Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 4 sore. Fatih dan kelima seniornya berpamitan ke kelima karyawan shif siang untuk pulang. Setelah absen dan mengambil barang-barang pribadi, mereka berjalan keluar minimarket.
Dan tak lupa berpamitan dengan karyawan di area dagangan dan Pak Toha yang juga kebetulan berada di komputer kasir untuk mengecek laporan penjualan. Seperti biasanya, Nathan mengajak Fatih untuk mengantarkannya pulang, Fatih pun menerimanya, karena mereka pulang searah, hanya saja tempat tinggal Nathan lebih jauh.
.....
Tak berselang lama Nathan membocengi Fatih, mereka telah sampai di depan rumahnya abi Alif dan sekeluarga. Tak lupa Fatih berterima kasih karena sudah diantarkan pulang.
"Enggak mampir dulu, bang ?" tawar Fatih kepada seniornya.
"Lain kali aja, Tih. Aku mau langsung pulang." jawab Nathan yang masih duduk di motornya yang mesinnya masih menyala.
"Ya udah, makasih ya, bang."
"Santai aja kali, kaya sama siapa. Aku pulang ya, Assalamualaikum." balas Nathan.
"Wa'alaikumussalam." jawab Fatih.
Lalu Nathan pun menarik gasnya setelah mendengar salamnya dijawab Fatih. Ia pun pergi meninggalkan rumah keluarga juniornya.
Fatih pun berjalan ke arah rumahnya, tak lupa mengucapkan salam ketika masuk ke dalam. Salamnya pun di jawab oleh ummi Nana.
Lalu Fatih mendekat dan menyalimi tangan umminya. "Ummi sendirian ?" tanyanya mendongak memandang wajah ummi Nana.
Ummi Nana menjawab. "Enggak kok. Ada abimu, dia masih di masjid. Kalau mbamu yang lagi bantuin ummi masak. Kamu pulang sama sama siapa ?"
"Biasa ummi, diantar sama bang Nathan." jawab Fatih.
"Enggak disuruh mampir dulu temanmu itu ?" tanya ummi Nana.
"Sudah aku ajak, tapi dianya mau langsung pulang. Lain kali katanya."
Ummi Nana mengangguk-angguk kepalanya. "Ya sudah, kamu mandi sana. Kebetulan ummi udah siapin air hangat buat kamu mandi."
Fatih tersenyum. "Makasih, ummi."
.....
Malam hari.
Fatih kini berjalan kaki di pinggir jalan raya. Lalu ia melihat jam di layar smartphonenya. Smartphone ia dapatkan dari Ali karena sudah lulus dari pesantrennya. Awalnya Fatih menolak, tapi Ali memaksa karena ingin memberi hadiah kepadanya. Dan juga smartphonenya ini adalah hp pertamanya.
Selama ini, sedari kecil hingga Fatih di pesantren, ia tak memiliki handphone. Bila ingin memberi kabar, ia meminjam handphone milik salah satu pengajar pesantren yang merupakan kenalan abi Alif. Jadi, selama ia di pesantren, abi Alif dan sekeluarga tidak terlalu khawatir, karena ada kenalannya yang mengawasi dan menjaga aktifitas Fatih.
Waktu sudah menunjukkan pukul 19.45 wib. Fatih berjalan-jalan menuju salah satu taman yang tak begitu jauh dari rumah keluarganya. Sebelum ia sudah berpamitan setelah sholat isya, dia ingin mencari udara segar, setelah mendapat izin asal jangan pulang terlalu malam.
Saat ini Fatih mengenakan jaket hoodie hitam yang menutupi baju kokonya, dan ia memakai celana cingkrang. Ia menggunakan sandal jepit, sungguh sederhana sekali penampilannya. Ia kini sudah sampai di taman, ia melihat sekelilingnya, begitu ramai sekali banyak orang disana.
Banyak macam-macan pedangan kaki lima yang berjualan di sekitar malam. Kebetulan, malam ini adalah malam minggu. Lalu kedua matanya memandang salah salah satu tenda pedagang yang membuat dirinya tertarik.
Fatih berjalan mendekatinya. "Assalamualaikum.."
"Wa'alaikumussalam." jawab sang penjual yang terlihat masih muda, mungkin usianya sama dengan kakak laki-lakinya. Dia menoleh, lalu melihat Fatih dengan tatapan kebingunan.
"Bang, saya mau beli teh hangat satu, sama ciloknya satu." ucap Fatih.
"Oke mas, tunggu sebentar."
Tak lama kemudian pesanan Fatih sudah jadi. Fatih pun menerimanya. "Harganya berapa semuanya ?" tanyanya.
"Ciloknya 5 ribu, teh hangatnya 3 ribu, mas."
Fatih memberinya selembar uang 10 ribu. "Ambil aja kembaliannya."
"Beneran mas ?"
Fatih menganggukkan kepalanya sambik tersenyum. "Iya mas, ambil aja sisanya, buat tipnya abangnya."
Penjual itu tersenyum. "Makasih mas."
"Sama-sama, kalau begitu, saya pamit bang. Assalamualaikum.." jawab Fatih dan mengucapkan salamnya.
"Wa'alaikumussalam."
Fatih berbalik setelah mendengar salamnya dijawab, lalu ia berjalan ke arah kursi panjang yang kosong. Setelah duduk, ia bergumam mengucapkan bismillah sebelum meminum teh hangatnya.
"Alhamdulillah..." ucapnya pelan setelah meminum minuman hangat yang ia beli barusan.
Fatih pun memakan ciloknya. Sambil memakan ciloknya, ia memandang sekelilingnya. "Benar-benar ramai." ia bergumam lagi.
Maklum karena ia selama ini hidup di pesantren, jadi bisa dikatakan lingkungan yang ia lihat saat ini sungguh sedikit berbeda. Fatih pun melihat salah satu pasangan yang sedang berjalan bersama anak kecil, ia pun tersenyum melihat keluarga kecil itu.
Tak terasa cilok yang Fatih makan sudah habis, lalu ia menghabiskan teh hangatnya, dan tak lupa membuangnya di tempat sampah. Fatih pun berdiri, ia berjalan-jalan sekeliling taman yang cukup luas menurutnya. Ia melihat banyak sekumpulan remaja yang sedang bercanda, entah apa yang mereka bicarakan sehingga mereka terlihat senang dan tertawa.
Ada juga beberapa kumpulan yang isinya terdiri dari beberapa laki-laki dan dan beberapa perempuan. Sempat berfikir negatif, ia segera menepisnya, karena menurutnya tak mungkin sekumpulan itu bermacam-macam di tempat yang ramai seperti ini.
Setelah hampir mengelilingi taman, Lalu pandangannya menangkap seorang laki-laki dan seorang perempuan di sudut taman. Hanya berdua, ya hanya berdua, wajah Fatih berubah sedih. Sedih bukan karena iri, melainkan sangat menyayangkan kepada pasangan itu yang menurutnya bukan mahrom.
Ia pun segera mendekati pasangan itu. Melihat Fatih berjalan ke arah pasangan itu, sotak membuat mereka berdua menatap heran. Dan si perempuan mengenakan hijab segi empat dan pakaian muslimah.
"Assalamualaikum.." ucap Fatih yang kini berdiri di depan mereka berdua.
"Wa'alaikumussalam." jawab mereka berdua.
"Boleh saya duduk di sebelah masnya." kata Fatih meninta izin, jelas tak mungkin ia minta izin duduk diantara mereka berdua, atau duduk di sebelah perempuan yang tak punya ikatan apapun.
"Boleh." jawab lelaki itu, dia masih menatap bingung ke arah remaja asing ini.
Setelah duduk, Fatih memperhatikan mereka berdua. "Sebelumnya maaf kalau merasa terganggu. Tanpa mengurangi rasa hormat sekalipun, saya ingin bertanya ke masnya dan mbanya, boleh ?"
Sejujurnya pasangan itu merasa terganggu, dan kesal. Tapi melihat sikap ramah Fatih yang begitu sopan, mereka menyampingkan rasa kekesalan mereka.
"Boleh." jawab si laki-laki, sedangkan si perempuan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Masnya dan mbanya ini muslim ?" tanya Fatih hati-hati.
"Kita berdua sama-sama muslim, nggak liat cewekku yang jelas-jelas pakai hijab ?" jawab si laki-laki dengan nada sedikit sewot.
Fatih mengangguk-angguk kepalanya. "Apa masnya dan mbanya pasangan suami istri ?"
"Belum, lagian kita sudah sudah bertunangan." jawab si laki-lakinya lagi.
Fatih mengangguk-angguk kepalanya. "Terus kenapa malah berduaan ?" tanyanya.
"Ya, namanya juga pasangan lagi kasmaran mas. Satu bulan lagi kita juga akan menikah." si laki-laki lagi yang menjawab, sedangkan pasangan perempuannya hanya diam dan mendengar.
"Alhamdulillah. Tapi bolehkah saya memberi saran ?" sahut Fatih dan bertanya.
Mereka berdua saling menatap, lalu pandangannya kembali beralih ke arah Fatih. "Silahkan." sahutnya si laki-laki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
AbhiAgam Al Kautsar
kalo di kehidupan nyata jelas di semprot kamu Tih
2024-07-05
0
Raudatul zahra
karna kita kebanyakan melenceng dari syariat,, jadi org² kaya fatih yg tiba² nimbrung org berduaan, tiba² ngasih saran,, terlihat kayak aneh gitu yaa dipandangan orang
2023-10-11
1