BAB 3. Berhasil membujuk Naura.

Keenan bersama asistennya juga beberapa bodyguard ikut menemani Keenan untuk mendatangi alamat rumah tempat tinggal Naura.

Ya, setelah dua hari pencarian keberadaan Naura, kini alamat wanita itu telah ditemukan, dan Keenan bersama orang-orangnya sedang mendatangi alamat tersebut.

Sore hari mereka baru tiba di alamat tempat tinggal Naura, yaitu di sebuah desa kecil yang letaknya di kota Surabaya.

Keenan tidak menyangka bahwa wanita mantan kakak iparnya itu akan menjalani hidup sederhana seperti ini.

Keenan juga belum tahu apa alasan Naura yang lebih milih tinggal di desa, padahal jika dibilang wanita itu miliki uang banyak.

Harusnya jika dilihat dari uang Naura yang banyak, wanita itu akan tinggal di tempat yang mewah, setidaknya apartemen mahal.

Tapi apa ini? Sebuah gubuk kecil yang berada di dekat persawahan, persis tempat orang yang sedang diasingkan.

Keenan merasa tidak yakin dengan alamat ini, karena menurutnya mustahil Naura mau tinggal di sini, kini Keenan hanya berdiri terdiam terus menatap rumah gubuk kecil itu.

"Kami ketuk dahulu, Tuan. Pintunya." Ares sekertaris Keenan, berjalan maju mendekati pintu.

Ares mulai mengetuk pintu itu berulang kali, tapi sampai beberapa saat juga belum ada yang membukakan.

Keenan semakin yakin bahwa alamat ini salah, dan menyalahkan diri sendiri, harusnya sebelum berangkat ia pastikan lebih dulu, tapi semua sudah terjadi karena hatinya yang menggebu ingin segera bertemu Naura.

"Kita pergi saja, alamat ini pasti salah," ucap Keenan mengajak semua bawahannya untuk pergi.

Mereka semua berbalik untuk berjalan pergi, namun baru saja kakinya mau melangkah mendengar suara wanita, suara yang tidak asing di telinga Keenan. Pria itu langsung berbalik badan untuk segera melihat pemilik suara itu, dan ....

Keenan dan wanita itu saling pandang juga sama-sama membeku di tempat, keduanya terkejut tidak menyangka akan dipertemukan kembali di tempat seperti ini.

*

*

*

"Jadi kamu meminta aku untuk pulang, untuk menemui putraku?"

Begitu pertanyaan Naura setelah mendengar penjelasan Keenan atas kedatangannya kemari.

Keenan menjelaskan keadaan Rafatar yang saat ini cukup memprihatinkan.

Saat ini mereka duduk berdua di dalam rumah kecil yang Naura tinggali, sementara orang bawahan Keenan ada di luar rumah, karena rumah Naura terlalu sempit untuk menerim tamu banyak.

"Rafatar merindukanmu, dia ingin bertemu kamu, bahkan dia ingin mencari kamu, dia sayang sama kamu, apa kamu tidak ingin melihatnya, sekarang dia lagi sakit, hanya kamu yang bisa membantu dia sembuh."

Air mata Naura tidak lagi bisa ia bendung, tumpah dengan derasnya, dadanya merasa sesak mendengar penjelasan Keenan barusan.

Sebagai ibu ia juga sangat merindukan putranya itu, tapi ada hal lain yang membuat Naura takut untuk menemui putranya itu, ia takut sangat takut.

"Aku mohon tolong temui Rafatar," mohon Keenan lagi, yang langsung mendapat gelengan kepala Naura.

"Tidak! Ken. Tidak ..." teriak Naura sembari menatap Keenan, air matanya terus mengalir di pipi. "Tolong mengerti," suaranya tercekat di tenggorokan, Naura semakin menjadi tangisannya, hingga susah untuknya bicara.

Keenan menghela nafas panjang, ia ahirnya memilih diam lebih dulu, membiarkan Naura merasa tenang lebih dulu.

Setelah tiga puluh menit hanya ada keheningan tanpa suara diantara mereka, dan setelah Naura merasa lebih baik, wanita itu mulai menceritakan keadaannya yang tidak ingin menemui Rafatar juga pilihannya yang sekarang tinggal di Desa.

Naura mengatakan luka sakit hati yang digoreskan oleh mantan suami membekas di hati juga ingatannya, dan hal ini membuat ia selalu teringat wajah suaminya setiap kali melihat wajah putranya.

Naura takut akan menyakiti Rafatar, seperti yang pernah ia lakukannya dulu waktu masih bersama Rafatar, ia sering memukul dan memarahi Rafatar hanya karena di bayangannya Rafatar adalah suaminya.

Naura takut hal itu terulang lagi, ia tidak berani hanya dalam keadaan berdua saja bersama Rafatar.

Setelah mendengar pengakuan Naura, kini Keenan jadi tahu, bahwa mereka berdua sama-sama sedang sakit mental, dan perlu sama-sama di sembuhkan.

Tangan Keenan tiba-tiba mengepal, ia merasa marah, karena ulah kakaknya kini keponakannya dan mantan kakak iparnya menjadi sakit trauma yang di deritanya.

Keenan beralih duduk di samping Naura, yang tadinya duduk di kursi depan Naura yang hanya terhalang meja.

Keenan menggenggam tangan Naura sembari menatap lekat mata sembap milik Naura. "Aku akan selalu temani kamu dalam bersama Rafatar ... Mohon pikirkan dia, masa depan dia masih panjang, jangan sampai kamu menyesal."

Suara lembut yang begitu menenangkan hati Naura, sejenak wanita itu berpikir, ia juga tidak mau membuat masa depan putranya hancur.

Naura membalas tatapan mata Keenan tak kalah serius. "Apa kamu yakin?"

"Sangat yakin," ucap Keenan mantap.

"Aku benar-benar tidak bisa sendirian, Ken." Naura menegaskan.

"Ada Dila suster Rafatar, jika aku sedang bekerja, kamu akan ditemani Dila."

Jawaban Keenan cukup melegakan hati Naura, dengan begitu ia tidak khawatir lagi akan menyakiti putranya.

Sungguh sikap kasarnya pada Rafatar diluar kendalinya, semua terjadi begitu saja. Selalu ada perasaan menyesal setiap setelah berlalu kasar, dan ini lah alasannya pergi menjauh, yang ingin menyembuhkan diri lebih dulu.

Ahirnya sore hari menjelang malam itu Keenan berhasil mengajak Naura untuk ke kota menemui Rafatar.

Keenan menaruh harapan besar pada Naura, dengan kehadiran wanita itu lagi di kehidupan Rafatar, berharap keponakannya itu bisa sembuh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!