Fatih menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban Liana, lalu ia menyalakan mesin motornya. Ia segera memakai helmnya, begitu juga dengan Liana. Fatin mulai menarik gasnya perlahan setelah kakak perempuannya sudah duduk membocenginya.
"Tadi siapa ?" tanya Liana setelah motor mereka berjalan menjauhi taman, karena ia juga melihat sosok pemuda yang terlihat seumuran dengan kakak laki-lakinya mengobrol dengan dengan adik laki-lakinya ini.
Fatih paham siapa yang dimaksud oleh kakaknya. "Tadi seniorku di minimarket, mba." jawabnya, tanpa menolehkan kepalanya, karena ia sedang mengendarai motornya, dan pandangannya fokus ke depan.
"Owh." Liana menyahutnya dengan singkat. terdengar seperti tak tertarik mencari tau tentang senior adiknya itu.
Tak membutuhkan waktu yang lama, Fatih dan Liana telah sampai di depan rumah. Liana lebih dulu turun dari motornya dan masuk ke dalam rumah sambil salam. Sedangkan Fatih memindahkan motor milik kakaknya ini ke dalam garasi. Setelah selesai, ia pun menyusul masuk ke dalam rumah.
Tak lupa juga Fatih mengucapkan salam, ia pun segera ke kamar mandi setelah mendengar salamnya di jawab oleh abi Alif. Ia telah mencuci kedua tangan dan kakinya, baru saja keluar dari kamar mandi, ummi Nana memanggilnya, Fatih menoleh. "Ada apa, ummi ?"
"Kamu sudah sarapan ?" tanya sang ummi kepada Fatih, dia baru saja selesai menjebur semua pakaian satu keluarga. Dia mencuci semuanya dengan bantuan mesin cuci.
"Belum, ummi. Tadi aku sudah makan pisang goreng, jadi masih sedikit kerasa kenyang." Fatih menjawabnya.
"Kalau masih lapar, ummi sudah sediain di meja makan. Ummi, abi, sama masmu sudah sarapan, tinggal kamu sama mbamu yang belum." sahut ummi Nana, lalu ia berjalan kaluar dari dapurnya.
"Makasih, ummi."
.....
Hari telah akan siang, jam dinding sudah menunjukkan angka 11. Fatih yang sudah selesai makan siangnya, dan akan siap untuk berangkat kerja. Ia segera keluar dari kamar setelah mengganti pakaiannya dengan seragam kerjanya. Dia memiliki 3 seragam kerja yang sama, jadi setiap harinya, ia rutin menggantinya.
Fatih segera mendekati 3 orang yang sedang berada di ruang tengah menonton tv. Ia menyalami abi tangan Alif, ummi Nana, dan Ali, Fatih tak melihat Liana, ia menduga kakak perempuannya itu pastinya sudah sibuk dengan buku-buku barunya di dalam kamarnya.
Tiba-tiba abi Alif bersuara. "Nanti sampaikan pesan abi ke seniormu, ya."
Fatih yang sedang duduk di lanti dekat pintu depan rumah sambil memakai kedua sepatu hitamnya, ia menoleh ke arah abinya. "Iya, bi."
Ummi Nana dan Ali yang penasaran, segera memandang abi Alif. Ali pun betanya sekaligus mewakili rasa penasarannya sang Ummi. "Ada apa, abi ? Pesan apa yang abi ingin Sampaikan ke seniornya Fatih."
Saat abi Alif akan menjawab, ummi Nana dan Ali menunggu jawabannya, tiba-tiba terdengar suara Fatih mengucapkan salam keluar rumah.
"Assalamualaikum." ucap Fatih berpamitan.
"Wa'alaikumussalam." abi Alif, ummi Nana, dan Ali menjawab salam anak itu bersamaan.
Fatih pun keluar dari rumahnya, seperti biasa dia berangkat ke tempat ia bekerja dengan berjalan kaki. Dia melihat hpnya, jam sudah pukul 11.15 wib, lalu ia kembali memasukkannya ke dalam sakunya. Setiap berangkat jam shif siang, ia sholat dzuhur di tempat kerjanya.
Di waktu bersamaan di rumah abi Alif dan sekeluarga di rumah. Abi Alif pun menjawab pertanyaan Ali. "Seniornya Fatih punya niat baik untuk mengajak adikmu Liana ta'aruf."
Fatih sudah bercerita tentang niatan Nathan kepada abinya yang ingin mengajak Liana ta'aruf. Abi Alif tak menolak, justru ia mengatakan syarat-syarat dasar ta'aruf kepada Fatih untuk disampaikan kepada Nathan, itu pun kalau Nathannya benar-benar serius. Karena Fatih sudah menjelaskan sosok Nathan itu seperti apa.
Ummi Nana mengangguk-anggukkan kepalanya, ia setuju-setuju saja bila anak gadisnya itu juga menerima ajakan ta'aruf dari sosok Nathan yang selalu mengantarkan Fatih pulang. Dia jadi teringat saat dirinya muda dulu, ketika usianya sama dengan putrinya itu, abi Alif mengajak diri yang masih baru berumur 19 tahun.
Sedangkan Ali, ia terdiam mendengar penjelasan abinya. Dirinya bukan iri, malahan ia merasa was-was sosok Nathan ini. Karena selama ini Liana selalu menjaga jarak dengan lawan jenisnya, karena berusaha menjadi seorang muslim yang taat. Dan selama ini laki-laki yang selalu dekat dengan Liana hanya abi Alif, Ali, dan Fatih.
Ali memang tidak pernah bertemu dengan Nathan. Tetapi sifat sosok Nathan yang dibicarakan abi Alif sesuai apa yang diceritakan Fatih, sifat tingkah laki-laki itu seperti main-main. Tapi ia menepis pikirannya itu, ia tak ingin suudzon yang tidak-tidak terhadap senior dari adiknya itu.
Mungkin sudah ada kurang dari 10 laki-laki yang tertarik kepada Liana, dan mengajaknya ta'aruf. Akan tetapi seperti dibahas sebelumnya, Liana menolak setelah membaca CV ajakan ta'aruf, dengan alasannya tidak ada yang cocok.
Abi Alif tersenyum melihat Ali terdiam tak menjawab. "Kapan salah satu jagoan abi yang paling besar ini membawa kabar baik ?" tanyanya kepada Ali yang terlihat tidak peduli dengan penjelasannya barusan.
Ali menghela nafasnya. "Entahlah, bi. Aku mau fokus dengan pekerjaan dulu, lagian juga aku belum jadi guru PNS seperti abi dan ummi." jawabnya.
Abi Alif terkekeh mendengarnya, sedangkan ummi Nana hanya tersenyum mendengarnya, karena ia sedang fokus menonton acara berita di tv. Abi Alif pun bersuara lagi. "Jangan kira abi nggak tau, kalau kamu punya sampingan di sela-sela pekerjaanmu."
Seketika Ali menoleh dan memandang abinya dengan ekspresi terkejutnya. Bahkan ummi Nana juga terkejut mendengarnya, ia juga menoleh dan memandang suaminya dan putranya itu bergantian.
"Apa maksud abi ?" tanyanya Ali dengan perasaan tak begitu tenang, karena ia sudah merahasiakan sampingannya dari siapapun, bahkan dari keluarganya sendiri.
Abi Alif tertawa kecil. "Jangan pura-pura nggak tau ya."
Ali tetap diam, dia tak berkata apapun. Ummi Nana pun berkata kepada Ali. "Kamu punya sampingan ? Kok nggak kasih tau ? Emang sampinganmu apa ?" tanyanya bertubi-tubi.
Ali masih saja tetap diam. Abi Alif yang melihat putranya ini terus diam dan tak mau menjawab, ia pun mulai bercerita, beberapa hari setelah kepulangan Fatih dari Surabaya. Anak itu menunjukkan sebuah buku kepadanya. Buku yang pernah Fatih beli sewaktu masih mengabdi dirinya di pesantren. Buku itu berjudul 'Cara Menjalankan Kehidupan Agar Meraih Kedamaian Hati'.
Awalnya abi Alif tak terlalu ambil pusing ketika membaca judulnya. Namun Fatih menunjukkan siapa nama penulisnya di dalam buku itu. 'HambaNya Allah' itulah nama penanya, abi Alif merasa tak asing dengan nama sebutan itu, karena sudah banyak orang yang menyembunyikan namanya dengan sebutan nama Hamba Allah.
Fatih yang merasa masih ingat, ia pun mulai menceritakan saat dirinya masih duduk di kelas 5 SD. Ia teringat dulu saat Ali mengajaknya jalan-jalan ke taman, tiba-tiba ada seorang laki-laki remaja datang membawa buku proposal. Dia semacam butuh bantuan dana seikhasnya untuk mengadakan sebuah acara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments