Bik Rumsih segera memberikan air minum dari Ki Bahrudin. Sementara Nyonya Ningsih kembali ke dalam kamarnya. Sepertinya, dia yakin kalau cucunya akan segera membuka mata
Ternyata benar. Setelah air minum itu masuk ke dalam tenggorokan, Alda pun membuka mata.
"Ada apa, bik? Kenapa tenggorokanku sangat kering. Aakh! Biar air itu aku minum semuanya!"
Alda mengambil botol air dari tangan Bik Rumsih dan langsung meneguknya sampai habis.
"Makasih ya, bik. Apa sekarang sudah pagi, bik? Aku mau sekolah!" ujar Alda seperti tidak terjadi apapun padanya.
"I-iya, neng. Sebentar lagi pagi. Maaf, saya mau memasak air dulu dan membuat sarapan!"
"Aku mau nasi goreng, bik. Perutku lapar sekali!" ucap Alda lagi yang langsung duduk ditepi ranjang.
"Baik, neng!" Bik Rumsih segera keluar kamar Alda dan berjalan ke dapur.
"Bagaimana keadaan Non Alda, buk?" tanya Sandi ketika melihat ibunya.
"Alhamdulillah langsung membuka mata sehabis minum air tadi. Ya sudah! Ibu mau bikin sarapan dulu. Kata Non Alda sudah kelaparan!"
"Kelaparan?" Sandi baru ingat semalam, Alda gak mau makan karena gak cocok dengan lauknya. Mungkin itulah yang membuatnya sakit. Tapi, apa hanya air minum dari Ki bahrudin, Alda bisa tersadar dari pingsannya?
Alda merasa tubuhnya sangat sakit seperti habis naik gunung. Dia pun memutuskan untuk keluar kamar.
Dilihatnya, Sandi tengah tertidur di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu. Apa semalaman Sandi tidur di tempat itu?
"Hai, bangun. Sudah pagi, tahu! Dasar pemalas!" gerutu Alda sambil menggoyang-goyangkan badan Sandi.
Sandi yang baru saja bisa memejamkan mata sangat terganggu dengan kelakuan Alda. Dia gak membuka mata malah membelakangi Alda.
"Sandi, bangun! Apa kamu mau kesiangan ke sekolah?"
Sandi membuka mata ketika Alda mengatakan soal sekolah.
"Apa non masih mau sekolah lagi? Katanya non melihat makhluk menyeramkan disana," tanya Sandi keheranan.
"Justru itu aku mau melihatnya lagi. Kalau benar dia itu hantu, pasti akan aku beri pelajaran!"
Astaga! Sandi gak percaya kalau Alda masih sesumbar soal makhluk gaib, padahal dia habis ketempelan. Sandi pun menutup kepalanya dengan bantal. Sementara Alda masih saja mengganggunya.
Nyonya Ningsih melihat kelakuan kedua anak muda itu. Sepertinya mereka saling terhubung. Dia hanya ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya. Alda masih harus menghadapi ketakutannya sendiri.
*****
Sementara itu, duo hansip. Adul dan Karim malah ketiduran di depan rumah pak Rt. Semalam mereka membangunkan Pak Rt tapi gak ada yang bangun juga. Akhirnya mereka memutuskan menunggu bahkan sampai ketiduran.
"Hei! Kenapa kalian malah tidur di sini?" teriak Pak Rt sambil membangunkan keduanya.
Adul yang bangun duluan.
"Pak Rt udah bangun? Semalam ada kejadian penting, pak! Rim, Karim. Bangun, wooi. Ada Pak Rt, nih!" ucapnya sambil menggoyangkan badan Karim.
"Ada apaan sih? Gua masih ngantuk, dul!" Karim gak peduli omongan Adul dan melanjutkan tidurnya.
"Memangnya ada masalah apa, dul? Apa ada maling?" Pak Rt jadi penasaran.
"Itu, Pak Rt. Cucunya Nyonya Ningsih yang dari kota kesurupan. Semalam Bik Rumsih minta air ke rumahnya Ki Bahrudin," cerita Adul lugas.
"Kesurupan? Trus gimana akhirnya?"
"Saya gak tau, Pak Rt. Kan Pak Rt kaga bangun. Ya saya juga ngikut molor disini!" sahut Adul dengan logat betawinya.
"Ya sudah. Mending kalian pulang aja. Nanti abis subuh saya ke rumahnya Nyonya Ningsih sendiri aja!"
"I-iya, Pak Rt. Rim, karim. Ayo kita tidur di rumah aja!" ajak Adul sambil menarik tangan Karim.
"Aaakh! Gua ngantuk bener, Dul. Malah lagi ngimpiin cewek cakep lagi. Tanggung bener ini!" gerutu Karim. Dia emang bisa berdiri tapi matanya masih merem aja.
"Cewek cakep apaan? Paling nenek-nenek yang semalem kita lihat di depan sekolahan!" sahut Adul.
"Eeeh, dia bukan nenek-nenek, Dul. Dia itu kembang desa sebelah. Namanya Endah!" jelas Karim masih dengan mata merem.
"Endah? Bukannya dia udah meninggal, Rim?"
Tiba-tiba, Karim langsung melotot.
"Oh, iya-iya. Si Endah itu udah meninggal. Lah, dalam mimpi gua dia malah ngajakin kawin!" sahut Karim dengan wajah pucat.
"Nah loh, Rim. Berarti yang ngajakin kawin itu setannya!"
Karim semakin pucat aja, "udah aah, Dul. Ayo kita cepet pulang!"
Karim langsung berjalan setengah berlari. Adul cuman nyengir aja melihatnya.
Pak Rt geleng-geleng kepala melihat duo hansip itu. Kemudian teringat cerita Adul soal cucu Nyonya Ningsih yang kesurupan. Dulu, sewaktu kecil dia juga melihat Nyonya Ningsih kesurupan. Bahkan sampai bisa bicara dengan makhluk gaib. Sekarang cucunya juga mengalami hal yang sama. Anehnya, kenapa harus meminta pertolongan Ki Bahrudin segala???
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments