bab 18

Selama perjalanan pulang aku masih tidak ngomong apapun sama mas Rendy, berkali-kali mas Rendy ngajak ngobrol aku hanya diam saja.

karena tidak ada sahutan dariku akhirnya,as Rendy ngobrol berdua sama kang Muklis.

Aku keluar dari mobil dan mencium tangan ummik yang ada di teras depan lagi nyimak hafalan Al-Qur'an.

“ capek nduk?” tanya ummik.

“ lumayan ummik, Lisa ke kamar dulu ya” aku tersenyum melihat senyuman ummik.

Aku merebahkan badanku di samping Lena yang udah masuk duluan.

“ nanti kalau adzan Maghrib bangunin ya, ngantuk banget” pesanku pada Lena.

“ awas aja kalau nggak bangun” ucap Lena sedikit mengancam. kalian jangan pada suudzon dulu ya, sebenarnya aku tuh gampang kok di bangunin. Tapi kalau tidur sebelum Maghrib tuh aku susah banget di bangunin nggak tahu kenapa ya, pokoknya kalau udah tidur di jam-jam segitu nggak bakalan ada yang bisa bangun deh.

aku terbangun saat mendengar suara bising di samping kamar. Aku menatap jarum yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

aku menatap Lena yang udah berganti pakaian dan tidur di sampingku.

“ disuruh bangunin malah ikut tidur ni anak” omelku pada Lena.

“ gue udah bangunin berkali-kali, Lo nya aja yang tidur kayak kebo” jawab Lena yang ternyata belum tidur.

“ harusnya bangunin Sampek bangun dong, kan aku belum sholat Maghrib” kataku berjalan ke dalam kamar mandi.

Aku memakai mukena dan melaksanakan sholat Maghrib dan sholat isya. Aku kembali merebahkan badanku di kasir tanpa melepas mukena yang kupakai.

Aku berniat kembali tidur karena ,adoh ngantuk, biasanya kalau udah bangun aku nggak bisa tidur lagi, tapi hari ini rasanya ngantuk banget.

Aku membuka mataku dan mengambil hp ku karena ada panggilan masuk.

“ apa?” tanyaku saat telepon tersambung.

“ di suruh ummik fitting baju sekarang dek” suara mas Rendy terdengar dari sambungan telepon.

“ ngantuk banget, besok aja nggak bisa mas?” tanyaku malas, aku ngantuk banget soalnya.

“ gimana sih dek, besok kan udah akad mana ada waktu buat fitting baju resepsinya”

“ iyaaa” aku mematikan sambungan telepon dan bersiap untuk pergi.

Aku keluar dari kamar hanya mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang polkadot khas baju tidur.

“ yakin mau pakek baju itu?” tanya mas Rendy memperhatikan baju yang ku pakai.

“ ummik nggak ikut kan?” aku malah balik bertanya.

“ nggak”

“ ya udah ayok” aku berjalan mendahului mas Rendy. Seperti biasa kang Muklis akan menjadi sopir.

Aku duduk di kursi belakang sendirian, sedangkan mas Rendy duduk di depan nemenin kang Mukhlis ngobrol biar nggak ngantuk.

Aku memejamkan mataku karena berat banget ingin merem. aku sudah tidak mendengar mas Rendy dan kang Muklis ngomongin apa.

“ dek, udah Sampek ayok turun” mas Rendy membangunkan ku dari tidur nyenyak.

“ aku menarik nafas dan keluar dari mobil. aku berjalan beriringan dengan mas Rendy.

Aku terpaksa senyum saat mbak Susi yang ngurusin baju nikahnya. bukannya sombong ya, aku masih setengah sadar ini.

“ coba dulu ya Ning, nanti kalau kebesaran atau kekecilan bisa ganti warna yang lain” ucap mbak Susi memberikan kebaya warna putih.

aku Menganti baju tidurku dengan kebaya. aku menatap diriku dalam cermin, kebayanya besar banget.

“ kita coba yang waran lain ya Ning, ini kebesaran ternyata” mbak Susi tersenyum melihat badanku tenggelam memakai kebaya pertama.

“ bukannya kemarin udah dikasih ukuran bajuku ya mbak?” tanyaku pada mbak Susi.

“ udah Ning, kebaya putih ini malah yang sama ukurannya dengan aku Ning Lisa” mbak Susi memberikan kebaya warna nude. Aku memakainya dan lumayan pas lah.

“ yang ini aja mbak nggak papa” kataku pada mbak Susi.

“ yang ini aja Ning, nggak mau coba warna yang lain?” tanya mbak Susi memastikan.

“ iya mbak, jangan panggil Ning mbak panggil Lisa aja” kataku tidak enak di panggil Ning.

“ walah Ning itu udah kebiasaan kalau panggil istri gis itu Ning, apalagi kalau Gus Rendy dengar nari malah sungkan saya panggil calon istrinya pake k nama doang”

“ malah saya yang gak enak mbak”

“ hahaha, udah lah Ning besok kalau udah tinggal lama di pesantren juga bakalan kebiasaan kok, mati ning keluar, Gus Rendy udah nungguin” mbak Susi menggandengku keluar dari ruang ganti.

aku menatap mas Rendy yang memakai baju yang sama dengan warna kebaya yang kupakai sekarang.

“ ganteng banget ya Allah calon suami orang” ucapku dalam hati terpukau melihat ketampanan mas Rendy.

“ gimana Gus cantik kan?” tanya mbak Susi pada mas Rendy.

“ heh, iya cantik” kata mas Rendy gugup. Aku tersenyum melihat mas Rendy yang salah tingkah.

“ besok udah Halah kok gus” goda mbak Susi karena mas Rendy masih memperhatikanku.

Selesai dengan baju akad yang akan di gunakan besok kami kembali pulang. aku memainkan hp karena sudah tidak mengantuk lagi.

“ Sampek rumah langsung tidur, jangan begadang” pesan mas Rendy menoleh ke belakang sebentar.

“ injehh Gus” ucapku menggoda mas Rendy.

“ kesambet setan apa kamu, nggak suka aku di panggil Gus sama kamu” kata mas Rendy kesal.

“ injehh Gus” kataku masih fokus ke hp.

“ Lisa” panggil mas Rendy, kayaknya dia beneran kesal aku panggil Gus.

“ dalem gus”

“ awas kamu ya” kata mas Rendy mengancam.

“ saya masuk kamar dulu gus” ucapku langsung nyelonong masuk kamar sedangkan mas rendy menatapku kesal setengah mati.

...****************...

^^^besok Rendy dan Lisa akad loh guys, yuk yang mau Dateng barengan😂😂😂^^^

^^^Mumpung ada makana gratis 😂😂😂^^^

...****************...

...Guys 🥰🥰🥰...

...Terus dukung karyaku ya...

...Jangan lupa kasih like komen vote dan hadiahnya 😂😂😂...

...terimakasih 🙏🏻🤗🤗🤗...

...Seperti biasa yang tak pernah ketinggalan. Salam manis dari akuhh 🤗🤗🤗...

Masih mutung sama mas Rendy

Sampek rumah masih diem aja

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!