KEHILANGAN #2

Alda kembali ke kamarnya dengan santai. Teman-temannya pasti takjup melihatnya sudah punya hape baru model terbaru. Alda membuang kotak hapenya begitu saja di ruang tamu. Biar saja Bik Tinah yang membuangnya di tempat sampah.

Baru saja Alda keluar dari kamar mandi, terdengar suara berisik di lantai bawah. Pasti mamah dan papahnya sudah pulang. Mereka pasti menemukan kotak hape yang bau amis itu.

"Biar tau rasa, bik Tinah. Kenapa juga kotak hapeku sampai kotor dan bau amis. Mamah sama papah pasti memarahinya!" celetuk Alda sambil menyisir rambutnya.

Tiba-tiba, bau amis itu datang lagi. Bukankah kotak hapenya sudah dibuang? Alda tercengang ketika melihat kotak hape itu masih ada di tempatnya yang terpantul di cermin. Alda langsung menoleh. Siapa yang membawa kotak kotor itu ke kamarnya lagi? Pasti Bik Tinah!

Darah Alda mendidih. Dia memang gak suka dengan perempuan kampung itu. Pembantu teman-temannya masih muda dan cantik-cantik. Bukan perempuan kampungan seperti Bik Tinah!

Alda bergegas turun setelah memakai seragam sekolah dan memegang hape barunya erat. Mamah dan papahnya harus tahu kerjaan Bik Tinah!

Namun, langkahnya terhenti ketika melihat banyak orang di ruang tamu. Mereka gak dikenal Alda satupun. Bik Tinah juga ada di antara mereka.

"Bik Tinah! Ada apa sih ribut-ribut? Berisik tahu! Mana mamah sama papah!" ucap Alda kasar.

Semua yang hadir menatap Alda tajam, begitu juga Bik Tinah.

"Itu orang tua Neng Alda!" sahut Bik Tinah sambil menunjuk dua gundukan seperti orang tidur di ruang tamu. Atasnya ditutupi kain panjang sehingga gak kelihatan wajahnya.

Alda terdiam. Dia masih gak menyadari kejadian yang sebenarnya.

"Jangan bercanda, bik. Gak lucu, tahu!" gertak Alda lagi.

Orang-orang mulai berbisik. Mereka gak menyukai sikap Alda.

"Bibik gak bercanda, neng. Lihat aja sendiri!"

Bik Tinah menyingkap bagian atas ke dua gundukan itu. Barulah terlihat wajah kedua orangtua Alda.

Alda mulai gemetar melihat mamah dan papahnya terbaring membisu dengan wajah pucat dan penuh darah. Hape barunya terlepas dari tangan Alda. Kini, dia gak memerhatikan hapenya itu.

"Mamah, papaah! Bangun mah, pah. Kenapa diam aja? Hape yang Alda mauin sudah ada. Kenapa mamah sama papah gak ngomong apa-apa?!"

Alda menggoyang-goyangkan badan kedua orangtuanya. Namun mereka sama sekali gak bereaksi. Tangis Alda pecah. Akhirnya dia tahu kalau mamah dan papahnya sudah tiada!

"Sudahlah, neng. Biarkan mamah dan papah neng tenang di alamnya. Semalam, beliau kecelakaan ditabrak truk di depan toko setelah membeli hape buat neng. Mamah neng langsung meninggal di tempat. Tapi papah neng masih hidup dan memberitahukan kalau hape neng harus segera diantarkan ke rumah. Namun beliau meninggal ketika dalam perjalanan ke rumah sakit ...." Bik Tinah gak bisa menahan tangisnya lagi begitu menceritakan kejadian yang menimpa orang tua Alda.

Alda gemetar mendengar cerita Bik Tinah. Akibat keegoisannya malah membuat kedua orangtuanya meninggal.

"Maafkan Alda, mah, pah. Alda sudah membuat mamah dan papah meninggal ...," ucap Alda lirih sambil memeluk jasad mamah dan papahnya. Airmatanya terus mengalir. Penyesalannya sudah terlambat.

Hari itu juga, jenazah kedua orang tua Alda dimakamkan. Kini, hape yang diinginkan Alda sudah gak berarti lagi. Hape itu hanya teronggok di samping kotaknya yang masih bau amis.

Malam pun tiba, para tetangga datang untuk tahlilan. Alda masih ada di dalam kamarnya. Hanya diam sambil menatap hape yang pernah sangat diinginkannya. Bau amis menyeruak ke seluruh kamar. Noda merah itu pasti darah ayah dan ibunya. Alda gak peduli, bau itu sepertì wangi bunga baginya.

Tiba-tiba, pintu kamar Alda terbuka. Alda menoleh, Namun gak ada siapapun di sana. Mungkin hanya angin. Gadis itu kembali menatap kotak hapenya. Tapi, kotak itu sudah gak ada di tempatnya semula!

Alda mencarinya ke sekeliling ruangan, namun kotak itu gak ada juga. Apa dia salah lihat, ya? Tapi kotak itu sudah ada sejak pagi.

Gak lama kemudian angin berhembus cukup kencang, Alda sampai memejamkan matanya. Begitu membuka mata, alangkah terkejutnya Alda ketika melihat dua bayangan berdiri di depan pintu. Bayangan itu menyerupai mamah dan papahnya dengan wajah penuh luka dan berdarah yang masih basah.

Tubuh Alda gemetar, apakah mereka orantuanya yang sudah meninggal?

"Ma-mamah, papah? Maafkan Alda," ucap Alda dengan suara bergetar dan airmata yang kembali mengalir.

Alda mengira bayangan itu adalah orang tuanya.

"Ini nenek, Neng Alda!"

Bayangan itu menghilang, berganti sosok Bik Tinah dan Nenek Alda yang baru sampai dari kampung.

"Eeem, kenapa kamarmu bau sekali, sih? Apa kamu menyimpan bangkai di sini?" tanya Nenek Alda sambil menutup hidungnya. Sifatnya memang seperti itu. Gak kelihatan sedih sama sekali padahal putera dan menantunya baru saja meninggal.

"Ne-nenek, mamah sama papah sudah gak ada ...," ucap Alda lirih.

Nenek Alda malah menantap Alda tajam. Dia sudah mendengar soal sifat Alda yang egois karena terlalu disayang anak dan menantunya.

"Kalau akhirnya akan seperti ini. Seharusnya dulu mamahmu menyerah untuk mendapatkan anak! Nyatanya, anak yang diinginkannya malah menyebabkan mereka meninggal!"

Alda tertegun mendengar ucapan neneknya, "mengapa nenek berkata seperti itu?" tanyanya yang gak percaya dengan pendengarannya.

Begitu juga dengan Bik Tinah. Ternyata, sikap Alda selamanya menurun dari neneknya. Mulutnya sangat pedas dan menyakitkan.

"Seperti itulah adanya. Kehadiranmu malah membawa petaka. Tapi, besok kamu harus ikut denganku ke kampung!" ujar Nenek Alda tanpa menanyakannya kepada Alda sama sekali.

Alda sendiri sangat terkejut dengan keputusan neneknya, "tapi, nek. Aku mau tetap disini. Bagaimana dengan sekolahku?"

"Di kampung juga ada sekolah. Sudahlah! Cepat kemasi barang-barang kamu!" ucap Nenek Alda lagi sambil membalikkan badannya.

"Bagaimana tahlilannya, Nyonya? Ini kan baru semalam," tanya Bik Tinah yang juga gak kalah terkejutnya.

"Kan bisa dilanjutkan di kampung. Oh, iya. Besok kamu gak usah masuk kerja lagi!" jawab Nenek Alda singkat.

Kali ini, Bik Tinah yang bengong setelah mendengar ucapan Nenek Alda.

Alda hanya bisa terduduk lemas. Ke kampung? Apa yang bisa dilakukannya di sana? Mah, pah, kenapa sampai sèperti ini? Maafkan Alda ....

*****

Episodes
1 AKIBAT TERLALU SAYANG #1
2 AKIBAT TERLALU SAYANG #2
3 KEHILANGAN #1
4 KEHILANGAN #2
5 BAYANGAN MENYERAMKAN #1
6 BAYANGAN MENYERAMKAN #2
7 PENYESALAN YANG TERLAMBAT #1
8 PENYESALAN YANG TERLAMBAT #2
9 MALAM PERTAMA DI RUMAH MENYERAMKAN #1
10 MALAM PERTAMA DI RUMAH MENYERAMKAN #2
11 MISTERI BANGKU KOSONG #1
12 MISTERI BANGKU KOSONG #2
13 MISTERI BANGKU KOSONG #3
14 HALU APA NYATA #1
15 HALU APA NYATA #2
16 RAPUH #1
17 RAPUH #2
18 KETEMPELAN MAKHLUK GAIB #1
19 KETEMPELAN MAKHLUK GAIB #2
20 MENGEJAR MAKHLUK GAIB #1
21 MENGEJAR MAKHLUK GAIB #2
22 JANGAN CERITAKAN SIAPA AKU! #1
23 JANGAN CERITAKAN SIAPA AKU! #2
24 PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #1
25 PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #2
26 PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #3
27 MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #1
28 MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #2
29 MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #3
30 PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #1
31 PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #2
32 PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #3
33 MISTERI YANG PERLAHAN TERUNGKAP #1
34 MISTERI YANG PERLAHAN TERUNGKAP #2
35 PEMBALASAN TERAKHIR #1
36 PEMBALASAN TERAKHIR #2
37 PEMBALASAN TERAKHIR #3
38 ARWAH TERPASUNG #1
39 ARWAH TERPASUNG #2
40 ARWAH TERPASUNG #3
41 HARI TERAKHIR #1
42 HARI TERAKHIR #2
43 HARI TERAKHIR #3
44 HARI TERAKHIR #4
45 MISTERI ARWAH PENASARAN #1
46 MISTERI ARWAH PENASARAN #2
47 MISTERI ARWAH PENASARAN #3
48 MISTERI ARWAH PENASARAN #4
49 CINTA YANG BELUM SEMPAT MEKAR #1
50 CINTA YANG BELUM SEMPAT MEKAR #2
51 KEMBALI KE ALAMNYA #1
52 KEMBALI KE ALAMNYA #2
53 MISTERI ARWAH PENARI #1
54 MISTERI ARWAH PENARI #2
55 MISTERI ARWAH PENARI #3
56 DITEMBAK KETOS #1
57 DITEMBAK KETOS #2
58 DITEMBAK KETOS #3
59 TUMBAL SANG PENARI #1
60 TUMBAL SANG PENARI #2
61 TUMBAL SANG PENARI #3
62 BALAS DENDAM ARWAH PENARI #1
63 BALAS DENDAM ARWAH PENARI #2
64 MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #1
65 MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #2
66 MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #3
67 BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN
68 BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #2
69 BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #3
70 AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #1
71 AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #2
72 AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #3
73 TAKDIR KEMATIAN #1
74 TAKDIR KEMATIAN #2
75 TAKDIR KEMATIAN #3
76 TERIKAT TAKDIR #1
77 TERIKAT TAKDIR #2
78 TERIKAT TAKDIR #3
79 PURNAMA MERAH #1
80 PURNAMA MERAH #2
81 PURNAMA MERAH #3
Episodes

Updated 81 Episodes

1
AKIBAT TERLALU SAYANG #1
2
AKIBAT TERLALU SAYANG #2
3
KEHILANGAN #1
4
KEHILANGAN #2
5
BAYANGAN MENYERAMKAN #1
6
BAYANGAN MENYERAMKAN #2
7
PENYESALAN YANG TERLAMBAT #1
8
PENYESALAN YANG TERLAMBAT #2
9
MALAM PERTAMA DI RUMAH MENYERAMKAN #1
10
MALAM PERTAMA DI RUMAH MENYERAMKAN #2
11
MISTERI BANGKU KOSONG #1
12
MISTERI BANGKU KOSONG #2
13
MISTERI BANGKU KOSONG #3
14
HALU APA NYATA #1
15
HALU APA NYATA #2
16
RAPUH #1
17
RAPUH #2
18
KETEMPELAN MAKHLUK GAIB #1
19
KETEMPELAN MAKHLUK GAIB #2
20
MENGEJAR MAKHLUK GAIB #1
21
MENGEJAR MAKHLUK GAIB #2
22
JANGAN CERITAKAN SIAPA AKU! #1
23
JANGAN CERITAKAN SIAPA AKU! #2
24
PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #1
25
PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #2
26
PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #3
27
MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #1
28
MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #2
29
MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #3
30
PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #1
31
PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #2
32
PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #3
33
MISTERI YANG PERLAHAN TERUNGKAP #1
34
MISTERI YANG PERLAHAN TERUNGKAP #2
35
PEMBALASAN TERAKHIR #1
36
PEMBALASAN TERAKHIR #2
37
PEMBALASAN TERAKHIR #3
38
ARWAH TERPASUNG #1
39
ARWAH TERPASUNG #2
40
ARWAH TERPASUNG #3
41
HARI TERAKHIR #1
42
HARI TERAKHIR #2
43
HARI TERAKHIR #3
44
HARI TERAKHIR #4
45
MISTERI ARWAH PENASARAN #1
46
MISTERI ARWAH PENASARAN #2
47
MISTERI ARWAH PENASARAN #3
48
MISTERI ARWAH PENASARAN #4
49
CINTA YANG BELUM SEMPAT MEKAR #1
50
CINTA YANG BELUM SEMPAT MEKAR #2
51
KEMBALI KE ALAMNYA #1
52
KEMBALI KE ALAMNYA #2
53
MISTERI ARWAH PENARI #1
54
MISTERI ARWAH PENARI #2
55
MISTERI ARWAH PENARI #3
56
DITEMBAK KETOS #1
57
DITEMBAK KETOS #2
58
DITEMBAK KETOS #3
59
TUMBAL SANG PENARI #1
60
TUMBAL SANG PENARI #2
61
TUMBAL SANG PENARI #3
62
BALAS DENDAM ARWAH PENARI #1
63
BALAS DENDAM ARWAH PENARI #2
64
MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #1
65
MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #2
66
MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #3
67
BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN
68
BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #2
69
BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #3
70
AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #1
71
AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #2
72
AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #3
73
TAKDIR KEMATIAN #1
74
TAKDIR KEMATIAN #2
75
TAKDIR KEMATIAN #3
76
TERIKAT TAKDIR #1
77
TERIKAT TAKDIR #2
78
TERIKAT TAKDIR #3
79
PURNAMA MERAH #1
80
PURNAMA MERAH #2
81
PURNAMA MERAH #3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!