ADA HANTU DI SEKOLAHKU
Alda Kusumawaty adalah anak tunggal di keluarganya. Kata orang, dia adalah anak kepinginan karena lima tahun mamahnya baru bisa hamil. Hidupnya sangat bahagia karena sangat dicintai orangtuanya. Alda seperti puteri kerajaan yang selalu mendapatkan apapun yang diinginkan. Tapi, sifatnya menjadi egois dan cepat marah.
"Pokoknya aku mau hape terbaru, mah. Hapeku sudah jadul. Aku malu, mah! Teman-teman sekolahku mengolok-olokku!" ungkap Alda sambil membanting hapenya. Sekarang dia sekolah di SMA internasional yang sebagian muridnya anak orang kaya.
"Ya, ampun. Nanti papa belikan yang baru, sayang!" tegur Mamah Alda yang bernama Asri Aldiyani. Dia sangat terkejut melihat Alda membanting hape padahal baru dibelikan dua bulan yang lalu.
"Memangnya papa kemana sih, mah? Udah seminggu gak pulang juga!"
"Papamu kan lagi ke Jepang, sayang. Nanti malam juga pulang dan pasti akan membelikan hape yang baru buat kamu," jawab Asri sambil memunguti serpihan hape Alda.
Sementara Alda malah tiduran di sofa dan membiarkan mamanya membersihkan hapenya.
"Biarin aja, mah. Kan ada Bik Tinah. Ngapain sih capek-capek!" cetusnya yang kurang suka melihat apa yang dilakukan mamahnya.
Asri tersenyum dan membiarkan Alda bersikap semaunya.
"Bik Tinah lagi memasak di dapur. Lagi pula, kalau dibiarkan nanti kakimu bisa terluka kalau menginjaknya!"
"Aakh, mamah! Kayak mamahnya temanku dong. Kalau mengantar selalu cantik dan staylis. Jangan kayak pembantu seperti itu. Kalau ada di dekat Bik Tinah, pasti disangka pembantu juga!"
"Alda!" Kali ini, omongan Alda agak kasar. Asri mulai merasa hatinya menjadi panas.
"Benar kok, mah. Mamah lihat aja di kaca. Apa mamah gak takut kalau papah punya simpenan? Papah itu kan selalu rapi, sementara mamah seperti pembantu!"
Tangan Asri gemetar. Ucapan Alda sudah kelewatan. Namun, ketika teringat setiap malam berdoa agar diberikan anak, hatinya menjadi luluh.
"Iya, sayang. Nanti mamah dandan yang cuaaantik!" sahut Asri meski hatinya masih panas.
"Bukan cuma dandan di muka mah, baju mamah juga jadul bener. Pokoknya kalau ngantar aku ke sekolah mamah harus make over dulu!" celetuk Alda lagi.
Asri tertawa kecil. Alda memang sudah remaja sehingga bisa menilai sesuatu seperti orang dewasa.
"Oke, bos. Nanti kamu yang dandanin mamah, ya!" ucap Asri dengan senyuman.
Alda gak bereaksi. Dia malah menyalakan tv dan mengangkat kakinya tinggi.
Asri hanya geleng-geleng kepala melihat sikap puterinya itu. Dulu, Alda adalah gadis kecil yang manis. Sikap dan gayanya berubah setelah masuk ke SMA internasional.
Malamnya, Papa Alda sampai juga di rumah. Dia memang sangat berbeda dengan Mama Alda. Penampilannya selalu rapih dan tampan.
"Papah ...."
Alda langsung bergerayut manja di pundak papanya.
"Wah! Ada apa, nih? Kenapa kamu manja begini? Lagi merajuk, ya?" tebak Papa Alda. Namanya Randy Kusuma. Dia hanya melirik istrinya yang hanya tersenyum. Mamah Alda memang orang yang sederhana. Namun senyumannya lebih berharga dari apapun.
"Hape aku rusak, pah. Mamah yang menjatuhkannya!"
Deg! Asri sangat terkejut dengan perkataan puterinya. Padahal Alda sendiri yang merusak hapenya. Tapi Asri gak bisa membantah omongan Alda.
"Rusak? Aduh! Hape itukan baru dibeli dua bulan yang lalu!" ucap Randy dengan wajah kaget.
"Tau tuh, mamah. Emang mamah ceroboh, pah. Udah, belikan lagi yang baru!"
"Emang begitu, mah?" tanya Randy kepada istrinya.
Asri sedikit gugup. Dia gak mungkin menyalahkan puterinya sendiri. Lebih baik dirinya aja yang disalahkan.
"I-iya, pah. Tangan mamah basah jadi hapenya terjatuh. Maafkan mamah ya, pah. Belikan aja lagi yang lebih bagus, pah!" jawab Asri setelah bisa mengendalikan perasaannya.
"Ya, sudah. Nanti papah belikan yang baru! Tapi nanti ya, sayang. Papa mau istirahat dulu!"
Tiba-tiba, Alda menarik tangannya dari bahu papahnya. Wajahnya langsung ditekuk seakan gak setuju dengan kata-kata papahnya.
"Pokoknya harus sekarang belinya, pah! Hapeku rusak. Bagaimana bisa sekolah besok?!" tanya Alda sambil bertolak pinggang.
Randy sangat terkejut dengan kelakuan Alda. Dia memandangi istrinya yang hanya menunduk. Pasti hape Alda bukan istrinya yang merusaknya. Dia sangat tahu, Asri adalah orang paling teliti dan penyabar.
"Iya, lihat aja nanti. Pokoknya papah mau mandi dulu. Emang kamu gak nyium ketek papah bau aceeem?" tanya Randy dengan sedikit bercanda.
"Iiikh, papah jorok!"
Alda langsung kabur dan masuk ke dalam kamarnya.
Randy tertawa kecil melihat sikap puterinya. Tapi tidak dengan Asri. Dia jadi pendiam.
"Ada apa, mah? Kenapa murung begitu? Bukannya senang suaminya pulang. Emangnya gak kangen, ya?" ledek Randy setelah ada di dalam kamar tidur.
Asri diam aja sambil merapikan baju dari koper yang dibawa suaminya.
Randy merasa sudah terjadi sesuatu. Dia segera mendekati Asri dan memeluknya dari belakang.
"Ada apa sih, sayang? Jangan cemberut gitu. Nanti aku kabur lagi looh!"
Asri langsung menatap Rady tajam begitu mendengar ucapannya.
"Kabur kemana? Apa ke rumah simpenan kamu?" tanyanya dengan nada suara tinggi.
Randy sangat terkejut dengan reaksi Asri. Gak biasanya, dia semarah itu.
"Kamu kenapa sih, sayang? Pake ngomong simpenan lagi!"
Asri menarik napas panjang. Gak ada gunanya marah tanpa alasan jelas.
"Kata Alda, aku kayak pembantu, papah pasti nyari simpenan!" Akhirnya Asri mengatakan alasannya.
"Astaga! Kenapa Alda ngomong seperti itu. Aku heran sekarang sikapnya sangat kasar, bicaranya juga jadi jelek. Dulu, Alda sangat menyayang!"
Randy sangat terkejut mendengar cerita istrinya.
"Iya, pah. Apa karena kita terlalu memanjakannya, ya? Aku sedih duluan kalau mau memarahinya. Lima tahun bukan waktu sebentar untuk menunggu kelahirannya. Orang-orang sudah mencapku perempuan mandul!" Asri terduduk lemas di tepi tempat tidur. Dia teringat umpatan ibu mertuanya ketika pulang ke kampung.
"Dasar perempuan mandul! Makanya dulu aku gak setuju anakku menikah denganmu. Nyatanya, sekarang kamu itu gabug!" ucap Ibu mertuanya setelah tiga tahun Asri gak mengandung juga.
"Kata dokter, saya sehat, bu. Mungkin, memang belum waktunya dikasih anak," jawab Asri yang gak terima dengan perkataan ibu mertuanya.
"Terus harus menunggu sampai kapan? Nunggu kamu tua? Nunggu aku mati?!"
Asri hanya bisa menangis. Hatinya terasa sangat sakit seperti tertusuk pisau. Meski gak berdarah namun sakitnya masih terasa sampai sekarang!
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Yogi Ygy
durhaka banget tuh anak 😡😡😡
2024-02-09
0
Ela Jutek
terlalu di manja jadi agak kurang sopan
2023-10-29
1
maniak komik
lumayan nih cerita lah aku bingung mo buat cerita apa /Grimace/
2023-10-28
1