Bik Rumsih sangat yakin kalau Alda sudah ketempelan makhluk gaib. Cirinya kelihatan meski pingsan, mata Alda selalu terbuka dan berputar-putar. Dia harus segera menemui Ki Bahrudin yang bisa berhubungan dengan mahkluk kasat mata.
"Cepatlah, San. Kasian Non Alda kalau kelamaan seperti itu. Nyawanya bisa melayang!" ungkap Bik Rumsih.
Sandi gak menjawab perkataan ibunya meski gak percaya kalau Alda ketempelan makhluk gaib. Dia memang percaya mitos tapi gak pernah melihatnya secara langsung. Suasana sudah gelap sehingga jalanan gak begitu kelihatan. Sandi hanya melihat dari lampu motor agar gak melindas batu atau lubang.
Sesampainya di persimpangan, dua orang hansip muncul tiba-tiba. Sandi berusaha mengendalikan motornya agar gak jatuh.
"Astagaa nagaa! Kalian mau kemana malam-malam begini? Sambil ngebut lagi!" tegur Adul sambil memegang dadanya yang berdebar kencang.
"I-iya. Hampir aja kami tertabrak!" teriak Karim juga yang gak kalah terkejut. Dia malah hampir nyungsep.
"Maaf, pak hansip. Kami mau ke rumahnya Ki Bahrudin," jawab Bik Rumsih dengan wajah pucat.
"Kemana? Ki Bahrudin? Emangnya ada yang kemasukan setan?" tanya Karim lagi. Dia juga tahu siapa Ki Bahrudin itu.
"Cucunya Nyonya Ningsih pingsan, pak. Kayaknya dia ketempelan makhluk gaib! Maaf kami pergi dulu. Ayo, San!"
Bik Rumsih gak mau lama-lama mengobrol dengan dua hansip itu. Dia menyuruh Sandi agar kembali melanjutkan perjalanan.
"Waduh! Ada lagi yang kemasukan. Padahal udah lama adem ayem!" celetuk Karim yang emang tahu cerita jaman dulu.
"Emangnya dulu banyak yang kemasukan, Rim?" tanya Adul tambah kepo. Dia memang belum lama tinggal disitu.
"Nah, ntu. Setiap sepuluh tahun, ada aja yang kemasukan. Ini udah lama, baru ada lagi!" sahut Karim.
"Ayo, kita lapor pak Rt aja. Terus langsung ke rumah Nyonya Ningsih!" ajak Adul semangat empat lima.
Keduanya pun cepat-cepat ke rumah Pak Rt. Sepertinya mereka juga ikut menjadi khawatir. Mereka lupa kalau sudah berkeliling cukup lama dan kakinya yang sudah kecapean.
Gak lama kemudian, Bik Rumsih sampai di rumah Ki Bahrudin. Rumahnya memang agak terpencil dan terpisah dari perkampungan.
"Maaf, ki. Apa bisa melihat cucunya Nyonya Ningsih? Dia lagi pingsan. Sepertinya ketempelan makhluk gaib yang ada di sekolahan!" ungkap Bik Rumsih ketika sudah berada di depan Ki Bahrudin. Sandi hanya menemani ibunya dan gak banyak bicara.
Ki Bahrudin terdiam. Laki-laki tua itu hanya tersenyum penuh ketenangan. Gayanya alim dengan kain sarung dan peci, gak kayak dukun di dalam film. Sebenarnya, dia memang bukan dukun. Tapi mendapatkan ilmu kasat mata yang diturunkan dari leluhurnya. Dengan tenang, dia mengambil sebotol air mineral.
"Dia gak apa-apa. Cuma kaget aja melihat makhluk gaib itu. Nanti juga bangun sendiri!" ucapnya tenang.
Ki Bahrudin membacakan sesuatu di air minum yang dipegangnya.
"Tapi, Ki. Gimana kalau gak bangun juga? Apa saya bawa ke sini aja?" tanya Bik Rumsih lagi. Sepertinya dia gak puas dengan ucapan Ki Bahrudin.
"Kasih minum air putih ini aja. Masukan sedikit demi sedikit dengan sendok makan. Dia pasti bangun!" jawab Ki Bahrudin yakin. Dia melihat Alda bukanlah gadis bisa. Hanya saja, tubuhnya gak kuat melihat makhluk tak kasat mata.
"Baik, ki!" Bik Rumsih segera mengambil air mineral yang diberikan Ki Bahrudin dan memberikan amplop dari Nyonya Ningsih, "ini ada titipan dari Nyonya Ningsih, ki."
Ki Bahrudin tersenyum dan langsung menerima amplop itu. Kan katanya kalau dikasih rezeki gak boleh ditolak!
*****
Sementara itu, Nyonya Ningsih menunggu Alda yang belum sadar juga. Dia hanya diam saja melihat Alda menggigil kedinginan. Matanya kadang terbuka kadang tertutup.
Nyonya Ningsih jadi teringat sewaktu kecil juga mengalami kejadian seperti cucunya itu. Dia sering kali melihat makhluk gaib dan setelahnya gak sadarkan diri. Apa Alda juga menuruni kemampuannya?
Tiba-tiba, kamar Alda dipenuhi asap tebal. Nyonya Ningsih merasakan kehadiran makhluk gaib di tempat itu.
"Jangan ganggu cucuku, pergilah!" ucap perempuan tua itu, entah kepada siapa.
Namun, kabut itu semakin tebal. Dari dalam kabut muncul sebuah bayangan hitam bermata merah darah. Nyonya Ningsih sangat terkejut. Dulu dia juga pernah melihat makhluk itu.
"Dia sudah melihatku, dia harus mati!"
Terdengar suara serak. Nyonya Ningsih gemetar. Sekarang usianya sudah menua, gak bisa menghadapi mahkluk itu sendirian. Makanya, dia meminta bantuan Ki Bahrudin.
Tiba-tiba, muncul cahaya kemerahan dan mengelilingi tempat itu. Perlahan kabut tebal itu pun sirna. Begitu juga bayangan menyeramkan itu. Nyonya Ningsih bisa bernapas lega. Cahaya itu pasti dikirimkan Ki Bahrudin untuk membantunya.
"Nyonya, nyonya gak knapa-napa? Saya melihat ada cahaya kemerahan memasuki rumah ini!" ujar Bik Rumsih yang sangat panik. Ketika sampai, dia melihat ada cahaya kemerahan.
"Gak ada apa-apa disini. Apa yang dikasih Ki Bahrudin?" tanya Nyonya Ningsih tenang.
"Hanya air minum ini, nyonya!" Bik Rumsih menyodorkan sebotol air minum yang diberikan Ki Bahrudin.
"Ya, sudah. Berikan aja kepada Alda. Aku mau istirahat!" ucap Nyonya Ningsih yang langsung pergi.
Bik Rumsih merasa sikap Nyonya Ningsih sangat aneh. Dia gak kelihatan khawatir dengan kejadian yang menimpa cucunya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments