Semua karyawan sudah datang, mereka pun segera mengambil bagian ruangan yang belum dibersihkan, terkadang mereka bercanda kecil. Fatih yang merupakan karyawan baru 2 minggu, sudah mulai bisa membaur. Minimarket akan mulai buka jam 7 pagi, dan waktu jam juga sudah menunjukan 7 pagi namun masih kurang 10 menit lagi.
Bersamaan itu pemilik minimarket pun datang, lalu memanggil semua karyawannya. Kegiatan rutin sebelum toko buka selain bersih-bersih adalah brefing pagi. Setelah semua berkumpul melingkar, sang pemilik mengucapkan salamnya untuk memulai brefing paginya.
Pemilik minimarket bernama pak Toha. Setelah mendengar salamnya dijawab semua karyawannya, pak Toha pun menyampaikan beberapa hal yang penting, yaitu agar semua karyawan memaksimalkan pelayanannya untuk semua pelanggan yang datang. Dan beliau memberi beberapa wejangan lainnya.
Lalu sebelum mengakhiri brefing pagi, Pak Toha memandangi Fatih. "Fatih, sekarang kamu yang memimpin do'a." ucapnya. Seketika pandangan semua karyawan beralih ke arah laki-laki remaja itu.
Fatih terbelalak mendengarnya. Lalu ia menjawab. "Maaf pak, saya ?" tangan kanannya sambil menunjuk dirinya.
Pak Toha tersenyum. "Bukankah kamu sudah diberitahu ? Setiap harinya untuk memimpin doa setelah brefing itu secara bergantian. Untuk sekarang, giliran kamu."
Fatih tersenyum sambil menggaruk pipi kanannya. "Iya pak."
Pak Toha bersuara lagi. "Bukankah kamu lulusan pesantren ? Jadi nggak perlu saya ajarkan untuk memimpin berdoanya, ya." ucapnya sambil terkekeh.
"Iya pak." sahut Fatih, lalu pandangannya memandang semua karyawan seniornya sambil tersenyum. "Sebelum kita mengawali kegiatan bekerja pada hari ini, marilah kita berdoa terlebih dahulu. Berdoalah menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing, agar diberi kelancaran, dan keselamatan dalam bekerja, bukan hanya untuk hari ini, tapi esok dan seterusnya."
"Berdoa, dimulai." lanjutnya, semuanya pun menundukkan kepalanya sambil menengadahkan tangan, kecuali 2 karyawan laki-laki dan perempuan yang beragama non muslim, mereka menyatukan dan mengepalkan kedua tangannya.
Tak sampai 20 detik berdoa, Fatih pun menyudahi berdoanya. Mereka pun membubarkan diri dan kembali ke tugas mereka masing-masing. Sedangkan pak Toha, pergi dari tokonya, maklum dia adalah bosnya. Gudang berada di bagian belakang bangunan, Fatih dan keempat seniornya pun mulai menatakan barang-barang di sana.
.....
Hari telah sore, Fatih baru saja menyelesaikan sholat asharnya di mushola yang sudah di sediakan di belakang minimarket, lalu ia menyimpan sarung dan pecinya ke dalam tasnya. Ia melihat jam dinding di ruangan, jam sudah menunjukkan pukul 15.40 WIB, 20 menit lagi jam kerjanya akan selesai dan pulang.
Ia pun segera memanfaatkan sisa waktunya untuk membersihkan tempat mushola. Waktu jam operasional di tempat ia bekerja selama 8 jam ditambah 1 jam untuk istirahat. Di jam 12 siang sebelumnya, 15 karyawan di shif siang sudah berangkat, dan mereka akan pulang di jam 9 malam.
Untuk besok, giliran mereka masuk jam di shif pagi, sedangkan dirinya dan keempat belas karyawan seniornya berangkat di shif siang.
Tak membutuhkan banyak waktu Fatih untuk membersihkan membersihkan mushola, tak sampai 10 menit, dan karena tak begitu kotor dan berantakan. Ia pun pergi menuju gudang, untuk kembali bekerja dan memanfaatkan sisa jam kerjanya yang tinggal 10 menit lagi.
Ia melihat kedua seniornya sedang menyapu gudang bersama kelima karyawan shif siang. Saat Fatih memulai menata tumpukan kardus, salah satu seniornya duduk di lantai beralas kardus bekas, ia bersantai yang tak jauh dari Fatih. Fatih hanya menatap sekilasnya, lalu ia menata kardus lainnya.
"Huhh.., cape sekali." keluh salah satu seniornya yang bernama Nathan.
"Halah.., nggak sampai 10 menit lagi kita akan pulang." sahut Fatur yang juga merupakan karyawan senior, dirinya sedang menata beberapa kardus mie instan.
Nathan memutar kedua bola matanya malas. Ia pun memandang Fatih. "Tih, santai aja, bentar lagi juga pulang."
Fatih menghentikan kegiatannya sejenak, ia tersenyum. "Iya bang." lalu ia kembali melanjutkan kegiatannya.
Nathan terkekeh, lalu bersuara. "Bukannya mengejek ya. Biasanya karyawan baru pasti rajin-rajinnya di awal saja, sama kaya kita-kita."
Sontak Fatur menghentikan kegiatannya, salah satu ujung bibirnya berkedut atau bergetar-getar. "Nggak usah blak-blak, Than." ucapnya pura-pura tersinggung, sebenarnya ia paham, kalau rekannya itu bercanda, meski bercandanya Nathan itu terlalu jujur.
Nathan tertawa mendengarnya, di sela-sela Fatih dalam kegiatannya, ia hanya tersenyum lagi. Nathan pun berkata lagi. "Fatih, nggak usah baper ya, aku cuma bercanda. Kadang kita semua kalau bercanda memang keterlaluan, sebenarnya untuk hiburan saja, biar nggak setres juga."
Fatih yang sudah selesai menata kardus, ia menjawab. "Santai saja bang. Ada benarnya kalau kita bercanda di waktu yang tepat agar kita tetap nyaman dan tak merasa tertekan saat bekerja. Itu lebih baik, dari pada kita kerja terlalu serius terus menerus, ujung-ujungnya kita tertekan dan nggak nyaman."
Nathan tersenyum, lalu memandang Fatur yang juga baru selesai kegiatannya. "Tuh, dengerin."
Fatur diam tak menjawab, ia pun mendekati Nathan, lalu ikut duduk di samping kirinya. "Ujung-ujungnya kamu kamu ikutan duduk juga."
"Diem lu, aku juga cape." sahut Fatur, lalu ia mengambil smartphonenya untuk melihat jam. Nathan tersenyum geli sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Fatih pun ikut duduk di samping kanannya Nathan. Nathan pun bersuara lagi. "Nah gitu dong, duduk dulu. Menikmati detik-detik waktu jam kerja akan habis."
Fatih terkekeh, lalu ia berkata. "Ada hadist Nabi yang begini.
مَنْ أَمْسَى كَالاًّ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ أَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ
Yang artinya : “Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.“ (HR. Thabrani)"
Kudua mata Nathan terbelalak, ia kagum dengan suara lantunan Fatih yang begitu merdu, terlebih lagi ketika Fatih menjelaskan artinya. Fatur pun juga, bahkan karyawan yang berada di gudang juga tersenyum mendengarnya.
"Luar biasa sekali." ucap Nathan.
"Masha Allah, bukankah kita sudah bekerja, sekarang kita sedang duduk dan tepat di sore hari seperti saat ini. Insha Allah dosa-dosa kita akan di ampuni Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan catatan kita harus ikhlas dalam bekerja."
"Anak lulusan pesantren memang bukan kaleng-kaleng." sahut Nahtan.
Fatih terkekeh, lalu menjawab. "Enggak begitu, bang. Aku begini juga masih belajar, tak luput dari kesalahan juga."
Nathan pun membalas. "Aku penasaran, kamu 'kan lulusan pesantren, apa kamu juga hafal semua isi surat di Al-Qur'an dan kitab-kitab ?"
Fatih menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak semuanya, bang. Terkadang aku juga lupa. Kalau abiku, dia seorang hafiz, Isha Allah beliau hafal semuanya."
Nathan mengangguk-angguk kepalanya, ia paham siapa abi Alif yang merupakan seorang ustadz sekaligus pengajar sekolah SMA. Dan ia sudah mulai paham karakter Fatih itu seperti apa, meski baru mengenalnya selama 2 minggu, ia yakin bahwa Fatih adalah orang yang baik.
Dan baru kali ini Fatih berbicara banyak dan perlahan terbuka. Karena saat awal-awal masuk, Fatih sedikit irit berbicara seperlunya, itu pun bila ditanya, tapi tak pernah menampilkan wajah mengeluh. Mungkin selama 2 minggu ini dia sedang beradaptasi di lingkungan barunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Raudatul zahra
maasya Allaah Fatiiihh
2023-10-11
1