Setelah selesai makan, Alda kembali ke kamar tidurnya. Dia harus melewati ruang tamu yang sangat sepi seperti kuburan. Angin berembus entah dari mana. Bahkan membuatnya merinding.
Alda mempercepat langkahnya. Mengapa rumah itu jadi sangat luas. Kamarnya juga terasa sangat jauh. Tiba-tiba, Alda merasa ada seseorang yang mengikutinya. Dia pun mempercepat langkahnya bahkan setengah berlari.
Aaaakh!!!
Alda berteriak ketika seseorang menarik bahunya. Apakah dia hantu?
"Ini saya, non! Apa saya jadi menemani nona tidur?"
Alda membalikan badannya. Ternyata, bayangan itu adalah Bik Rumsih.
"Bibik! Bikin aku kaget aja. Iyalah, bik. Aku gak bisa tidur sendirian di rumah menyeramkan ini!" sahut Alda sambil menggandeng lengan Bik Rumsih.
Untung aja, bayangan menyeramkan itu gak mengikutinya ke sana. Tapi tetap aja menakutkan apalagi ada mata darah yang dilihat Alda barusan.
"Apa bibik sudah lama menemani nenek?" Alda memulai pembicaraan, padahal matanya mulai mengantuk.
"Saya sudah disini sejak kecil, non!" Bik Rumsih ternyata belum tidur juga.
"Benarkah? Berarti kenal sama papahku dong?" tanya Alda antusias.
"Pasti kenallah, non. Bahkan kami bersekolah di tempat yang sama. Tapi saya cuma sampai SMP, tuan muda melanjutkan sekolah ke kota!"
"Bagaimana papah dulu, bik?. Apa sudah tampan dari kecil?"
Rumsih tersenyum. Dia jadi teringat ketika pertama kali datang ke rumah itu. Ibunya bekerja di sana dan Rumsih sering menemaninya.
Rumsih melihat seorang anak laki-laki sebayanya juga tinggal di sana. Dia berwajah tampan, sangat berbeda dengan anak-anak di kampung. Beberapa kali mereka bertemu tapi gak pernah bertegur sapa.
Suatu hari, Rumsih sedang membantu menjemur pakaian. Tiba-tiba, tuan muda menghampirinya.
"Nama kamu siapa?" tanyanya tanpa basa basi.
"Sa-saya Rumsih, tuan!" jawab Rumsih gugup. Baru sekali itu, tuan muda menegurnya.
"Aku Randy Kusuma. Apa kamu sekolah, Rumsih?" tanya tuan muda lagi.
"Kata ibu, saya cukup sekolah sampai sekolah dasar aja, tuan!"
"Nanti aku bilang ibu agar kamu bisa sekolah lagi. Kita bisa pergi ke sekolah sama-sama!"
Rumsih sangat terkejut mendengar ucapan tuan muda Randy. Beberapa hari kemudian, Rumsih diberitahu bisa sekolah lagi. Tentu aja dia sangat senang. Tuan muda Randy bukan saja tampan tapi berhati baik.
Kembali kepada waktu sekarang. Rumsih masih tersenyum sambil membayangkan tuan muda Randy yang sudah tampan sejak kecil.
"Tuan muda sangat tampan, non. Wajahnya sangat mirip dengan putera saya!" Rumsih terkejut dengan perkataannya sendiri. Sepertinya dia sudah salah ngomong.
Rumsih menoleh dan melihat Nona Alda sudah tidur. Wajah Alda menghadap ke arahnya. Rumsih melihat banyak kemiripan lekuk wajah Nona Alda dengan puteranya. Dia pun tersenyum dan memejamkan matanya.
Malam semakin larut, kabut dari hutan semakin tebal. Menembus sela-sela genting dan pintu. Kabut yang membawa hawa jahat dan siap menarik siapapun ke dalam dunia kegelapan.
Alda membuka mata ketika napasnya sedikit sesak. Kamarnya sudah ditutupi kabut. Dia juga gak melihat keberadaan Bik Rumsih.
"Bik, Bik Rumsih ...."
Gak ada suara. Alda bangun dan meraba-raba namun gak ada siapapun di tempat tidur kecuali dirinya.
Alda merasa bulu kuduknya kembali merinding. Aakh! Kenapa rumah itu jadi sangat menyeramkan sih? Alda merasa seperti di tempat aneh.
"Biiik, jangan nakut-nakutin aku! Bibik di mana?" tanya Alda sambil memanggil nama Bik Rumsih.
Alda melompat dari tempat tidur dipan itu. Namun, kakinya gak juga menapak. Alda merasa sudah terjatuh ke jurang yang sangat dalam.
"Aaaakh!!!
Alda sangat kebingungan. Tubuhnya terus terjatuh ke jurang tanpa dasar. Apa dia sedang berhalusinasi?
"Aduuuh!" Akhirnya, kaki Alda menapak juga. Namun, kakinya gak kenapa-napa padahal tadi seperti terjatuh ke jurang.
Alda terus berjalan sambil meraba-raba. Dia gak merasa ada pintu di depannya. Dari kejauhan terlihat sebuah cahaya. Alda terus berjalan menuju ke arah cahaya itu. Senyumnya mengembang karena sebentar lagi sampai.
Tiba-tiba, sesosok bayangan muncul. Wajahnya gak kelihatan. Tapi ... bayangan itu seperti memegang sesuatu. Alda terbelalak. Bayangan itu sedang memegang pisau!
Tidaaak! Alda gak mau mati mengenaskan. Dia pun membalikan badan dan kabur. Namun langkahnya terasa sangat berat. Sementara bayangan itu semakin dekat! Mamah, papah! Tolong Alda ....
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments