Satu Minggu kemudian Di Indonesia.
"Ahirnya Keenan pulang juga ..." teriak Miranda dengan begitu bahagia sembari memeluk hp nya.
Ya, baru saja Miranda membaca pesan dari Keenan, pria itu mengatakan bahwa sebentar lagi akan tiba di Indonesia.
Miranda yang baru bangun tidur matanya langsung terjaga setelah membaca pesan dari Keenan itu.
Miranda senyum-senyum sendiri membayangkan saat bertemu Keenan nanti.
"Hah, aku harus dandan cantik. Aku harus pakai baju apa ya?" Miranda beranjak turun dari ranjang dan membuka almari pakaian.
Matanya memandangi semua baju-baju miliknya di dalam almari itu, tapi Miranda tampak bingung, semua bajunya yang masih bagus seolah terlihat jelek semua.
Karena Miranda ingin tampil cantik, Miranda mengambil bajunya yang di gantung satu per satu.
Baju yang Miranda tempelkan di badannya tidak ada yang menarik di matanya.
Bahkan kini tempat tidurnya sudah penuh dengan baju-baju miliknya yang sudah ia coba namun tidak ia pilih.
Miranda mengambil lagi baju yang di gantung itu, sampai isi baju yang di gantung dalam lemari tersebut habis.
Dan ahirnya pilihan Miranda jatuh pada dress warna putih, saat baju itu ditempel kan di badannya, Miranda menyukai karena dirinya terlihat tampak cantik.
"Aku harus segera mandi," ucap Miranda semangat.
Miranda akan mendatangi rumah Keenan dan menunggu tunangannya itu di rumah pria itu.
*
*
*
Suara bel rumah berbunyi, seorang pelayan berjalan menuju pintu utama dan membukanya.
Ternyata tamunya seorang wanita cantik berpakaian dres warna putih.
Wanita itu langsung berjalan masuk dengan angkuhnya seolah ratu di rumah besar itu.
Pelayan itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah wanita itu.
"Keenan belum sampai di rumah, ya?" Wanita itu menoleh ke belakang menatap pelayan yang baru saja menutup pintu.
"Belum, Nona." Jawab pelayan itu yang kemudian berlalu dari sana.
"Sekarang sudah pukul sebelas siang, Hem mungkin sebentar lagi," gumamnya dan kemudian milih mendudukkan diri di kursi sofa.
Sementara itu saat ini Keenan bersama Naura juga Rafatar, baru tiba di bandara Soekarno Hatta.
Ares sekertaris Keenan datang bersama tiga pengawal untuk membntu membawa barang bawaan mereka.
"Tuan Muda Rafatar," sapa Ares sembari meraih koper.
"Sekarang aku sudah delapan tahun, Om Ares. aku sudah makin tinggi," ucap Rafatar penuh semangat.
"Wah ... Sepertinya Om harus kasih hadiah untuk Rafatar," ucap Ares tak kalah semangat, mereka semua kini mulai berjalan menuju pintu keluar bandara.
"Harus," jawab cepat Rafatar.
Naura tersenyum melihat tingkah semangat Rafatar, tangan Naura mengacak rambut Rafatar. "Fokus berjalan," pintanya, karena takut Rafatar menabrak, apa bila berjalan sambil mengobrol.
Mereka semua langsung menuju parkiran mobil. Naura dan Rafatar juga Keenan masuk ke dalam mobil yang dikendarai Ares.
Sementara itu barang bawaan mereka masuk ke dalam mobil satunya lagi, tadi datang ke bandara ada dua mobil.
"Om, Rafatar tidak mau sekolah di tempat yang dulu," ucap Rafatar sembari menatap Keenan, saat ini mobil tengah melaju di jalan raya.
"Kenapa sayang?" tanya Naura yang duduk di sebelah Rafatar. Posisi duduk Rafatar saat ini berada di tengah antara Keenan dan Naura.
Rafatar menoleh ke arah ibunya. "Malas ketemu Gibran lagi, kan sekarang Rafatar sudah sembuh, Rafatar mau sekolah di tempat yang anak-anaknya baik semua."
Keenan merangkul bahu Rafatar. "Ok, nanti Om akan merekomendasikan beberapa tempat sekolah untuk Rafatar, dan Rafatar yang akan memilihnya nanti."
"Setuju, Om." Rafatar mengangkat tangannya mengajak tos. Dan Keenan menerimanya hingga mereka ber tos ria.
Mobil terus melaju hingga kini sampai di tempat tujuan setelah menempuh perjalanan tiga puluh menit.
Kedua mobil sport itu memasuki gerbang utama, dari dalam mobil Naura bisa melihat sosok wanita cantik berkulit putih yang tengah berdiri di teras rumah.
Keenan keluar dari dalam mobil lebih dulu, dan pergerakan itu dilihat oleh Naura sampai kini matanya melihat Keenan berpelukan dengan Miranda.
Naura berdiri mematung di ambang pintu mobil dan perlahan tangannya menutup pintu mobil itu tanpa mengalihkan tatapannya pada Keenan dan Naura.
Rafatar yang keluar dari pintu mobil sebelah, menatap tidak suka saat melihat Miranda memeluk dan bergelayut manja pada Keenan.
"Ken ... Aku merindukanmu."
Huek!
Rafatar rasanya mau muntah mendengar ucapan manja Miranda pada Keenan.
Rafatar dan Naura masuk lebih dulu ke dalam rumah, meninggalkan Keenan dan Miranda yang entah sedang bicara tentang apa.
Mereka berdua tidak mau ikut campur dan milih segera istirahat di dalam kamar.
"Kamu jadi kan akan menikahi aku segera?" tanya Miranda seraya menatap wajah tampan Keenan.
"Iya jadi tapi tidak sekarang, tunggu beberapa bulan lagi ya?"
Miranda yang barusan tersenyum kini wajah itu berubah datar setelah mendengar jawaban Keenan.
Miranda masuk ke dalam rumah begitu saja dengan wajah di tekuk, jelas saat ini wanita itu tengah marah.
"Miranda." Keenan mengejar langkah kaki Miranda.
Miranda duduk di ruang tengah, matanya fokus menonton televisi, tapi hanya ia gonta-ganti channel TV itu.
Keenan ikut duduk di sebelah Miranda. "Aku minta maaf, tapi kamu harus mengerti. Iya aku pasti akan menikahi kamu tapi bukan bulan ini, kamu tahu kan aku baru pulang dari Amerika. Aku masih capek, Sayang."
Miranda menoleh menatap kesal Keenan seraya berkata, "Tapi kamu sudah berjanji padaku, Ken! kamu tidak lupa kan saat mau pergi dan saat kembali akan menikahi aku, tapi apa nyatanya sekarang!" Miranda menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Keenan.
"Aku memang sudah berjanji, tapi maksudku waktu itu tidak secepat ini, Miranda." Keenan mulai frustasi.
"Atau ... Kau sengaja menunda karena menyukai Naura, iya!" tuduh Miranda seraya memberi tatapan menyelidik pada Keenan.
"Kamu bicara apa, Miranda!" Keenan mulai emosi sampai suaranya meninggi.
Miranda seketika terkejut kemudian terkekeh masam. "Bahkan kamu membentak aku hanya karena wanita itu."
"Wanita itu punya namanya, Miranda." Keenan berkata tegas.
"Apa Keenan! Kamu tidak terima dengan ucapan aku!"
"Terserahlah! Aku pikir kau akan menyambut kepulanganku dari Amerika dengan baik, ternyata kau hanya mangajakku ribut!" Keenan bangkit dari duduknya naik tangga meninggalkan Miranda sendirian.
"Ken ..." panggil Miranda seraya berdiri, namun Keenan tidak menoleh tetap terus berjalan menapaki anak tangga.
Miranda kembali mendudukkan diri ke sofa dengan dramatis, wanita itu kini menangis mendapati sikap Keenan yang acuh pilih pergi dari pada tetap di sampingnya untuk menenangkannya.
"Kenapa kamu gak peka, Ken? Aku hanya ingin kau perhatian," gumam Miranda di sela tangisnya.
"Apa aku keterlaluan? Tapi aku cuma takut kehilanganmu, Keenan. Aku takut," gumamnya lagi dengan menangis semakin pilu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments