ganes juga tak mau ketinggalan untuk mencium punggung tangan Bayu.
Kemudian Bayu masuk kedalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Ketika dia menunggu untuk beberapa menit, tiba-tiba ada gadis berhijab menaiki motor matic menuju tempat Nisa dan teman-temannya tadi.
Gadis itu membuka helm lalu membuka tasnya juga dan mengeluarkan beberapa buku, kemudian dibagikan kepada anak-anak itu. Bayu tidak langsung meninggalkan tempat itu dan masih didalam mobilnya. Dia masih memperhatikan siapa gadis berhijab itu.
"Siapa perempuan itu, kenapa dia begitu peduli dengan anak-anak jalanan seperti itu" ucap Bayu dalam hati.
Bayu sepertinya tertarik dengan apa yang dilakukan perempuan itu. Kalau perempuan itu bisa, kenapa dia tidak. Mungkin next time dia akan kesini lagi buat memberikan sesuatu yang berguna bagi mereka.
Bayu melanjutkan perjalanannya menuju tempat ibadah, karena sudah mendekati Dhuhur. Perlahan dia melajukan mobilnya mencari Masjid yang dipinggir jalan.
Ketika dia sudah menemukan Masjid, langsung saja dia membelokan dan memarkirkan mobilnya dihalaman Masjid. Ketika dia membuka pintu mobil, mata dia menangkap anak laki-laki yang sudah tidak asing baginya.
"Gani,!!"
---------------------------------
Next.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments