17 tahun kemudian.
Langit akan sore, dan waktu jam juga sudah menunjukkan pukul 14.55 wib. Salah satu desa kecamatan di Semarang, terlihat seorang laki-laki remaja berjalan kaki sambil menggendong tas ransel di punggungnya dan menyeret koper mendekati rumah keluarganya berukuran yang tidak besar dan tidak kecil, dan terdapat garasinya.
"Assalamualaikum.." Lelaki remaja itu mengucapkan salam sambil tersenyum melihat seorang pria dewasa berumur 48 tahun yang dimana dirinya sedang bersantai di depan rumah itu sambil membaca koran dan di temani secangkir teh hangat.
"Wa'alaikumussalam." jawab pria itu lalu pandangannya beralih ke arah seorang remaja yang datang mendekatinya. "Masha Allah, kamu sudah pulang, nak ?" lanjutnya sambil berdiri dari duduknya.
"Iya, abi, aku pulang." jawab lelaki remaja itu yang tak lain anak laki-lakinya.
Dia pun menyalami dan mencium tangan ayahnya, dan sang ayah langsung memeluknya. "Kenapa kamu nggak menelfon abi kalau akan pulang." ucapnya sambil melepaskan pelukannya.
Fatih hanya tersenyum. Lalu sang ayah membawa putranya ke dalam rumah dan memanggil istrinya dan mengatakan putra kecil mereka telah pulang. Istrinya yang berada di dapur segera datang, dan dia langsung berjalan memeluk putranya itu.
"Assalamualaikum ummi." salam Fatih sambil memeluk ibunya.
"Wa'alaikumussalam, kamu sehat nak ?" tanyanya ibunya yang memakai baju muslimah.
"Alhamdulillah, sehat ummi." jawab Fatih, kedua pun melepas pelukannya.
Mereka memang terlihat seperti lama tak bertemu, walaupun terakhir mereka bertemu 6 bulan yang lalu saat sepasang suami istri itu datang mengunjungi putra merekanya ini, yang saat itu mereka datang setelah berkunjung ke rumah saudara mereka yang tinggalnya di masih satu Kota dengan putranya.
Mereka bertiga segera duduk di sofa ruang tamu. "Fatih, kenapa nggak menelfon abi, atau kakakmu untuk menjeputmu di terminal ?" tanya sang ayah.
Fatih tersenyum. "Aku nggak mau mengganggu kesibukan kalian di rumah. Hehe." ucapnya sambil tertawa kecil.
Ayah dan ibunya yang mendengar jawaban putranya itu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara Azan. Ya, sudah waktunya sholat Ashar. Ayahnya pun bangkit dari duduknya dan berpamitan untuk pergi ke masjid, dan meminta Fatih sholat di rumah saja, karena ia khawatir anaknya itu kelelahan. Namun Fatih malah ingin ikut sholat di masjid bersama ayahnya.
Ayahnya berangkat terlebih dahulu, sedangkan Fatih, dia mau menyimpan barang-barangnya dulu di kamarnya yang sudah lama kosong. Sejenak ia melihat kamarnya, begitu rapi, karena ibunya rutin membersihkannya. Setelah pulang nanti dari masjid, ia akan membereskan barang-barangnya. Ia pun berpamitan kepada sang ibu untuk menyusul ayahnya.
Muhammad Al-Fatih, itulah nama lelaki remaja itu, dan semua orang memanggilnya Fatih. Di usianya yang masih sangat muda, dia terkenal tampan, murah senyum, dan bawaannya selalu tenang. Dia anak ketiga dari pasangan suami istri yang bernama Alif dan Nana, mereka berdua sama-sama menjadi Guru SMA di sekolah yang sama.
Namun sebenarnya Fatih bukan anak kandung mereka. 17 tahun lalu sewaktu bayi, dirinya di temukan di mushola di salah satu SPBU Kabupaten Batang. Abi Alif saat itu dalam perjalanan pulang, ia datang ke Batang bersama temannya untuk memenuhi undangan di acara kenalannya. Mobil yang dibawa abi Alif masuk ke SPBU itu karena untuk mengisi bahan bakar mobilnya.
Selagi mengisi bahan bakar, abi Alif pergi ke toilet untuk buang air kecil. Setelah selesai, ia berjalan keluar, lalu mendengar suara tangisan bayi di dari dalam mushola. Abi Alif pun mengajak temannya untuk menemani bayi itu dan menunggu, barangkali orang tua si bayi sedang di kamar mandi.
Abi Alif ingin menasehati orang tua si bayi, karena telah meletakkan anaknya yang masih terlihat sangat kecil itu sendirian, dan tak ada yang menjaga. Namun setelah 15 menit tak ada yang datang untuk mengambil bayi itu, akhirnya dirinya dan temannya membawa bayi itu, karena sudah merengek menangis.
Lagi pula, SPBU itu sangat sepi, apa dasarnya memang sepi atau karena memang sudah akan tengah malam. Abi Alif dan temannya segera masuk ke dalam mobil, dan pergi dari SPBU. Mereka akan membawanya ke di salah klinik Semarang terdekat terlebih dahulu, karena ia menduga bayi yang ia gendong ini baru lahir.
Setelah sampai di salah satu klinik terdekat. Dan benar saja, setelah bayi itu diperiksa, rupanya ada kemungkinan di bayi baru lahir 2 hari yang lalu. Bayi itu pun diberi susu formula. Abi Alif dan temannya merasa tenang dan damai melihat bayi itu. Abi Alif merasakan ada rasa ingin mengasuhnya, dan ia pun teringat istrinya masih menyusui anak keduanya.
Abi Alif pun menghubungi istrinya di rumah dan memberitahu semua yang ia alami. Setelah menelefon dan mendapat persetujuan istrinya. Ia senang karena istrinya juga ingin mengadopsi si bayi. Di tambah mendapat kabar dari sang istri bahwa anak pertama mereka sangat senang karena akan memiliki adik lagi.
Akhirnya, abi Alif akan membawa bayi itu ke tempat tinggalnya di Semarang. Dan benar saja, istrinya dan anak pertamanya sangat senang kehadiran bayi itu, sedangkan anak kedua mereka hanya menatap kebingungan. Bayi itu pun diberi nama atas permintaan anak pertama mereka yang sangat menyukai kisah sejarah dari tokoh islam yang bernama Muhammad Al-Fatih.
Ya, nama bayi itu yang tak lain ialah Muhammad Al-Fatih, yang kini sudah menjadi remaja tampan, murah senyum. Dia semenjak lulus dari SD, Fatih ingin masuk pondok pesantren seperti kedua kakaknya, namun pondok pesantren yang ia inginkan adalah pondok pesantren atas rokumendasi dari gurunya.
Awalnya satu keluarga tak setuju, karena pesantren tujuan Fatih berada di Surabaya, mereka memintanya untuk masuk pesantren dimana kedua kakaknya juga mengabdi disana, dan juga masih dalam area Semarang. Tapi dengan segala usaha Fatih memohon, akhirnya mereka mengizinkannya, asal dia harus rutin memberi kabar, dan Fatih pun senang.
Ya, dari umur 12 tahun hingga 17 tahun, Fatih mengabdi dirinya di salah pondok pesantren di Surabaya. Sudah 6 tahun Fatih belajar dan mengabdi di sana, dan kini ia resmi manjadi alumni pondok pesantren tersebut. Dan sekarang ia kembali pulang ke rumah orang tua yang sudah mau mengadopsinya.
Ya, dia sudah tau kalau dirinya adalah anak angkat. Fatih mengetahuinya ketika dirinya masih duduk di kelas 5 SD, ia mendengar pembicaraan ibu-ibu tetangga. Lalu ia menanyakan kebenaran tentang dirinya kepada abi Alif dan ummi Nana.
Bukannya kabur karena merasa kecewa setelah mendengar kebenarannya, justru ia menerima hal itu, karena menurutnya untuk apa merasa kecewa sementara keluarga yang mengadopsinya sangat menyayanginya. Selalu berperlaku adil dan tak membeda-bedakan semua anaknya.
Ini salah satu keistimewaan dari seorang anak kecil berumur 10 tahun yang sudah berfikir layaknya seorang dewasa. Masa lalu tetaplah masa lalu, karena di masa kini harus bisa membuat sesuatu yang bisa berguna di masa depan kelak.
Kedua kakaknya yang bernama Ali Nur Hidayat dan Liana Fatmawati, mereka berdua juga sayang kepadanya. Terutama kakak keduanya, Liana sangat sayang kepada Fatih, meski bukan saudara kandung, tapi mereka sudah mahram karena mereka satu ibu persusuan. Meski anak adalah anak angkat, keluarga abi Alif tetap menyayanginya.
__________________________________
Visual Tokoh.
Muhammad Al-Fatih.
.....
Ali Nur Hidayat.
.....
Liana Fatmawati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Filanina
kenapa disebut mengabdi bukan belajar?
setahu saya pengabdian itu semacam bekerja di sana tanpa dibayar, atau dengan bayaran seadanya tanpa dipatok.
2024-12-20
0
®agiel
Author pinter nih bikin tulisan yang mengandung bahan buat muhasabah diri...
sehat terus & terus sehat Thor 💪
2024-11-20
0
Raudatul zahra
bagus baguuss👍👍
semoga nggak sekedar jadi novel online ya thor,, tp juga jadi jalan dakwah🤲🏻🤲🏻
2023-10-11
1