hari ini aku mau pergi beli cincin nikah. Aku sangat berterimakasih sama Lena yang selalu nemenin aku ke sana kemari mencari gaun nikah. Bahkan sekarang dia juga ikut milihin cincin buat aku.
Aku duduk di kursi belang sama Lena. didepan ada mas Rendy dan kang Muklis, udah kayak double date aja kita.
Sampai di toko perhiasan aku dan Lena langsung ngeloyor pergi tanpa menunggu dia laki-laki yang masih di dalam mobil.
” ini bagus nih Lis” Lena menunjukkan salah satu cincin yang ada berliannya di tengah.
” itu berliannya kegedean Len, yang agak kecil aja” kataku kembali mencari cincin yang ku inginkan.
” mbak mau lihat yang itu dong” kata Lena menunjuk cincin yang ada berliannya kecil.
” yang ini mau nggak?” tanya Lena memperlihatkan cincin pilihannya.
Aku menggelengkan kepala, sebenarnya pengen juga sih. Tapi kata mas Rendy pilih yang warna perak aja biar bisa couple-an.
” ya udah buat gue aja kalau nggak mau” kata Lena memberikan cincin pilihannya ke pelayan toko agar di bungkus.
” mbak yang ini satu” kata Lena.
” mau yang gimana?” tanya mas Rendy tau-tau udah ada disamping ku.
” mas Rendy aja deh yang milih, aku Inging mau yang mana” kataku tanpa menoleh mas Rendy karena masih mencari cincin yang cocok.
” ya udah pulang aja dulu yang kamu suka, mas mau cari makan di sana” mas Rendy menunjukkan warung di depan toko emas. Tak jauh dari toko. Kulihat kang Muklis udah nangkring aja disana.
aku mengangguk dan mas Rendy langsung pergi. dia tahu nggak sih aku tuh lagi bingung mau milih cincin yang mana. dasar para lelaki tidak ada yang peka.
” mau kemana tuh calon suami lo?” tanya Lena yang melihat mas Rendy nyebrang jalan.
” cari makan” jawabku. matamu masih mencari-cari cincin yang pas.
” mbak mau lihat yang ini” aku menunjuk salah satu cincin warna perak dengan berlian kecil ditengahnya.
Aku mencobanya dan pas di jari manisku. Terlihat cantik banget.
” ini satu pasang mbak” kata mbak pelayan toko.
” iya, bentar saya panggil pacar saya dulu, biar di coba cincinnya” kataku tersenyum manis.
aku mengeluarkan hp ku dan menelpon mas Rendy agar datang kesini.
” cobain dulu mas pas apa nggak” aku menyodorkan cincin pilihanku.
Mas Rendy memasukkan ke hari manisnya dan ternyata pas banget. kayaknya tuh cincin udah di buat untuk kami berdua deh. soalnya pas banget di jari kamu berdua.
” mau yang ini?” tanya mas Rendy menunjukkan cincin yang masih melingkar di jari manisnya.
” bagus kan mas” kataku dibalas anggukan mas Rendy.
” yang ini mbak” aku memberikan cincinnya supaya di bungkus.
“ nggak mau beli yang lain?” tanya mas Rendy.
“ udah itu aja dulu” jawabku.
Setelah membayar cincinnya mas r2ndy langsung nyusulin kang Muklis karena aku dan Lena masih sibuk di toko emas, karena tadi pas mau pergi tiba-mataku melihat gelang bagus banget.
Aku dan Lena beli gelang yang couple-an. katanya gelang itu udah gak di produksi lagi makanya aku beli. Selesai dengan pembayaran yang tentunya dengan kartu ATM-nya mas Rendy aku dan Lena menyusul mereka di warung depan toko.
Aku menghembuskan nafas dengan kesal. Dari tadi masih di pinggir jalan belum nyebrang. Ku lihat mas Rendy dan kang Muklis tertawa melihat aku dan Lena tidak bisa nyebrang jalan.
” terimakasih ya pak” ucap dan Lena bersamaan sama bapak parkir yang nyebrangin kita berdua.
“ mau makan apa?” tanya mas Rendy masih tertawa.
“ ngapain ketawa” kataku sewot. Mas Rendy langsung diam tapi masih nahan ketawa.
“ Lo ya Ren, udah lihat kita nggak bisa nyebrang malah di diketawain Kurang ajar banget lo” Lena ikut kesel melihat dia lelaki yang tidak peka sama sekali.
” kalian mau pesan apa?” mas Rendy kembali bertanya, aku dan Lena diam saja tidak menjawab.
“ aku pesenin makanan yang bestseller di sini ya” mas Rendy berdiri dari duduknya.
“ nggak usah repot-repot, kita bisa kok pesen sendiri” ucapku ketus. entah al karena udah sering bareng aku dan Lena berdirinya barengan.
Mas Rendy dan kang Muklis menatap kami berdua sambil geleng-geleng kelapa.
“ dol, Ojo Sampek awakmu entok bojo koyok Lena, wes cukup aku wae seng entok koyok Lisa” ucap mas Rendy pada kang Muklis dengan bahasa Jawa.
( “ dol, jangan Sampek kamu dapat istri seperti Lena, udah cukup saya aja yang dapet seperti Lisa”)
“ njihh gus” jawab kang Muklis masih memperhatikan dua cewek yang lagi ngambek itu.
aku dan Lena kembali duduk dengan makana yang udah kami bawa masing-masing. kami berdua makan dan ngobrol tanpa menghiraukan dua manusia di samping kami.
“ muleh dol” mas Rendy bangkit dari duduknya di susul kang Muklis.
“ kalian mau pulang nggak?” tanya mas Rendy. Yang ditanya malah asik ngobrol sendiri.
Mas Rendy dan kang Muklis kembali duduk karena tak ada jawaban dari aku dan Lena.
Baru mendaratkan pantatnya mas Rendy menatapku haran karena aku dan Lena berdiri membayar makanan kami kemudian berjalan ke mobil tanpa menoleh kearah mas Rendy dan kang Muklis.
aku dan Lena menyibukkan diri dengan hp masing-masing saat mas Rendy dan kang Muklis masuk kedalam mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments