Alda tersadar ketika mendengar suara berisik. Badannya terasa sakit semua dan tangan sebelah kiri gak bisa digerakkan sama sekali.
"Neng Alda udah sadar?"
Alda membelalakkan matanya. Dia sudah berada di dalam kamarnya. Ada Bik Tinah, neneknya dan seorang dokter.
"Huuuft! Apa yang terjadi, bik?"
Alda berusaha bangun. Namun, badannya terasa sangat berat.
"Neng tiduran aja. Kata dokter, neng harus istirahat dan gak boleh bergerak dulu!" sahut Bik Tinah.
"Nenek bingung sama kamu, Alda. Kenapa sampai jatuh dari tangga. Ini kan rumahmu sendiri. Apa kamu ngelindur?!" tanya Nenek Alda yang malah menyalahkan cucunya itu.
Alda terdiam dan berusaha mengingat sesuatu. Kemudian wajahnya berubah tegang begitu teringat bayangan menyeramkan yang dilihatnya semalam.
"Se-semalam Alda melihat bayangan menyeramkan, nek. Wajahnya penuh luka dan berdarah. Di-dia memakai baju mamah. Tapi, dia bukan arwah mamah! Kalau mamah, gak mungkin mau menyakiti Alda!" ungkap Alda dengan suara gemetar.
"Bayangan menyeramkan? Apa kamu masih ngelindur? Bagaimana dengan cucu saya ini, dok? Apa perlu otaknya di periksa ke rumah sakit?" Nenek Alda gak menghiraukan cerita Alda.
Dokter setengah tua itu hanya tersenyum, "gak apa-apa, kok. Mungkin itu efek jatuhnya aja. Tapi, sebaiknya kamu istirahat dulu. Tanganmu agak bengkak dan untuk sementara gak bisa digerakkan!"
Alda gak bisa berkata apa-apa. Wajah menyeramkan itu masih terbayang jelas di matanya.
"Permisi pak dokter, ini air minumnya!"
Seorang wanita masuk sambil membawa baki. Sekilas Alda melihatnya. Wanita itu yang mendampingi neneknya dari kampung. Dia selalu menunduk dan gak pernah bertatapan mata.
Sikap Bik Tinah juga sedikit aneh ketika melihat wanita itu. Bahkan Bik Tinah memilih menjauhinya. Ada apa gerangan? Alda harus tahu apa yang terjadi padanya semalam.
"Apa aku gak jadi ikut sama nenek, bik?" tanya Alda begitu tinggal berdua dengan Bik Tinah.
"Katanya nanti sore tetap berangkat neng. Bibik mau pamitan habis juhur nanti!"
"Aku sangat takut, bik. Semalam jelas sekali aku bertemu makhluk jahat yang mau mencelakakan aku. Dia menarikku hingga jatuh di tangga!"
Bik Tinah diam saja. Dia ingat semalam menemukan Alda hanya sedirian tergeletak di atas lantai.
"Semalam bibik yang menemukan Neng Alda. Saat itu bibik gak melihat siapapun. Tapi, sorenya sih bibik melihat perempuan yang bersama nenek ada di kamar orangtua Neng Alda," ungkap Bik Tinah. Namun, ada sesuatu yang gak dia katakan. Saat itu dia melihat perempuan itu mencoba semua baju mamahnya Alda.
"Apa dia akan memakai baju mamah, bik? Anehnya makhluk jahat yang aku lihat semalam juga sedang memakai baju mamah!"
Bik Tinah memang merasa ada keanehan dengan perempuan itu. Dia sangat jarang bicara dan selalu menunduk. Namun terkadang matanya selalu melihat kesana kemari seperti takut dengan sesuatu.
"Kalau Bibik punya uang, pasti akan menjenguk Neng Alda. Untuk sementara Neng Alda harus menuruti perkataan nenek Neng Alda!"
"Aku sangat takut, bik!"
Alda gak bisa menahan airmatanya lagi. Dia akan pergi meninggalkan rumah tempat kelahirannya juga orangtuanya.
Bik Tinah gak bisa berkata apa-apa dan memeluk puteri majikannya itu erat. Dia merasa jalan yang akan dilalui Alda gak begitu baik. Sikap neneknya dan perempuan misterius itu sangat mencurigakan.
Menjelang siang, Bik Tinah harus meninggalkan rumah tempatnya bekerja cukup lama. Gak ada seorang pun yang mengantarkan kepergiannya. Seorang tukan ojek online sudah siap mengantarkannya pergi.
Dari jendela kamarnya, Alda hanya bisa melambaikan tangan dengan air mata mengalir di pipinya. Kini, tinggal dia sendirian. Tanpa orangtua dan pengasuhnya.
Tiba-tiba, angin berhembus. Angin yang membawa hawa panas. Pintu kamar Alda kembali berderit seperti dibuka orang dari luar.
Alda menoleh dan membuka matanya lebar. Suasana itu gak asing. Apa bayangan menyeramkan itu akan datang lagi!
Pintu pun terbuka lebar dan sebuah bayangan muncul. Alda menggenggam tangannya erat. Sementara kakinya gemetaran. Kali ini, dia gak akan takut lagi.
Bayangan itu melangkah masuk. Alda sudah bersiap.
"Maaf, Non Alda. Nenek sudah menunggu di bawah untuk makan siang!"
Ternyata, yang datang adalah perempuan misterius itu. Dia kembali membalikkan badannya untuk pergi. Gak ada keperluan lagi di tempat itu.
Alda bisa bernapas lega setelah perempuan itu muncul. Namun, mengapa perasaannya sama persis seperti berhadapan dengan bayangan menyeramkan semalam.
"Tunggu!"
Perempuan aneh itu berhenti dan kembali menghadap Alda.
"Ada apa, non?"
"Nama bibik siapa?" tanya Alda sambil menatap perempuan itu lekat.
"Nama saya Rumsih, nona. Maaf, saya harus pergi! Silakan nona langsung ke meja makan!" jawab perempuan bernama Rumsih itu datar.
Alda hanya tertegun melihat kepergian Rumsih. Kelakuannya tambah aneh aja. Alda merasa sesuatu sedang menunggunya. Entah apa!
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments