Alda langsung membuka mata ketika merasa motor Sandi berhenti.
"Kenapa kalian terlambat pulang?" tanya Bik Rumsih yang langsung menyambut mereka.
Alda gak menjawab dan berjalan menuju ke kamarnya. Badannya sakit semua dari ujung kaki sampai ujung kepala. Alda hanya ingin tidur.
"Apa yang terjadi, Sandi?" tanya Bik Rumsih lagi kepada anaknya.
"Tadi ada acara di sekolahan, bu!" jawab Sandi berbohong. Dia sengaja mengutak atik motornya agar gak gugup.
"Malam ini kamu nginep aja disini. Tanggung besok pagi sudah berangkat lagi. Lagipula bisa menghemat bensin!"
"Iya, bu. Bensin motor Sandi memang tinggal sedikit. Besok pulang sekolah mau langsung beli bensin. Mudah-mudahan masih cukup!"
Sandi memutuskan untuk menginap di rumah Nenek Alda. Dia juga takut kalau bensin motornya habis karena tadi dipakai berputar-putar mencari Alda.
Alda tertidur sangat nyenyak dan terbangun ketika sudah gelap. Dia sangat terkejut karena gak ada yang membangunkan. Hanya perutnya saja yang keroncongan sehingga membuatnya terjaga.
Kegelapan kembali menyelubungi tempat itu. Alda sangat menyesal karena ketiduran dan belum mandi.
"Bik Rumsiiih!" teriak Alda sambil berjalan ke arah dapur.
Ruang tamu selalu saja remang-remang. Alda sangat gak nyaman. Kenapa sih, gak pasang lampu yang besar sekalian. Bikin orang takut aja kalau gelap seperti itu!
Tiba-tiba, mata Alda saflok dengan sesuatu yang aneh di salah satu kursi yang membelakanginya. Sesuatu berwarna putih itu menjulur sedikit demi sedikit hingga panjang. Alda menahan napas dan berniat kabur.
"Ada apa teriak-teriak? Disini kalau ngomong tuh pelan-pelan!"
Alda sangat terkejut mendengar suara itu. Ternyata neneknya tengah duduk di ruang tamu dengan rambut panjang terurai.
"Nenek! Kenapa rambutnya diurai begitu, sih? Bikin aku takut aja!" ujar Alda sedikit keras. Neneknya langsung berdiri.
"Kamu ini sama yang lebih tua gak ada sopan santunnya sama sekali. Itu karena orangtuamu terlalu memanjakan kamu!"
Aakh! Alda lagi malas berdebat.
"Iya, nek. Aku mau makan dulu, sudah lapar!" sahut Alda sambil nyelonong ke arah dapur.
"Eeh! Mandi dulu kalau mau makan!" ucap Nenek Alda lagi.
Alda gak menghiraukan. Perutnya benar-benar kelaparan.
"Biik, aku mau makan!" teriak Alda lagi. Tapi, dia malah terdiam ketika melihat Bik Rumsih sedang makan bersama Sandi.
"I-iya, non. Nanti saya siapkan!"
"Makan bareng aja disini, buk. Kenapa repot-repot segala!" celetuk Sandi sambil meneruskan makannya.
"Apa Non Alda mau makan disini?" tanya Bik Rumsih.
Alda terpaksa mengiyakan. Daripada di dekat neneknya.
"Ya, sudah. Aku makan disini aja! Memangnya ada lauk apa, bik?" tanya Alda yang langsung duduk.
"Ada ikan goreng sama sayur bayam, non!" Bik Rumsih menyodorkan sepiring nasi di depan Alda.
"Hanya itu?"
"Oh, ada sambal juga, non!"
Alda tertegun. Dia gak pernah makan sesederhana itu.
"Aku gak mau ikan, bik. Gak ada daging sapi atau ayam, bik? Aku kurang suka makan ikan, tanganku jadi bau amis!"
Penyakit Alda kambuh lagi. Dia selalu ingin melakukan kebiasaannya.
Sandi terdiam dan berhenti menyuap. Dia kurang suka dengan sikap Alda.
"Kalau gak suka ya jangan dimakan. Disini makan ikan aja sudah bagus. Kami dirumah malah cuman lauk tahu atau tempe. Telur aja sangat jarang!" ungkap Sandi.
"Sandi! Maaf, non. Makanlah dulu yang ada. Besok saya tangkapkan seekor ayam!"
Alda terlanjur gak suka dengan ucapan Sandi yang sedikit kasar. Padahal tadi siang sangat perhatian.
"Aku gak mau makan!"
Alda berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Padahal dia sudah sangat kelaparan.
Ketika selesai mandi, Alda malah kedinginan. Tadi airnya memang sangat dingin. Ketika melewati dapur, Sandi dan ibunya sudah selesai makan. Sandi sedang mencuci piring dan Bik Rumsih sedang membereskan dapur.
Alda terus berjalan meski sedikit menggigil. Belum lagi sampai ke ruang tamu, tubuhnya terasa sangat lemas dan penglihatannya jadi gelap.
Bruuug!!!
Alda terjatuh di atas lantai tak sadarkan diri.
"Non Alda!" teriak Bik Rumsih ketika melihat Alda terjatuh.
Sandi juga sangat terkejut dan segera menghampirinya. Sudah berapa kali, Alda pingsan. Membuat Sandi jadi sangat cemas.
"Non, Non Alda!" panggil Sandi namun Alda tetap diam saja.
"Gendong aja ke kamarnya. Apa kamu kuat, San?"
"Iya, buk. Tadi di sekolah Non Alda juga pingsan!" jawab Sandi keceplosan.
"Pingsan di sekolah? Kenapa kamu gak bilang?"
"Ada apa ribut-ribut?" Nenek Alda muncul. Dia mendengar suara berisik dari dapur.
"Non Alda pingsan, Nyonya!"
"Pingsan? Bawa aja ke kamarnya!"
Sandi segera membawa Alda ke kamarnya. Dia sempat memegang tangan Alda yang terasa panas. Entah kenapa Sandi sangat mengkhawatirkan Alda! Padahal dia sangat gak suka dengan sifatnya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments