Alda gak kuat lagi untuk berlari. Dia pun berjongkok sambil menutup wajahnya dengan tangan. Airmatanya mengalir deras.
Mamah ... papah ... sebentar lagi Alda akan menyusul ....
"Non Alda ..., kenapa pagi-pagi sudah bangun?"
Alda berhenti menangis. Suara itu adalah suara Bik Rumsih! Dia pun segera membuka mata dan mencari suara itu.
Di depannya, berdiri sesosok bayangan dengan sebilah pisau ditangannya. Alda mengejapkan mata. Kini, pandangannya lebih jelas. Bayangan menakutkan itu adalah Bik Rumsih.
"Bik Rumsih? Kenapa rumah ini banyak asapnya?" Alda pun segera berdiri.
"Saya masih memasak dengan kayu, nona. Jadi banyak asapnya!"
"Astaga, bibik! Aku takut bener. Aku mengira ada orang jahat yang mau membunuhku!" ujar Alda yang merasa lega. Dia merasa aneh karena selalu saja berhalusinasi.
"Iya maaf, non. Ini kan sudah jam lima jadi saya harus memasak sarapan buat nyonya dan non juga!"
"Iya, bik. Sudah jam segini, aku gak bisa tidur lagi. Aku minta susu hangat aja, bik!" pinta Alda sambil menarik sebuah kursi makan.
"Susu? Maaf gak ada, non. Adanya teh manis aja. Apa non mau?"
"Gak ada susu? Di rumahku kan banyak, bik! Kenapa gak dibawa? Aku gak bisa kalau gak ada susu!" teriak Alda panik. Selama ini, mamahnya selalu menyediakan susu hangat setiap pagi.
Wajah Bik Rumsih berubah pucat. Dia gak pernah melihat Alda memarah itu.
"Ma-maaf, saya gak tahu, non. Di sini gak ada yang minum susu," sahut Bik Rumsih dengan suara gemetar.
"Aku akan minta nenek membelikan aku susu! Pokoknya aku gak bisa pergi sekolah kalau gak minum susu!" Sifat asli Alda kembali lagi. Dia memang sangat marah karena gak ada susu di rumah itu.
"Ada apa sih pagi-pagi sudah berisik?!"
Nenek Alda muncul dengan wajah gak senang. Apalagi melihat Alda dengan muka ditekuk.
"Nenek bagaimana, sih? Setiap pagi aku kan harus minum susu! Di rumahku banyak, kenapa gak dibawa kesini?" tanya Alda dengan nada suara tinggi.
"Salah kamu sendiri! Jangan salahkan orang lain. Nenek kan sudah bilang bawa barang-barang yang kamu perlukan! Di sini gak ada yang minum susu. Kalau mau pergilah ke peternakan sapi dan beli susu di sana!"
"Peternakan sapi? Apa gak ada minimarket disini? Aku biasa minum susu import. Aku gak pernah minum susu murni. Iikh, pasti rasanya gak enak!" cerocos Alda.
"Terserah kamu! Bikin pusing aja. Rumsih, bawakan aku teh hangat ke depan. Ingat, gak usah pakai gula!" ujar Nenek Alda sambil melangkah ke luar rumah padahal masih gelap.
Alda hanya diam saja meski hatinya bergemuruh. Rasanya ingin pergi dari rumah itu dan kembali ke rumahnya. Kenyamanan yang selama ini dirasakan hilang dalam sekejap.
"Ini sarapannya, non! Teh hangatnya juga. Setelah itu, kalau mau mandi ke belakang aja. Sebentar lagi anak saya akan datang menjemput nona!"
Bik Rumsih meletakan sepiring singkong rebus di atas meja.
"Astaga! Apa ini, bik? Apa gak ada roti?" tanya Alda dengan mata melotot.
"Cuma ada itu, non!" jawab Bik Rumsih yang langsung pergi membawa sarapan Nenek Alda.
Alda menatap singkong rebus di depannya dengan sedih. Seumur hidup, gak pernah makan seperti itu. Airmatanya kembali menetes. Mau gak mau, Alda memakan singkong rebus itu kalau gak mau kelaparan.
Setelah menelan paksa singkong rebus itu, Alda langsung mandi. Namun, dia hanya bengong melihat kondisi kamar mandi yang diluar nalar. Sebenarnya, Alda mau komplain tapi pasti neneknya malah marah lagi. Yah, yang penting Alda masih bisa mandi!
Alda segera memakai seragam lamanya. Untung aja Bik Tinah memasukannya ke dalam koper. Begitu juga dengan tas dan sepatunya. Yang disesalkan Alda, dikamarnya gak ada cermin besar. Alda hanya mengintip dirinya dari hape. Sementara hapenya gak bisa dipakai karena sama sekali gak ada signal.
Alda merasa menjadi orang hutan. Gak ada fasilitas atau pun makanan modern di sana. Alda harus bisa mengendalikan diri sambil mencari jalan agar kembali ke rumahnya. Meskipun tinggal sendiri, Alda sudah siap. Dia masih punya tabungan di rekening banknya.
Akh! Anak-anak kampung itu pasti akan terpesona padanya. Alda seperti gadis dari planet lain. Termasuk anaknya Bik Rumsih. Sandi pasti akan klepek-klepek melihat kecantikan Alda.
Kemarin, kondisi Alda berantakan karena terlalu lama di dalam mobil. Hari ini kondisi Alda sangat baik. Wajahnya juga bersinar seperti permata.
Namun, begitu Alda ke luar rumah, sikap Sandi biasa aja bahkan sedikit kesal.
"Kenapa sih nona lama bener. Kita bisa terlambat tahu!" cetus Sandi tanpa melihat Alda yang sudah berdandan bak bidadari.
"Aku selalu seperti ini setiap hari. Nanti ada bus sekolah yang menjemput jadi gak perlu repot-repot. Jadi, bagaimana kita ke sekolah?"
Sandi menepuk body sepeda bututnya. Alda masih kurang mudeng.
"Maksudmu apa?"
"Naik sepeda motor inilah! Mana ada bus jemputan disini. Cepatlah, naik!"
Sandi menghidupkan mesin sepeda motor tuanya. Suaranya menggema ke seluruh penjuru. Alda terbengong-bengong melihat sepeda motor itu. Dia sudah berdandan secantik mungkin tapi harus naik motor butut itu???
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Park Kyung Na
👍👍
2023-11-11
1