Dinda masih terdiam dan belum menanggapi apa yang dikatakan Ayahnya. Dalam hatinya dia senang karena dia masih ada hati sama Bayu. Tapi, sisi lainnya apa Bayu mau menerima perjodohan ini, secara Bayu begitu mencintai Kakaknya. Dia nggak mau kalau Bayu menerima dia lantaran dirinya dianggap sebagai pengganti Dini dan bukan karena dirinya sendiri.
"Yah, apa Mas Bayu sudah tahu rencana Ayah dan Ibu ini?" tanya Dinda.
"Belum tahu, Nak."
"Apa kira-kira dia setuju dengan rencana Ayah. Secara Mas Bayu begitu mencintai Mbak Dini." jawab Dinda.
"Kita juga belum tahu, Nak." jawab Pak Arman.
"Yah, Bu. Dinda nggak bisa mutuskan sendiri sekarang. Yang penting itu semuanya terserah Mas Bayu. Jika dia menyetujui, Dinda juga akan setuju." jawab Dinda pelan.
"Iya, Nak. Nanti Ayah yang akan bilang sama, Bayu." jawab Ayahnya.
"Dinda masuk dulu, ya Yah?" ucap Dinda sembari melangkah masuk kekamarnya.
Akhirnya Dinda masuk kamarnya. Sekali lagi dia berucap dalam hatinya. "Mbak, mudah-mudahan kamu disana menyetujui dengan rencana Ayah. Jika memang rencana itu berjalan lancar, aku berjanji akan mendampingi Mas Bayu buat kamu."
Dinda bergulat dengan bathinnya. Selama ini memang dia menyimpan rasa sama Bayu, berhubung Bayu lebih mencintai Dini kakaknya, dia hanya berusaha membuang jauh-jauh pikiran dan rasa itu. Sampai dia memutuskan mengambil pekerjaan diluar kota dulu itu selain memang sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Dia juga berusaha menghindari untuk ketemu Bayu.
Dan sekarang, dia seperti dihadapkan pada dua sisi yang berbeda. Secara batin dia senang banget dengan rencana ini. Tapi, kenyataannya Bayu tidak mencintainya. Semakin malam Dinda semakin nggak bisa tidur karena memikirkan ini.
(***)
Keesokan harinya, Bayu kekantor pakai mobil karena motornya belum selesai. Selesai sarapan dan berpamitan sama kedua orang tuanya, dia langsung menyambar kunci mobil yang tergeletak diatas meja. Kemudian dia menyalakan mesin mobilnya.
Didepan rumah Irwan dia mengklakson untuk memanggilnya. Semalam dia sudah janjian untuk kekantor sama-sama supaya bisa bergantian menyetir.Tak lama kemudian keluarlah Irwan.
"Hai, bro,! sudah siap bertempur lagi dengan masalah dikantor?" celetuk Irwan saat masuk mobil.
"Siap dong. Kan ada anak buah ini, aku kan tinggal ini itu saja.!"
"Sialan kamu,! mentang-mentang punya anak buah."
"Yuk, berangkat.!"
"Okey.!"
Dalam perjalanan menuju kantor, mereka berdua ngobrol-ngobrol seputar kerjaan dan kebiasan mereka berdua. Sekitar tigapuluh menit kemudian, akhirnya mereka sampai juga dikantor. Bayu memarkirkan mobilnya ditempat biasanya yang khusus karyawan.
"Selamat pagi semua,!" seru Bayu sesampainya di dalam kantor.
Saat dia melangkah menuju ke ruangannya, tiba-tiba dia menabrak seorang wanita yang belum pernah ia temui. Mereka saling pandang satu sama lain, kemudian dia tersenyum kearah Bayu.
"Maaf, Pak. Saya nggak sengaja." ucap wanita itu.
Bayu nggak lekas menjawab tapi justru malah melihat wanita itu tanpa kedip. Mata mereka sempat beradu pandang sejenak. Tak lama kemudian Bayu membalas senyuman wanita tersebut.
"Iya, nggak apa-apa. Saya juga minta maaf, karena saya juga terburu-buru." jawab Bayu.
Kemudian mereka melangkah menuju tujuannya masing-masing. Bayu masuk melangkah menuju ruangannya. Sedangkan wanita tadi keruangan HRD.
"Siapa wanita itu. Kok aku baru melihat." ucap Bayu dalam hati.
Kemudian Bayu menyalahkan laptopnya guna mengecek pekerjaan yang sudah tiga hari ini dia tinggal cuti. Kata Irwan pekerjaan dikantor banyak banget. Ketika dia asyik melototin layar monitor, tiba-tiba pintunya diketuk dari luar.
"Silahkan masuk,!" sahut Bayu dari dalam.
"Selamat pagi, Pak.!"
Bayu kaget dengan siapa yang dilihatnya barusan. Wanita yang tadi menabraknya di lobby. Sejenak dia memandang wanita itu. Tak lama kemudian dia tersadar dan mempersilahkan untuk duduk.
"Maaf, silahkan duduk.!"
"Makasih Pak..,!"
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bayu.
"Kenalkan, saya Fara, Pak. Mulai hari ini saya ditempatkan di divisi Bapak. Saya karyawan baru." jawab wanita itu.
"Oh iya, maaf. Saya baru masuk hari ini, dan belum tahu kalau karyawan baru ternyata masuk hari ini juga. Memang divisi saya perlu satu personil lagi." ucap Bayu.
"Iya, Pak. Pak Dani bagian HRD, saya langsung disuruh kesini menemui Bapak." ucap wanita itu.
"Saya Bayu, panggil saja Pak Bayu. Selamat datang di divisi kami, dan mudah-mudahan Anda betah bekerja sama dengan kami." jawab Bayu.
Tak lama kemudian Bayu mengajak Fara melihat ruangan yang nantinya dia akan bekerja. Dibagian customer service memang lagi membutuhkan satu personil lagi. Karena akhir-akhir ini layanan customer service lagi membludak. Mungkin semakin banyak pengguna mengakibatkan komplain yang bermacam-macam.
Setelah Bayu menjelaskan tugas dan menunjukan tempatnya, dia akan kembali ke ruangannya, dan Fara diserahkan Irwan untuk membimbingnya sebagai senior.
"Bay,!" teriak seseorang ketika dia hendak ke ruangannya.
Bayu langsung menoleh dan menghentikan langkahnya. Ternyata atasannya yang memanggilnya tadi.
"Iya, Pak Agus.!"
"Oh iya, karyawan baru sudah mulai masuk apa belum?" tanya laki-laki itu.
"Sudah, Pak. Sudah saya antarkan ke tempat kerjannya dan sudah saya jelaskan juga tugas-tugasnya." jawab Bayu.
"Bagus, gimana Bay, anaknya? cantik, kan?" tanya Pak Agus.
"Ish, Bapak ini apa sih." jawab Bayu malu-malu.
"Tenang, Bay. Saya akan mendukungmu jika kamu memang mau," ucapnya sembari tertawa.
"Bapak ini ada-ada saja. Saya masih belum memikirkan hal itu dulu." jawab Bayu.
"Iya, saya faham kok. Tadi kan saya bercanda. Tapi, kalau diseriusin saya setuju. Hehehe,!" celetuknya lagi.
Bayu hanya tersenyum simpul saja. Dia memang sudah akrab dengan atasannya itu. Karena atasannya itu seorang Duda. Jadi kalau membicarakan soal lawan jenis pasti seperti itu. Fair dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Kadang mereka juga futsal bareng dan nongkrong juga, jadi mereka bercanda seperti itu sudah biasa.
.
.
.
Sore harinya, pulang kerja yang nyetir si Irwan. Bayu kini tinggal duduk disamping sopir. Setelah melewati jalanan biasanya, akhirnya mereka sampai dirumah. Irwan memarkirkan mobil dihalaman rumah Bayu, setelah itu dia pulang.
"Bay," seru Mamanya.
"Iya, Ma."
"Kamu pasti capek, ya?" tanya Mamanya lagi.
"Biasa aja, kok Ma. Ada apa sih, kok tumben Mama begini sama, Bayu?" tanya Bayu.
"Nggak ada apa-apa. Sekarang kan kamu sudah mulai masuk kerja, Mama harap, kamu kembali seperti Bayu yang dulu, jangan suka menyendiri dikamar." ucap Mamanya.
"Bayu kan memang nggak menyendiri, Ma. Kemarin saja Bayu keluar jalan-jalan karena bosan dirumah." jawab Bu Santy.
"Iya, Mama tahu itu. Emm, gimana ya Mama mulai bicaranya ini?" ucap Bu Santy.
"Ada apa sih, Ma." kini suara Bayu sedikit serius.
"Maksud Mama, mulai sekarang kamu itu harus sudah membuka hati, jadi jangan santai-santai saja." ucap Mamanya.
"Mama ini apa sih, Bayu itu masih belum bisa menerima wanita lain. Bayu masih terbayang soal Dini." ucap Bayu.
"Bayu, Mama nggak menyuruh kamu sekarang harus dapat pengganti Dini, Mama cuma mengingatkan kalau kamu harus sudah mulai membuka hati." jawab Bu Santy.
"Bayu, masuk dulu Ma. Capek baru pulang kerja." ucap Bayu sambil ngeloyor pergi.
"Lihat tuh, Pa. Bayu selalu seperti itu. Semenjak Dini meninggal, sikapnya kalau bicara soal wanita pasti seperti itu." ucap Bu Santy.
"Maklum saja, Ma. Baru beberapa hari Dini meninggal." jawab Pak Ridwan.
"Iya juga, sih. Tapi, setidaknya kan kita juga mulai membiasakan, biar Bayu tidak berlarut-larut dalam kesendirian." ucap Bu Santy.
Kini dikamarnya, Bayu masih memikirkan omongan Mamanya barusan. Ketika dia lagi santai-santi sambil melamun, tiba-tiba ponselnya berdering. Pak Arman Ayah Dini menelpon.
["Assalamualikum, Nak Bayu."] ucap Pak Arman dari ujung telpon.
["Waalaikumsalam, Yah. Iya, ada apa?"]
["Ayah mau menyampaikan sesuatu sama kamu,"]
["Iya, Yah. Silahkan mau bicara apa?"]
["Tapi, nggak enak kalau bicara lewat telpon. Kira-kira nanti malam kamu kerumah Ayah, bisa kan?"] tanya Pak Arman.
["InshaAllah bisa, Yah. Iya nanti Bayu kesana."]
["Baiklah, Nak. Ayah tunggu, ya?"]
["Iya, Yah. Assalamualikum."]
["Waalaikumsalam."]
Bayu kemudian menutup ponselnya kembali. Dia masih penasaran, ada apa Pak Arman menyuruhnya pergi kesana.
"Kira-kira apa yang hendak disampaikan Ayahnya Dini, ya?" ucapnya dalam hati.
---------------------------------
Next.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments