Abi Alif sudah mulai menduga kalau Ali tidak hanya menjadi guru SD, tetapi juga memiliki sampingan. Namun sebenarnya abi Alif belum terlalu yakin akan hal itu. Sebagai ayah, abi Alif akan menerima alasan Ali menyembunyikan sampingannya, karena ia yakin, Ali memiliki alasan yang bijak.
Jika memang benar kenyataannya, abi Alif bukannya marah karena tidak diberitahu, melainkan dia merasa bangga kalau putra besarnya itu. Abi Alif menduga, Ali mengendalikan dirinya sendiri agar tidak mendapatkan pujian dari semua orang, termasuk abinya dan umminya, jadi Ali memilih merahasiakannya
Terkadang abi Alif agak heran, kenapa Ali sesekali membelikan bahan-bahan makanan di dapur. Bahkan seringkali Ali yang selalu bayar tagihan listrik, air, dan wifi di rumah. Awalnya ia mengira Ali menambah jam mengajar, sehingga dirinya mendapat gaji tambahan karena dirinya sendiri juga belum menjadi Guru PNS.
Melihat Ali yang masih diam, abi Alif tersenyum, lalu bersuara. "Setelah beberapa hari kepulangan adikmu dari surabaya, dia menunjukkan salah satu buku yang pernah dia beli sewaktu di sana."
Ali masih diam, abi Alif melanjutkan. "Fatih menunjukkan nama penulis bukunya. Awalnya, abi merasa tak asing dengan nama penulisnya. Adikmu sudah menduga kalau nama penulis 'HamaNya Allah' adalah kamu."
Abi Alif menjelaskan bagaimana Fatih menduga kalau kakak laki-lakinya adalah seorang penulis buku dengan nama pena 'Hamba Allah'. Fatih yang merasa masih ingat, ia pun mulai menceritakan saat dirinya masih duduk di kelas 5 SD kepada abi Alif. Ia teringat dulu saat Ali mengajaknya jalan-jalan ke taman. Tiba-tiba ada seorang laki-laki remaja datang membawa buku proposal.
Laki-laki remaja itu semacam meminta bantuan dana seikhasnya untuk mengadakan sebuah acara. Fatih memperhatikan Ali yang memberi uang 20 ribu kepada remaja itu, lalu menuliskan namanya. Tapi bukan namanya yang Ali tulis, melainkan dirinya menuliskan 'HambaNya Allah'.
Mendengar cerita dari Fatih itu, abi Alif pun mulai teringat ketika dirinya mendapat hadiah sepatu 2 tahun yang lalu. Karena di dalam keluarga abi Alif yang merupakan kaum muslim, tak ada perayaan ulang tahun.
Jadi cukup memberi hadiah sewajarnya saja sesuai ajaran islam, bila mana memberi kado sebagai hadiah itu diperbolehkan asal kita ikhlas dan tidak memberatkan diri sendiri. Saat itu abi Alif sedang ulang tahun, ummi dan Liana menyiapkan masakan untuk makan malam. Dan makanan yang mereka masak adalah makanan kesukaan abi Alif, yaitu rendang ayam.
Tiba-tiba ada sebuah kiriman paket datang untuk abi Alif, dia heran karena tidak ada orang rumah yang membeli barang online. Setelah melihat isinya paketnya adalah sepatu baru, dan ada selemar kertas yang bertulis 'hadiah untuk Bpk. Alif Rahmat ,itulah nama panjangnya abi Alif. Dan tertulis nama pengirimnya 'HambaNya Allah'.
Ali menghela nafasnya setelah mendengar panjang lebar cerita dari abinya. Sebenarnya ia sudah memiliki 5 buku karangannya, 2 diantaranya buku Novel yang sama-sama ada hubungannya juga dengan islam. Ali mulai merasa sudah tidak bisa menyembunyikan hobinya itu.
Ya, hobinya sejak masih SMA adalah menulis karangan buku, meski akhirnya dulu tak pernah diterima oleh pihak manapun. Lalu Ali tersenyum, dalam pikirannya, ia tertawa karena dirinya sendiri merasa tidak menyangka kalau adik laki-lakinya itu telah membeli salah satu buku karangannya.
Dan hebatnya, hanya membaca nama penulis penanya, Fatih langsung menebak siapa penulisnya, yang bukan lain Ali sendiri.
Melihat anaknya tersenyum, abi Alif berkata. "Jadi, benar ya ?"
Ali mendongak, dan ia memandang atap ruangan. Ia terkekeh. "Sepertinya aku tak bisa menyembunyikannya lagi "
Abi Alif tersenyum senang mendengar jawaban anaknya itu. Ummi Nana yang dari tadi diam dan setia mendengar semua yang diceritakan suaminya, juga tersenyum. Ia bangga dengan anak jagoan besarnya ini.
Ali memandang kedua orang tuanya. "Setelah abi dan ummi tau, aku harus bagaimana ? Lanjut atau berhenti ?" tanyanya, dari kata-katanya seakan dirinya minta persetujuan dari kedua orang tuannya.
"Teruskan hobimu. Teruslah berkarya." sahut abi Alif, dan ummi Nana hanya menganggukkan kepalanya.
Ali pun tersenyum, ternyata reaksi abi dan umminya setelah mengetahui hobinya, justu mendukungnya.
"Dan makasih hadiahnya, ya." ucap Abi Alif.
Ali tersenyum, dan menjawab. "Sama-sama abi."
Tanpa mereka bertiga tau, rupanya Liana mendengar semuanya dari dalam kamarnya. Tadinya ia mau keluar, ketika ia baru membuka pintu kamarnya sedikit, ia mengurungkan niatnya, dan mendengar semua pembicaraan kedua orang tuanya dan kakak laki-lakinya.
Dia juga terkejut mendengarnya. Entah semuanya kebetulan atau memang takdir, buku salah satu novel yang ia beli barusan adalah buku karangan kakak laki-lakinya sendiri. Dia tersenyum senang, karena tak menyangka Ali bisa melakukan yang menurutnya hebat, karena tak mudah untuk mengarang sebuah buku.
Tapi sayangnya, ia tak mendengar pembahasan tentang salah satu seniornya Fatih yang ingin mengajaknya ta'aruf. Karena ketika Liana akan keluar kamar, ia mulai mendengar suara abi Alif yang membahas persoalan buku karangan kakak laki-lakinya.
.....
Langit sudah mulai gelap, azan mahgrib sudah berkumandang 10 menit yang lalu. Kini Fatih baru saja selesai sholat mahgribnya. Dia tidak sendiri, melainkan bersama keenam karyawan lainnya sedang di jam istirahat, termasuk Nathan. Dirinya menjadi iman sholat, karena semua karyawan sudah mengenal Fatih yang memilki suara yang indah dalam melantunkan surat Al-Qur'an.
Sudah seminggu Fatih menjadi imam sholat saat jam istirahat, meski ia menolak atau memberikan kesempatan kepada semuanya untuk bergantian, tapi ujung-ujungnya mereka tetap memilihnya, karena menurut mereka suara Fatih membuat mereka betah mendengarnya.
Untuk sekarang waktunya Fatih dan keenam karyawan seniornya yang beristirahat. sedangkan karyawan lainnya masih belum, karena seluruh karyawan tidak boleh istirahat secara bersamaan. Lagi pula, mana mungkin istirahat di waktu jam yang sama. Tetapi bagi karyawan yang ingin sholat wajib di jam kerja, sangat diperbolehkan, asalkan harus bergantian.
Setelah sholat mahgrib, Fatih duduk di dalam ruang karyawan, ia membuka bekal makannya. Ia tak sendiri, ada Nathan yang ikut makan bersama, sedangkan kelima karyawan lainnya memilih keluar untuk membeli makan malamnya.
Mereka berdua terlihat menikmati makanan mereka masing-masing. Tak sampai 10 menit, Fatih dan Nathan selesai makannya.
"Fatih, ini CV ta'aruf punyaku." ucap Nathan sambil memberikan amplop map berwarna coklat yang sudah berisi CV ta'aruf miliknya.
Fatih yang baru saja selesai minumnya, ia terbelalak, dirinya tak menyangka kalau seniornya ini benar-benar serius. Sebenarnya Fatih tak lupa, ia berencana akan menyampaikan pesan abinya setelah makan saat di jam istirahat.
"Bang Nathan niat banget ya. Padahal aku mau menyampaikan pesan abiku ke abang saat jam istirahat tepat setelah makan." jawab Fati sambil menerima amplop coklat milik Nathan.
Fatih langsung memasukkan amplop itu ke dalam tasnya. Ia tak memiliki niat untuk membuka atau mengintipnya, karena ia ingin amanah. Dirinya hanya perantara untuk menyampaikan niat baik Nathan kepada keluarganya.
Nathan tersenyum senang mendengarnya. "Apa pesan abimu ?"
"Datanglah ke rumah kalau benar-benar serius ingin ta'aruf, dan jangan lupa membawa CV milikmu, bang. Kalau belum ada waktu luang untuk datang. Sementara titipkan saja CV mu ke aku. Begitu, bang." jawab Fatih yang sama persis yang dikatakan abinya kepadanya.
Nathan tersenyum dan mengangguk. "Insha Allah hari jum'at, aku datang."
"Loh, bukannya itu hari tepat jadwal kita libur 'kan, bang ?" tanya Fatih memastikan.
"Betul sekali." sahut Nathan menyengir, dan kedua alisnya naik turun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments