"Kira-kira apa yang mau dibicarakan abimu sama aku ya ?" Nathan bertanya-tanya sambil memegang dagunya.
Ia penasaran. Sedangkan Fatih, ia mengangkat kedua bahunya, dirinya juga tak tau. Menurutnya, mungkin membahas niat keseriusan Nathan berta'aruf dengan kakak perempuannya.
Nathan menoleh dan menatap Fatih. "Waktu dulu kakakmu di ajak ta'aruf sama laki-laki sebelumnya bagaimana ?"
Fatih terkekeh, lalu ia menjawab. "Mba Liana menolaknya."
"Sudah berapa laki-laki yang ingin mengajak kakakmu ta'aruf ?" tanya Nathan lagi.
Fatih menggeleng-gelengkan kepalanya. "Entahlah, aku nggak tau sudah yang ke berapa. Mungkin sudah ke-7 apa ke-6, ya ?" jawabnya bertanya-tanya menebak.
"Ditolak semua ?" tanya Nathan lagi memastikan.
Fatih mengangkat alis sebelahnya, dan memandang heran ke arah seniornya. Ia menganggukkan kepalanya. "Iya, ditolak semua."
"Mantap, beruntungnya diriku." sahut Nathan mendongak dan menatap langit ruangan. Ia tersenyum puas.
Fatih yang mendengarnya, mengerut dahinya. Saat ia akan bersuara, Nathan lebih dulu bersuara lagi. "Ya, aku beruntung karena Allah. Dan aku percaya, semua bisa terjadi atas izinNya." ucapnya sambil memenjam kedua matanya.
Mendengar itu, kedua alis matanya Fatih terangkat. Dirinya tidak menyangka kalau seniornya ini bisa berbicara seperti itu. Jarang-jarang Nathan terdengar seperti bersyukur. Fatih tersenyum, ia tak membalas kata-kata seniornya.
Tadinya Fatih ingin memberitahu kalau Nathan beruntung karena atas izin Allah, karena hanya hanya Dia yang Maha Bisa melancarkan kepada ke semua mahlukNya. Dan ternyata, Nathan yang lebih dulu berkata seperti itu, mungkin dia sadar atas semua yang telah ia lakukan sudah ditakdirkan olehNya.
Nathan menundukkan kepalanya, lalu ia menengadahkan kedua tangannya. "Ya, Allah, Kau 'lah yang Maha Tahu, lancarkan 'lah semua niat baik dari semua hambaMu ini." rupanya dia berdoa.
Fatih terbelalak mendengarnya, lalu ia ikut menengadahkan kedua tangannya, dan ia mengaminkan doa seniornya barusan.
"Kalau memang menurutMu dia bukan untuk hamba, hamba yakin Engkau pasti telah menyiapkan yang terbaik untuk hambaMu ini." lanjutnya berdoa.
Fatih mengaminkannya lagi. Ia masih tersenyum dan mendengarkannya, tapi dalam hatinya ia juga berdoa, agar niat seniornya ini dilancarkan. Meski berdoa di dalam hati dan tak ada yang tau, dirinya percaya Allah bisa mendengarnya, karena hanya Dia yang Maha Tahu dan Maha Mendengar.
"Tapi kalau dia jodohnya orang lain, hamba 'kan juga orang, Ya Allah." Nathan melanjutkan doanya.
"Eh ?" seketika Fatih menoleh memandang seniornya dengan tatapan heran. Ia paham dan pernah mendengar kata-kata doa yang baru saja di ucapkan seniornya.
"Kalau menurutMu dia bukan jodoh hamba, pertimbangkan lagi, Ya Allah. Aamiin." doa Nathan menyudahi doanya dan mengaminkannya sendiri.
"Loh ? Doa apaan itu, bang. Pemaksaan itu namanya." protes Fatih kepada seniornya, dia sangat paham dan kata-kata doa itu.
Nathan mendelik ke arah juniornya. "Bantuin di Aamiin in dong. Malah protes." sahutnya dan sifat kocaknya keluar.
Fatih tersenyum kaku, sudut bibir kanannya berkedut. Lalu ia menghela nafasnya. "Aamiin." ucapnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tak habis pikir dengan pola pikirannya laki-laki yang mengajak kakak perempuannya ta'aruf.
Tiba-tiba Nathan menengadahkan kedua tangannya lagi, Fatih langsung memandang serius ke arah seniornya. Dalam pikirannya mulai bertanya-tanya, doa apa lagi yang ingin diucapkan seniornya itu.
"Ya, Allah, kalau dia memang benar-benar bukan jodohku, cabut saja nyawa jodohnya, Ya Allah." doa Nathan semakin tidak karuan.
Plak...!!
"Aduh...!!"
Nahtan meringis kesakitan pada kedua tangannya setelah di pukul Fatih, agar menyudahi doanya.
"Udah-udah, sampean sudah gila ya, bang ? Makin lama, doamu makin ngawur." ucap Fatih dengan nada sedikit kesal. Menurutnya, bisa-bisanya seniornya berdoa semacam itu.
Nathan tak marah, dia malah nyengir dan terlihat seperti merasa tak bersalah sama sekali. Fatih hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sudah-sudah." Fatih menahan kedua seniornya yang akan menengadahkan kedua tangannya lagi.
Sungguh kocak sifatnya Nathan. Memang, jangan terlalu memaksa berharap yang belum jelas-jelas terjadi. Mereka pun berlanjut mengobrol, Nathan juga melemparkan beberapa pertanyaan yang berkaikan dengan islam.
Fatih dengan senang hati menjawabnya. Tetapi bukan berarti ia serba tau, ia menjawab semua pertanyaan dengan tenang. Dia menjawab semuanya sesuai pengetahuannya saja. Nathan pun bertanya tentang bagaimana dengan orang-orang non muslim.
Dengan hati-hati, Fatih menjawab. "Semua agama di dunia ini bagus. Mereka dan kita sama-sama manusia, tidak boleh saling menjatuhkan, apalagi berselisih hanya karena berbeda keyakinan dan pandangan. Hargai dan hormatilah mereka. Mereka baik karena kita baik, begitu juga dengan sebaliknya."
Nathan mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu ia bertanya lagi. "Kalau teman kita ada yang mau murtad, bagaimana tanggapan kita ?"
Fatih menjawab. "Cukup kasih tau konsekuensinya dengan pelan dan hati-hati. Jangan pernah memaksakan mereka agar tidak melepas islam. Kalau dia sudah benar-benar serius memilih untuk memeluk agama lain, hargai dan hormatilah dengan pilihannya. Dan juga jangan melepas ikatan persahabatan meski dia sudah berbeda keyakinan dengan kita."
Fatih lalu melantunkan sepotong ayat suci Al-Qur'an :
لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ
"Artinya : “Tidak ada paksaan dalam beragama,“ (QS. Al-Baqarah ayat 256)"
"Jadi jangan memaksa teman kita dalam memilih keyakinan. Karena agama islam tidak ada paksaan." jelasnya.
"Islam juga mengajarkan umatnya untuk saling bertoleransi. Begitu juga dengan Baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang melarang umatnya agar tidak mendiskriminasi non-muslim. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda : “Barangsiapa yang menzalimi seorang (non muslim yang berkomitmen untuk hidup damai dengan umat muslim), merendahkannya, membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa keridhaan dirinya, maka aku adalah lawan bertikainya pada hari kiamat.” (HR. Imam Abu Daud), bahkan Rasulullah saja marah bila ada umatnya seperti itu."
"Dan juga dialam hadist lain, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam juga pernah bersabda : “Barangsiapa yang menyakiti seorang zimmi (non muslim yang tidak memerangi umat Muslim), maka sesungguhnya dia telah menyakitiku. Dan barangsiapa yang telah menyakitiku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah.” (HR. Imam Thabrani)
Panjang lebar Fatih menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari seniornya itu. Dan Nathan sendiri yang mendengarkan penjelasan dari juniornya, ia terdiam tak menjawab. Dari sini, ia merasa mendapat pembelajaran yang baru menurutnya.
(Begitu juga dengan saya (author))
Lalu Nathan kembali bertanya. "Hadist yang barusan kamu terangkan, bahasa arabnya bagaimana ?"
Mendengar pertanyaan Nathan, Fatih menyengir, lalu menjawab dengan perasaan yang sedikit malu. "Hehe, aku nggak ingat, aku cuma hafal artinya."
Nathan terkekeh. "Lebih tepatnya kamu lupa, ya ?"
Fatih tersenyum sambil menunjukkan deret gigi depannya. Nathan bersuara. "Gapapa, itu lebih baik, dari seperti aku yang kurang pengetahuan tentang agama."
"Aku juga sama, bang. Kita sama-sama sebagai manusia pasti punya kekurangan. Kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala." balas Fatih.
Tak terasa mereka saling mengobrol, tak terasa waktu istirahat mereka akan selesai. Mereka segera bangkit duduk santainya, dan berjalan keluar dari mushola.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ricky Adhitya
doa nu'aiman emang the best dah🤣🤣🤣
2023-10-07
1