Mulai Menerima Kenyataan

Davin mulai bisa menerima kenyataan, bahwa dirinya adalah anak diluar nikah. Kini waktunya untuk mendekatkan kembali kedua Orang tuanya yang tidak mempunyai ikatan pernikahan atau pacaran.

Davin yang sudah sembuh dari sakit kanker leukemia, namun harus menjalani pengobatan rutin ke rumah sakit, setelah dua bulan dirawat di rumah sakit, hingga akhirnya Davin sembuh.

Untunglah Leonardo merupakan keturunan konglomerat, harta tidak akan pernah habis sampai tujuh keturunan, uang selama perawatan dua bulan dirawat bukanlah sedikit tetapi sangat fantastis.

Saat Leonardo hendak mengurus biaya administrasi dan membayar lunas, tiba-tiba putranya memegang tangan sang ayah karena Davin tahu, fasilitas yang diberikan sang ayah, bukan fasilitas menengah melainkan fasilitas Vip, tentulah biaya sangat besar.

"Papa jangan pergi dulu ...," kata Davin menarik tangan ayahnya yang hendak pergi membayar biaya rumah sakit.

Leonardo membalikkan badan dan menorehkan senyuman pada putranya saat itu. Sebagai ayah pria itu langsung balik menggengam kedua tangan anaknya lalu disandarkan ke dada Leonardo.

"Apa apa, Sayang?" tanya Leonardo bersikap lembut, karena Leonardo sangat menyanyangi Davin.

Davin menunduk dan lesu, " Maafkan aku Papa, sudah membebani Papa dengan membayar biaya rumah sakit," ucap Davin anak yang sangat tahu, untuk mengucapkan terimakasih terhadap Orang yang telah membantunya.

Leonardo tersenyum," Sayang, Ayah ini bukan Orang asing, sejak kita bertemu pertama kali sejak saat itu Ayah mencintaimu dengan sangat luar biasa." Leonardo menatap putranya dengan mata-mata berkaca-kaca karena bertahun-tahun mereka tidak bertemu bahkan Riana lah yang berjuang.

Davin merupakan anak yang cerdas dan mendapatkan banyak pengajaran dari sang mama tentang hidup, " Tenang, Papa. Davin didik tegas dan harus mandiri sama Mama saat Ayah tidak ada," jawab Davin menunjukan kearah sang Mama.

Saat ditunjuk oleh putranya, Riana langsung membalikkan badan. Seakan tidak mendengar percakapan keduanya, tetapi keduanya sudah menatap Riana.

"Dia ternyata selain wanita tangguh, mampu mendidik anakku menjadi pria mandiri, selain cantik ternyata cerdas," gumam Leonardo dalam hati.

"Papa tahu tidak? Selama kita belum pernah bertemu, Mama tidak pernah mengeluh loh sudah membesarkan Davin, bahkan kata Mama saat hamil Davin, Mama berjuang sendirian tanpa Ayah, pada waktu itu ada masalah dengan Ayah, membuat Mama malu untuk bersama Ayah, termasuk status sosial yang membedakan diantara kalian, pokoknya Mama malu, untuk bersanding dengan pria yang lebih kaya," ucap Davin menceritakan semua yang diceritakan sang Mama.

Leonardo menjadi merasa tertampar dengan pernyataan putranya, kini Leonardo baru menyadari, bahwa Riana kabur bukan karena kemauan sendiri, melainkan malu untuk dekat dengan Leonardo yang berasal dari keluarga kaya.

"Aku menjadi tahu, mengapa saat kamu hamil pergi menjauh, apakah karena status keluarga yang membedakan kita?" gumam Leonardo dalam hati.

"Papa mengapa termenung? Papah kagum dengan perjuangan, Mama?" tanya Davin sambil mengerakkan tangannya, kedepan wajah sang ayah.

Leonardo mencari topik lain dan mengganti pembahasan, Sayang, Ayah pergi dulu untuk membayar biaya rumah sakit." Leonardo beranjak dari kamar rawat inap.

"Baik, Papa. Terimakasih, sudah membayar biaya rumah sakit, Davin." Saat Ayahnya hendak melangkah tak lupa anak tersebut mengucapkan terimakasih.

"Sama-sama, Sayang."

Riana yang duduk di sofa merah dekat tempat tidur sang putra, melihat kearah Leonardo yang keluar, pagi ini pria tersebut sangat tampan sekali dengan berpakaian rapi dengan balutan jas hingga membuat pria ini sangat tampan dan berkharisma.

Selesai pria itu membayar biaya administrasi saat itu. Waktunya bisa kembali pulang ke rumah, tetapi Leonardo tidak ingin Riana tinggal di rumah sederhana itu, pria itu sudah membelikan rumah empat lantai untuk putranya dan Riana tinggal.

Para Dokter dan perawat mulai mempersiapkan dan beres-beres untuk kepulangan putra Leonard ke rumah, mereka mengetahui, bahwa Leonardo bukan orang sembarangan.

Setelah satu jam selesai mengurus semua bagian Administrasi, waktunya Davin pulang ke rumah. Betapa bahagianya anak ini bisa kembali menghirup udara bebas dan mulai sekolah lagi.

Leonardo menyetir mobilnya, hendak membawa Riana dan Davin ke rumah baru yang sudah dibersihkan terlebih dulu, pria itu sangat bangga melihat putranya telah berjuang sembuh dari sakit.

"Nak, terimakasih sudah berjuang sembuh dari sakit," kata Leonardo saat duduk bersama di depan dengan sang putra dan Riana duduk disebelah belakang.

"Papa tidak perlu mengucapkan terimakasih sama, Aku. Sebab aku berjuang sembuh takut melihat Papa dan Mama sedih ...." Davin berjuang sembuh, hanya untuk melihat kedua Orang tuanya bahagia.

Leonardo menyadari, bahwa putranya merupakan pria sejati. Tidak ingin melihat Orang tuanya berlarut-larut dalam kesedihan luar biasa, betapa hebat Riana tidak mencampuri dan hanya terdiam saat Papa dan anak itu mengobrol.

Riana sambil memandang kearah pemandangan diluar dan memiringkan kepalanya, Leonardo melirik kearah Riana yang tidak banyak bicara tersebut lalu memulai pembicaraan.

"Riana, kamu tidak perlu balik ke rumah lama soalnya aku sudah menyediakan rumah empat lantai," ucap Leonardo, tidak ingin melihat keduanya susah.

Riana terkejut tanpa sepengetahuannya Leonardo sudah membelikan rumah untuknya dan putranya, wanita ini tidak senang menerima banyak bantuan dari seorang Leonardo.

"Apa? Kamu membelikan rumah untuk kami berdua?" tanya Riana dengan wajah penuh terkejut.

"Aku membelikan rumah tersebut untuk ditempati oleh putraku, supaya putraku nyaman."

"Leonardo aku tidak bisa membalas budimu saat ini ...." Riana terharu begitu ekspornya Leonardo terhadap putranya dan memberikan jaminan kenyamanan.

Riana memang belum terlalu mengenal kepribadian Leo, tetapi semenjak kehadiran Leonardo saat anak sakit, membuat Riana berpikir terhadap pria itu adalah ayah yang baik untuk anak mereka.

"Ternyata dia adalah ayah yang baik?" gumam Riana dalam hati.

Leonardo melirik kearah Riana dan wanita itu itu juga melirik kearah Leo, hingga mata mereka saling bertemu dan tatapan hingga membuat keduanya salah tingkah.

Melihat kedua Orang tuanya saling menatap membuat Davin tersenyum, kini waktunya membuat Orang tua saling jatuh cinta walaupun keduanya, tidak mempunyai hati terdalam mencintai.

"Eem, kita makan dimana?" tanya Leo kepada Riana sambil menoleh kebelakang.

"Terserah kamu saja ...," jawab Riana.

"Sayang kita makan dimana?" tanyanya pada putranya.

"Terserah Ayah saja ...,"

Leonardo membawakan mereka ke restoran mahal dan berkelas, dengan pelayanan terbaik kelas vip yang diberikan restoran terhadap mereka.

Tibalah mereka sampai di restoran mewah tersebut. Tidak pernah Davin melangkahkan kaki ke restoran semewah itu, bahkan saat tidak bertemu dengan papahnya putra mereka hanya makan sederhana saja di tempat sederhana.

"Wah ... mewah banget restoran nya." Mata Davin tidak lepas dengan memandangi sekitar restoran dan tatapan pangling luar biasa menatap kearah restoran tersebut hingga kagum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!