Abi Alif dan ummi Nana tidak pernah sekali pun membeda-bedakan Fatih dengan kedua anak kandungnya, mereka berperilaku adil. Ali yang kini berumur 22 tahun dan ia sudah satu tahun menjadi Guru SD yang tak jauh dari rumah dan sebentar lagi ia akan mengikuti tes CPNS. Ali memiliki cita-cita seperti kedua orang tuanya.
Sedangkan Liana, kini ia seorang mahasiswa di semester 4. Dia sudah berumur 19 tahun. Liana bercita-cita memiliki usaha kuliner. Sedangkan Fatih, ia masih bingung setelah lulus dari pesantren, karena abi Alif dan umi Nana menyarankannya untuk kuliah. Tetapi Fatih masih membutuhkan waktu untuk mengambil keputusan.
Hari masih sore, Fatih dan abi Alif berjalan pulang ke rumah setelah pulang dari masjid. Setelah sampai di depan rumah, mereka berdua melihat Ali yang berdiri di depan rumah. Lalu dia berjalan mendekati Fatih dan abi Alif, ia mengucapkan salam terlebih dahulu, lalu dijawab oleh keduanya.
Setelah mendengar salamnya dijawab, Ali langsung merangkul adiknya yang masih berdiri di samping abi Alif.
"Kenapa kamu nggak menelfonku untuk menjemputmu, hah." ucap Ali gemas.
Fatih yang lehernya di rangkul oleh kakak laki-lakinya terkekeh. "Aku cuma nggak mau mengganggu waktumu, mas."
"Dasar anak ini." sahut Ali sambil mengacak-acak rambut adiknya.
"Sudah-sudah, ayo masuk." ucap abi Alif, lalu menatap ke arah Ali. "Kamu sudah sholat ashar ?"
"Sudah abi, tadi di sekolah sebelum pulang." jawab Ali sambil mengangguk kepalanya, lalu ia melepas rangkulannya.
Mereka bertiga pun berjalan masuk ke dalam rumah dan mengucapkan salam. Salam mereka pun dijawab oleh ummi Nana dan Liana yang sudah pulang dari kampusnya.
Sama dengan Ali, Liana langsung memeluk adiknya. Fatih pun juga membalasnya. "Dasar bocil, nggak pernah pulang, pulang-pulang pun nggak bilang." ucapnya sambil melepas pelukkannya. Fatih hanya tertawa kecil.
Fatih memang begitu, jarang pulang ke rumah. Kalau dirinya pulang itu pun hanya setahun 3 atau 4 kali bila sedang libur. Bahkan abi Alif dan ummi Nana datang datang ke Surabaya untuk menengok putranya itu. Meski jarang pulang, Fatih tak lupa selalu rutin seminggu 2 kali menelfon orang-orang rumah untuk memberi kabar.
.....
Hari telah malam, semua telah selesai sholat isya. Keluarga kecil abi Alif kini sedang makan malam. Di sela-sela makan bersama, Ali menatap Fatih. "Fatih, rencanamu setelah ini bagaimana ?"
"Aku masih bingung mas. Antara mau kerja atau kuliah." jawab Fatih.
Abi Alif menelan makanannya, lalu ia bersuara. "Apa nggak kuliah dulu. Abi senang kalau kamu kuliah, terlebih lagi kamu kuliah di satu kampus dengan kakak-kakakmu." ucapnya memberi saran.
Sejenak Fatih terdiam, ia terlihat berfikir. Abi Alif berkata lagi. "Abi tidak memaksa kalau kamu mau kuliah, kalau kamunya mau kerja dulu juga gapapa. Mungkin kamu ingin mencari pengalaman dulu sebelum kuliah."
Fatih tersenyum, lalu saat ia akan menjawab, ummi Nana pun bersuara. "Sudah, selesaikan makannya dulu. Untuk soal rencana Fatih mau kuliah atau mau kerja, nanti bisa pikirkan lagi."
Mereka pun melanjutkan makan malamnya. Hingga makan malam selesai, Fatih berpamitan masuk kamarnya lebih dulu, dia ingin beristirahat. Sedangkan abi Alif dan ummi Nana menonton acara tv di ruang tengah bersama anak gadis mereka. Dan Ali sendiri juga masuk kamarnya, karena ia harus memeriksa tugas murid-muridnya.
.....
1 bulan kemudian.
Hari demi hari dan waktu terus berjalan. Tak terasa sudah 1 bulan setelah Fatih lulus dari sekolah pesantrennya. Di pagi hari, jam 6 pagi, Fatih kini berjalan keluar dari rumahnya setelah berpamitan. Kini dirinya sudah bekerja, ia kerja sebagai karyawan di salah satu minimarket yang tak begitu jauh dari rumahnya.
Tempat kerjanya cukup memakan jarak yang tak sampai setengah jam bila berjalan kaki. Fatih sudah bekerja disana selama 2 minggu. Sebelum ia menjadi karyawan minimarket, ia menyibukan di rumah, seperti membersihkan rumah, mengantarkan ummi Nana ke pasar setelah sholat subuh, kadang ia juga ikut membantu memasak.
Kalau semua orang pergi, ia hanya di rumah untuk berjaga sampai semua orang pulang. Ketika ia mendengar lowongan kerja di minimarket, Fatih segera membuat surat lamaran kerja. Ia ingin membuktikan bahwa seorang remaja yang merupakan lulusan pesantren juga bisa langsung bekerja.
Sungguh rezeki Allah, begitu Fatih mendaftar, besoknya langsung di wawancarai oleh pemilik minimarket. Dan Alhamdulillah, setelah di wawancarai, esoknya Fatih sudah bisa langsung bekerja. Dia diposisikan di gudang. Ia langsung di beri seragam kerja oleh sang pemilik. Fatih tidak ingin melepaskan kesempatan ini.
Awalnya abi Alif dan ummi Nana merasa sedikit keberatan setelah Fatih memberitahu bahwa besok ia langsung bekerja. Karena Fatih harus bekerja menjadi karyawan minimarket. Dan menurut mereka lulusan pesantren kurang cocok menjadi karyawan minimarket. Terlebih lagi yang mereka khawatirkan bila Fatih bertemu dengan pelanggan perempuan atau karyawan perempuan, yang jelas-jelas bukan mahramnya.
Akan tetapi Fatih menyakinkan mereka, karena ia tak sendiri, karena ia karyawan bagian gudang. Jadi aman-aman saja, lagi pula karyawan gudang semua laki-laki dan ia akan tetap istiqomah menjalankan hal semestinya seorang muslim. Lagi pula, pemilik minimarket paham dengan Fatih yang ingin berjaga jarak dengan lawan jenisnya, jadi Fatih di tempatkan di gudang.
Fatih masih berjalan kaki sambil membawa tas punggungnya yang berisi sarung, sajadah, dan peci kesayangannya, serta pakaian ganti dan sabun mandi. Dan tak lupa ia membawa bekal. Wajah tampan dan kulit putihnya pasti membuat orang yang melihatnya mengira dirinya bukan karyawan gudang. Terlebih lagi, ia selalu membalas senyuman dan salam kepada orang-orang yang menyapanya.
Awalnya Ali menawarkan dirinya untuk mengantarnya dengan motornya, karena dirinya juga akan berangkat ke sekolah, tetapi Fatih menolak, karena ia ingin berjalan kaki. Sedangkan Liana, ia sibuk membersihkan rumah, dan dirinya tidak ada jam kelas, dia lebih memilih berdiam di dalam rumah.
Tak lama kemudian, Fatih telah sampai di depan minimarket. Minimarket itu cukup besar, dan tak begitu terkenal, karena tak memiliki toko cabang lainnya, dan hanya satu-satunya. Meski begitu sudah punya banyak pelanggan, karena harga barang-barang yang tersedia memang bersahabat. Terlebih lagi ukuran bangunan minimarket itu bisa dibilang lumayan besar.
"Assalamualaikum." ucap Fatih sambil membuka pintu minimarket.
"Wa'alaikumussalam, sudah datang kamu, Tih." jawab seorang laki-laki yang sedang menyapu. Dia adalah karyawan seniornya Fatih bernama Radit.
"Iya, bang." sahut Fatih lalu ia berjalan permisi melewati Radit, ia menuju ruang karyawan untuk absen. Dan juga meletakkan tas serta jaketnya.
Fatih pun juga mengambil sapu, ia juga akan membantu seniornya. Ya, persiapan minimarket setengah jam sebelum buka mereka rutin membersihkan hampir seluruh ruangan. Tak lama kemudian ada seorang karyawan lain yang juga masuk, lalu beberapa saat kemudian ada beberapa karyawan lagi yang masuk secara bergantian.
Sebelumnya total karyawan minimarket itu ada 14 orang. Kini menjadi 15 orang setelah Fatih masuk. 8 laki-laki dan 7 perempuan. Karyawan perempuan di minimarket diwajibkan berhijab, kecuali mereka yang non muslim. Meski begitu sang pemilik tidak membeda-bedakan semua karyawannya. Bagian Fatih di bagian gudang bersama keempat karyawan seniornya.
Untuk 10 orang lainnya ada area penjualan, 4 dibagian kasir. Dan 6 orang bagian menata barang atau display, terkadang mereka berenam secara bergantian membantu kasir mempacking belanjaan pelanggan. Sebenarnya total karyawan ada 30, hanya saja sebagiannya lagi masuk di shif siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Filanina
Kalau mondok memang pulangnya hanya pas libur ngikutin peraturan pondok. Jadwal menjenguk juga ketat dikasih waktu-waktu tertentu.
2024-12-20
0
Filanina
Pas dia pulang itu udah kelulusan? Masa pulang sendiri? Kelulusan pasti ortu harus datang.
2024-12-20
0
Filanina
menyibukan diri
2024-12-20
0