AKIBAT TERLALU SAYANG #2

Sudah jam delapan malam dan hujan tiba-tiba turun. Randy terlalu lelah sehingga tertidur sementara Asri masih membereskan pakaian dari koper.

"Papaaa!"

Tiba-tiba, Alda muncul sambil mendorong pintu dengan cukup keras.

Randy sangat terkejut sampai melompat dari tempat tidur. Begitu juga Asri yang merasakan jantungnya berdetak kencang.

"Ada apa, Alda? Papa lagi istirahat!" Randy sedikit kesal dengan sikap Alda yang gak tahu sopan santun.

"Papa janji mau belikan hape baru untukku. Satu jam lagi tokonya tutup. Pokoknya malam ini juga hape itu harus ada!" ungkap Alda dengan nada suara tinggi.

"Besok aja, Alda. Kasihan papa masih kecapean. Lagipula diluar hujan," ucap Asri yang kurang suka dengan sikap puterinya itu.

"Pokoknya, Alda gak mau tahu! Kalau gak ada hape, besok Alda gak mau sekolah!" seru Alda sambil keluar dan membanting pintu.

"Gimana, pah? Di luar masih hujan!" Asri menyibak tirai jendela. Air mengalir di balik kaca cukup deras.

"Biar papah ganti baju dulu." Randy beranjak dari tempat tidur.

"Aku ikut, pah. Biar papah gak ngantuk di jalan!" ujar Asri yang gak tega kalau suaminya pergi sendirian.

"Nah begitu, baru istri yang baik!"

"Emangnya selama ini aku bukan istri yang baik?" Asri sedikit ngambek.

"Tentu aja kamu adalah istri yang baik dan terbaik!" sahut Randy sambil memamerkan kedua jempolnya.

Alda semakin gelisah. Dia menunggu papanya keluar dari kamar. Gimana kalau dia gak bawa hape besok? Pasti teman-temannya semakin mengejeknya!

Gak lama kemudian mamah dan papahnya keluar. Mereka tersenyum melihat puterinya sudah berdiri di depan pintu.

"Mamah ikut sama papah, ya sayang. Kamu baik-baik di rumah sama Bik tinah. Jangan merepotkan karena sekarang waktunya istirahat!"

"Tenang aja, mah. Aku mau tidur aja. Tapi besok pagi hapeku harus ada, ya!" tegas Alda.

"Oke, bos cantiik!" ucap Asri dan Randy hampir berbarengan. Mereka ingin selalu membahagiakan puterinya itu.

Alda langsung masuk ke dalam kamarnya. Hatinya sudah tenang dan bisa tidur dengan nyenyak.

"Jaga Alda ya, bik. Meski Alda sekarang agak berbeda tapi hatinya tetap baik, kok!" ucap Asri sebelum masuk ke dalam mobil. Sementara, Randy sudah ada di dalamnya.

"Baik, bu. Saya juga tahu Neng Alda dari kecil. Umur segitu adatnya emang beda, bu. Nanti juga jadi baik lagi," sahut Bik Tinah. Dia juga tahu perubahan sikap Alda yang lebih egois.

Bik Tinah menutup pintu gerbang rapat dan menguncinya begitu mobil majikannya sudah mulai jalan. Dia merasa kasihan juga dengan mereka. Anak penginannya malah membuat mereka menderita.

"Pelan-pelan aja bawa mobilnya, pah!" ucap Asri ketika melihat hujan semakin deras dan membuat kaca buram.

"Iya, mah. Tapi tokonya sebentar lagi tutup!" sahut Randy yang masih serius menyetir. Matanya juga jadi gak bisa melihat jelas karena kaca yang buram.

"Tapi tetap hati-hati, pah. Jalanan jadi licin kalau hujan," ujar Asri mengingatkan.

Randy gak menjawab dan sangat serius menyetir. Sudah lama dia gak keluar malam. Rumah mereka memang agak masuk dari jalan raya. Di sana masih banyak pohon-pohon tinggi yang tumbuh di sisi jalan.

Asri menahan napas setiap kali ban mobil tergelincir. Dia gak mau terlalu bawel sehingga membuat suaminya gak konsen.

Apapun yang terjadi, mereka sangat menyayangi Alda. Asri ingat sepulang dari rumah mertuanya, dia membuat keputusan yang besar.

"Apa ini, mah?" tanya Randy ketika Asri menyodorkan sebuah kertas.

"Ini adalah sertifikat rumah peninggalan orangtuaku, pah. Jual saja dan uangnya untuk biaya bayi tabung!" jeas Asri.

"Bayi tabung? Apa kamu yakin, mah? Kamu tahu kan di dalam agama kita hal itu tidak disarankan. Kita harus menerima kalau belum dipercaya untuk mendapatkan anak. Aku yakin kalau sudah saatnya, kita juga akan dikasih!" ungkap Randy yang kurang setuju dengan keputusan Asri.

"Aku sudah putuskan, pah. Aku akan berhenti kerja dan menjalani program bayi tabung. Aku gak suka kalau disebut perempuan mandul!"

Asri menangis sejadi-jadinya. Perkataan ibunya Randy sangat menyakitkan. Dia gak akan sanggup jika bertemu lagi dan belum hamil juga. Kata-kata menyakitkan itu pasti akan terlontar lagi dari mulut ibu mertuanya.

Akhirnya Randy setuju juga. Setahun Asri mengikuti program bayi tabung. Kemudian berita bahagia itu pun datang.

"Aku hamil, pah!" ujar Asri sambil memamerkan alat testpac yang menandakan kalau dia hamil.

"Benarkah, mah? Aku sangat senang!" Randy langsung menghambur ke pelukan Asri.

Setahun kemudian, Asri melahirkan Alda. Dia sudah gak takut lagi bertemu dengan ibu mertuanya dan membuktikan kalau bukan perempuan mandul.

Kembali ke saat sekarang.

Tiba-tiba, sebuah ranting jatuh tepat di depan kaca mobil.

"Astaga! Apa itu?" teriak Randy.

"Sepertinya ranting, pah. Biar aku yang singkirkan. Papah di dalam aja!"

"Hati-hati, mah. Ada payung di bangku belakang!"

Asri mengambil payung sebelum keluar dari mobil. Hujan angin menyambutnya dan membuat bajunya sedikit kebasahan. Dilihatnya sebuah ranting cukup besar di atas mobil. Asri pun segera menyingkirkannya.

"Ayo, pah. Jalan lagi!"

"Iya, mah. Apa mamah kebasahan?"

"Gak apa-apa. Cuma sedikit aja, kok! Sebaiknya kita agak cepat, pah. Sudah hampir jam sembilan!" ungkap Asri ketika melihat jam tangannya.

"Iya, mah. Mudah-mudahan gak ada halangan lagi!"

Mereka pun melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini lebih lancar karena mereka sudah sampai di jalan raya.

Tak lama kemudian, mereka sampai juga di toko handphone. Untung sebelum berangkat, Randy menelpon salesnya agar menunggu mereka.

"Apa handphone yang saya pesan sudah ada?" tanya Randy begitu masuk ke dalam toko.

Dua orang sales menyambut mereka.

"Wah! Bapak hebat bisa sampai disini juga, padahal ada hujan badai!" ujar sales yang memakai dasi. Sepertinya dia adalah supervisor toko.

"Iya, dong. Semuanya kan demi anak tercinta!" sahut Randy dengan penuh suka cita.

Seorang sales datang sambil membawakan sebuah kotak handphone edisi terbaru.

"Sebenarnya, handphone ini sudah ada yang memesan, pak. Tapi orangnya masih diluar kota jadi kami berikan buat bapak aja!" jelasnya.

"Wah berarti rezeki anak saya, ya!" Randy sangat senang bisa mendapatkan hape itu tanpa menunggu lama.

Asri melihat ke luar jendela. Dia seperti melihat bayangan hitam dan tinggi besar berdiri di seberang jalan. Wajahnya gak begitu kelihatan karena gelap dan hujan juga.

Aakh, mungkin hanya bayangan pohonan aja, pikirnya. Asri pun gak menghiraukan bayangan itu lagi.

"Bagaimana, apa hapenya sudah bisa dipakai? Soalnya mau dibawa anak saya sekolah besok!" tanya Asri kepada sales perempuan.

"Iya, bu. Lagi di stel hapenya. Silakan ibu minum dulu. Kami ada teh manis hangat!" jawab Sales itu sambil menyodorkan dua gelas teh.

"Oh, iya. Terima kasih, ya. Aku memang sedikit kedinginan. Pasti enak kalau minum yang hangat!"

Asri duduk di salah satu bangku yang menghadap ke luar toko. Tubuhnya menggigil ketika angin berembus entah dari mana. Dia pun menyeruput teh di dalam gelas yang dipegangnya. Tanpa sengaja, dia kembali melihat ke arah luar. Ternyata, bayangan itu masih ada.

"Ada apa, mah? Kenapa melihat seperti itu?" tanya Randy yang duduk di sebelah Asri.

"Itu, pah. Bayangan itu melihat ke sini dari tadi. Apa mata mamah yang salah lihat, ya?"

Randy pun melihat ke arah yang ditunjukkan istrinya.

"Gak ada apa-apa, mah. Mungkin hanya perasaan mamah aja. Kalau agak pusing, merem aja sebentar. Mungkin tadi kehujanan jadi mata mamah agak buram!" terang Randy.

"Iya, pah. Bisa jadi mata mamah kurang jelas. Ya udah mamah merem sebentar ya, pah!"

Asri menuruti perkataan suaminya. Dia pun memejamkan matanya bahkan sampai terlelap.

Di dalam tidurnya, Asri merasa seperti berada di depan sebuah lorong bersama suaminya juga. Bayangan hitam tinggi dan besar ada di hadapan mereka. Dia gak berkata apa-apa. Mereka pun perlahan berjalan mengikuti bayangan itu masuk ke dalam lorong.

"Mamah, papah, jangan tinggalkan Alda ...."

Dari jauh, puteri mereka memanggil. Asri ingin sekali kembali dan bersamanya. Namun langkahnya sangat berat. Mereka tetap saja berjalan semakin masuk ke dalam lorong.

"Aldaaa, Aldaaa ...." panggil Asri.

"Mah, mah. Bangun, mah. Apa mamah mimpi?"

Randy terus menggoyangkan bahu istrinya yang terus memanggil nama anak mereka. Gak lama kemudian, Asri membuka mata.

"Mamah mimpi, ya?" tanya Randy lagi.

Asri belum sadar benar. Dia ingat bayangan hitam itu juga ada di dalam mimpinya.

"I-iya, pah. Kenapa bisa sampai mimpi, ya. Padahal mamah cuman merem sebentar!" jawab Asri keheranan.

"Iya, mah. Hapenya sudah siap. Ayo kita pulang!"

"Iya, pah!

Asri pun segera bangkit dari kursi dan mengikuti langkah suaminya.

Kedua sales itu segera menutup toko begitu selesai melayani mereka.

Hujan belum reda juga, bahkan angin semakin kencang.

"Papah masuk aja dulu, mamah belakangan!" ucap Asri ketika sudah di luar toko.

Randy mengangguk dan mengeluarkan kunci mobil. Asri mengantarkan suaminya masuk ke dalam mobil dahulu. Kemudian dia akan masuk setelah kunci pintu sebelahnya dibuka.

Baru saja Asri akan membuka pintu mobil, bayangan hitam besar itu muncul lagi. Asri sangat terkejut ketika melihatnya dari jarak dekat. Bayangan itu mengulurkan tangan seakan ingin mengajaknya pergi.

Tiba-tiba sebuah cahaya terang muncul dari ujung jalan. Cahaya itu berkelak kelok dengan suara nyaring. Belum lagi Asri melihat jelas, cahaya itu sudah sampai di depannya.

Astaga! Itu adalah cahaya lampu dari sebuah truk. Secepat kilat, truk itu menabrak Asri dan suaminya yang ada di dalam mobil.

Bruuuugh ....

Tubuh Asri terpental ke tengah jalan. Sementara mobil Randy langsung ringsek. Entah bagaimana keadaan suaminya.

Napas Asri tinggal di ujung tenggorokan. Darah mengucur dari kepalanya. Di saat terakhir, Asri masih bisa melihat bayangan hitam itu. Dia mengulurkan tangannya dan wajahnya baru kelihatan. Wajah tanpa mata dan mulut! Sedetik kemudian, semuanya menjadi gelap.

*****

Terpopuler

Comments

Clara Safitri

Clara Safitri

lanjut thor

2023-11-21

1

Park Kyung Na

Park Kyung Na

😱😱

2023-11-05

1

lihat semua
Episodes
1 AKIBAT TERLALU SAYANG #1
2 AKIBAT TERLALU SAYANG #2
3 KEHILANGAN #1
4 KEHILANGAN #2
5 BAYANGAN MENYERAMKAN #1
6 BAYANGAN MENYERAMKAN #2
7 PENYESALAN YANG TERLAMBAT #1
8 PENYESALAN YANG TERLAMBAT #2
9 MALAM PERTAMA DI RUMAH MENYERAMKAN #1
10 MALAM PERTAMA DI RUMAH MENYERAMKAN #2
11 MISTERI BANGKU KOSONG #1
12 MISTERI BANGKU KOSONG #2
13 MISTERI BANGKU KOSONG #3
14 HALU APA NYATA #1
15 HALU APA NYATA #2
16 RAPUH #1
17 RAPUH #2
18 KETEMPELAN MAKHLUK GAIB #1
19 KETEMPELAN MAKHLUK GAIB #2
20 MENGEJAR MAKHLUK GAIB #1
21 MENGEJAR MAKHLUK GAIB #2
22 JANGAN CERITAKAN SIAPA AKU! #1
23 JANGAN CERITAKAN SIAPA AKU! #2
24 PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #1
25 PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #2
26 PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #3
27 MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #1
28 MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #2
29 MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #3
30 PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #1
31 PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #2
32 PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #3
33 MISTERI YANG PERLAHAN TERUNGKAP #1
34 MISTERI YANG PERLAHAN TERUNGKAP #2
35 PEMBALASAN TERAKHIR #1
36 PEMBALASAN TERAKHIR #2
37 PEMBALASAN TERAKHIR #3
38 ARWAH TERPASUNG #1
39 ARWAH TERPASUNG #2
40 ARWAH TERPASUNG #3
41 HARI TERAKHIR #1
42 HARI TERAKHIR #2
43 HARI TERAKHIR #3
44 HARI TERAKHIR #4
45 MISTERI ARWAH PENASARAN #1
46 MISTERI ARWAH PENASARAN #2
47 MISTERI ARWAH PENASARAN #3
48 MISTERI ARWAH PENASARAN #4
49 CINTA YANG BELUM SEMPAT MEKAR #1
50 CINTA YANG BELUM SEMPAT MEKAR #2
51 KEMBALI KE ALAMNYA #1
52 KEMBALI KE ALAMNYA #2
53 MISTERI ARWAH PENARI #1
54 MISTERI ARWAH PENARI #2
55 MISTERI ARWAH PENARI #3
56 DITEMBAK KETOS #1
57 DITEMBAK KETOS #2
58 DITEMBAK KETOS #3
59 TUMBAL SANG PENARI #1
60 TUMBAL SANG PENARI #2
61 TUMBAL SANG PENARI #3
62 BALAS DENDAM ARWAH PENARI #1
63 BALAS DENDAM ARWAH PENARI #2
64 MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #1
65 MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #2
66 MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #3
67 BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN
68 BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #2
69 BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #3
70 AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #1
71 AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #2
72 AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #3
73 TAKDIR KEMATIAN #1
74 TAKDIR KEMATIAN #2
75 TAKDIR KEMATIAN #3
76 TERIKAT TAKDIR #1
77 TERIKAT TAKDIR #2
78 TERIKAT TAKDIR #3
79 PURNAMA MERAH #1
80 PURNAMA MERAH #2
81 PURNAMA MERAH #3
Episodes

Updated 81 Episodes

1
AKIBAT TERLALU SAYANG #1
2
AKIBAT TERLALU SAYANG #2
3
KEHILANGAN #1
4
KEHILANGAN #2
5
BAYANGAN MENYERAMKAN #1
6
BAYANGAN MENYERAMKAN #2
7
PENYESALAN YANG TERLAMBAT #1
8
PENYESALAN YANG TERLAMBAT #2
9
MALAM PERTAMA DI RUMAH MENYERAMKAN #1
10
MALAM PERTAMA DI RUMAH MENYERAMKAN #2
11
MISTERI BANGKU KOSONG #1
12
MISTERI BANGKU KOSONG #2
13
MISTERI BANGKU KOSONG #3
14
HALU APA NYATA #1
15
HALU APA NYATA #2
16
RAPUH #1
17
RAPUH #2
18
KETEMPELAN MAKHLUK GAIB #1
19
KETEMPELAN MAKHLUK GAIB #2
20
MENGEJAR MAKHLUK GAIB #1
21
MENGEJAR MAKHLUK GAIB #2
22
JANGAN CERITAKAN SIAPA AKU! #1
23
JANGAN CERITAKAN SIAPA AKU! #2
24
PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #1
25
PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #2
26
PEMBALASAN PENUNGGU BANGKU KOSONG #3
27
MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #1
28
MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #2
29
MENGUNGKAP ARWAH PENDENDAM #3
30
PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #1
31
PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #2
32
PEREMPUAN ANEH MISTERIUS #3
33
MISTERI YANG PERLAHAN TERUNGKAP #1
34
MISTERI YANG PERLAHAN TERUNGKAP #2
35
PEMBALASAN TERAKHIR #1
36
PEMBALASAN TERAKHIR #2
37
PEMBALASAN TERAKHIR #3
38
ARWAH TERPASUNG #1
39
ARWAH TERPASUNG #2
40
ARWAH TERPASUNG #3
41
HARI TERAKHIR #1
42
HARI TERAKHIR #2
43
HARI TERAKHIR #3
44
HARI TERAKHIR #4
45
MISTERI ARWAH PENASARAN #1
46
MISTERI ARWAH PENASARAN #2
47
MISTERI ARWAH PENASARAN #3
48
MISTERI ARWAH PENASARAN #4
49
CINTA YANG BELUM SEMPAT MEKAR #1
50
CINTA YANG BELUM SEMPAT MEKAR #2
51
KEMBALI KE ALAMNYA #1
52
KEMBALI KE ALAMNYA #2
53
MISTERI ARWAH PENARI #1
54
MISTERI ARWAH PENARI #2
55
MISTERI ARWAH PENARI #3
56
DITEMBAK KETOS #1
57
DITEMBAK KETOS #2
58
DITEMBAK KETOS #3
59
TUMBAL SANG PENARI #1
60
TUMBAL SANG PENARI #2
61
TUMBAL SANG PENARI #3
62
BALAS DENDAM ARWAH PENARI #1
63
BALAS DENDAM ARWAH PENARI #2
64
MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #1
65
MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #2
66
MISTERI ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #3
67
BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN
68
BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #2
69
BALAS DENDAM ARWAH KORBAN PEMBULLYAN #3
70
AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #1
71
AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #2
72
AKHIR TRAGIS SANG PEMBULLY #3
73
TAKDIR KEMATIAN #1
74
TAKDIR KEMATIAN #2
75
TAKDIR KEMATIAN #3
76
TERIKAT TAKDIR #1
77
TERIKAT TAKDIR #2
78
TERIKAT TAKDIR #3
79
PURNAMA MERAH #1
80
PURNAMA MERAH #2
81
PURNAMA MERAH #3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!