Riana tersadar dirinya jahat telah memisahkan hubungan ayah dan anak sampai Leonardo tidak berani melangkahkan kaki ke rumah sakit.
"Aku kini sadar, bahwa anaknya masih butuh sosok ayah," gumam Riana dalam hati.
Semenjak Davin tidak bertemu dengan sang papa selama satu minggu belakangan ini dan Davin selalu mencari sosok papanya. Hingga akhirnya Riana menghela nafas, susah untuk menjawab pertanyaan anak kecil kemana papa berada sekarang.
Riana tersadar, bahwa memisahkan hubungan darah terenyuh hatinya. Ingin rasanya Riana menangis, pada saat selesai kemoterapi anaknya menangis mencari sosok papa.
"Mama mana Papah?" tanya sang putra merengek menangis selesai kemoterapi pada saat itu.
"Nak, Papa kamu sedang di luar negeri dan belum pulang sudah hampir seminggu karena ada urusan pekerjaan." Riana menghela nafas dengan berbohong.
"Ke luar negeri? Mengapa papa tidak mengabari Davin? Apakah papa tidak sayang Davin lagi? Papa jahat banget tidak mengabari Davin," jawab Davin sambil menangis. Air mata Davin keluar begitu banyak saat selesai kemoterapi.
"Nak, sudah. Papa kamu tidak jahat, tetapi buru-buru langsung pergi," kata Riana penuh kebohongan. Prihatin dengan putranya yang baru selesai kemoterapi menangis terus membuah Riana menjadi panik kepikiran Ayah Davin.
Riana lah yang bersalah meminta kepada Leonardo untuk menjauh. Riana hanya ingin hubungan Leonardo dan Mia tidak renggang seiring berjalannya waktu. Riana dan Leonardo sering menghabiskan waktu di rumah sakit.
Posisi Mia memang sedang terancam hingga meminta Riana menjauh. Namun Riana tidak bisa seperti ini, lebih memikirkan perasaan putranya, takut penyakit kanker leukemia putranya semakin parah karena kepikiran sang ayah.
Riana meminta kepada beby sister untuk menemani Davin di rumah sakit. Riana akan pergi menemui Leonardo, meminta Leonardo untuk kembali dan menjenguk putra semata wayang mereka. Namun Riana tidak akan pernah mengambil posisi Mia, sebagai tunangan dari Leonardo.
Sesampainya di perusahaan milik Leonardo segera Riana berjalan ke ruangan pribadi milik Leonardo. Namun ketika melangkah hendak masuk, ada seorang manager meminta kepada Riana untuk menunjukan identitas dirinya. Sebab Leonardo adalah seorang Ceo tidak sembarang Orang bisa datang ke ruangan pribadi sang Ceo jika bertamu.
"Selamat pagi, Bu. Maaf, sebelum masuk ke ruangan Pak Leonardo. Apakah Ibu mempunyai kartu pengenal? Biar saya konfirmasi kepada Pak Leonardo, ada tamu yang ingin bertemu dengan Pak Leonardo saat ini," kata manager perusahaan.
"Pagi, Pak. Maaf, saya langsung ke ruangan pribadinya saja." Riana langsung melangkahkan kaki membuka pintu ruangan pribadi sang Ceo.
Segera sang manager langsung menghadang Riana. Takut kena pecat oleh atasannya karena mengizinkan sembarang orang untuk masuk ke ruangannya.
"Maaf, Bu. Tidak bisa masuk, jika Ibu tidak bisa menunjukan pengenal. Saya bisa kena pecat oleh atasan saya," kata manager tersebut memohon.
"Kamu panggil atasan kamu, biar saya yang bicara langsung sama atasan kamu," ujar Riana karena masalah ini urgent untuk mereka bicarakan berdua.
"Baik, saya akan memanggil Pak Leonardo untuk bertemu Ibu," jawab sang manager membuka pintu, lalu memberitahu Leonardo ada tamu hendak bertemu.
Dengan melangkah kaki, serta keringat dingin melangkah. Sang manager dengan berani memberitahu walaupun ada ketakutan tersendiri dalam hatinya.
"Selamat pagi, Pak. Maaf, ada tamu hendak bertemu, Bapak," sapa sang manager menyampaikan informasi.
Leonardo yang sedang memeriksa berkas laporan masuk dan pengeluaran dana perusahaan. Menjadi bertanya siapa tamu datang pagi-pagi, apakah seorang klien hendak mengajak kerja sama.
"Siapa orang itu ...?" tanya Leonardo bertanya-tanya.
"Seorang wanita dan perempuan itu nekat hendak bertemu dengan, Bapak," ucap sang manager.
Leonardo menjadi teringat Riana, saat mengetahui ada perempuan yang ingin bertemu dengannya. Leonardo menghentikan kerjaannya, dengan cepat melangkah ke luar ruangan.
Ternyata benar dugaan Leonardo yang bertemu dengannya Riana. Leonardo merasa terkejut, bahwa selama ini Riana yang meminta menjauh.
"Hai bolehkah aku masuk ...?" sapa Riana sambil memberikan senyuman.
Leonardo menatap tajam kearah Riana sebab sudah membuatnya terluka. Bahkan setiap malam Leonardo tidak bisa nyenyak dalam tidurnya, karena selalu kepikiran putranya yang sudah dipisahkan Riana.
"Masuklah ...," jawab Leonardo lalu menyuruh sang manager pergi. Sebab ini adalah pembicaraan serius diantara mereka.
Di ruangan Riana duduk di kursi, tetapi tidak dengan Leonardo. Duduk di atas meja berhadapan dengan Riana, lalu Leonardo menatap tajam ke arah Riana.
"Ada tujuan kamu datang menghadap ke saya lagi? Apakah belum puas kamu mempermainkan hati saya? Sudah memisahkan hubungan anak dan ayah, kamu pasti datang kembali, untuk memintaku bertemu dengan anak." Leonardo tidak suka dipermainkan, ketika sudah menaruh harapan yang besar.
"Leonardo maafkan aku ... ternyata aku tidak bisa memisahkan kamu dengan anak kita sejauh ini," kata Riana sambil meminta maaf karena sudah mengambil tindakan sangat gegabah.
Leonardo langsung tertawa melihat tingkah Riana. Hatinya merasa dipermainkan selama ini. Bahkan sejauh ini Leonardo berusaha untuk membantu, bahkan mengingat hal ini membuat Leonardo menggangap bahwa Riana tidak mempunyai prinsip.
"Dasar tidak mempunyai prinsip dalam hidup kamu. Setelah seminggu memintaku menjauh dari anak, kini datang kembali meminta aku mendekat, gimana mau bilangnya, bahwa kamu adalah Orang tidak mempunyai pendirian sendiri." Leonardo merasa konyol dan tertawa.
Riana tidak peduli dikatakan apa-apa sama Leonardo. Riana hanya ingin anaknya tidak kepikiran ketika tidak bertemu dengan sang papa. David bisa menangis terus meminta papanya kembali.
"Hei kita memang tidak ada ikatan pernikahan. Apakah lantas aku disebut wanita tidak mempunyai pendirian? Saat aku merasa dilema, sebab kamu sudah mempunyai tunangan saat ini." Riana merasa pahit dengan hidupnya sendiri, sudah cukup baginya menerima cemooh orang.
Biarlah orang yang mengutuk dan menghinanya. Sebab hamil diluar nikah pada saat ini, asalkan jangan anaknya yang mengetahui, bahwa Riana dan Leonardo tidak mempunyai ikatan apa-apa.
"Terus karena kita tidak mempunyai ikatan saat ini. Dengan seenak jidat kamu kembali dan pergi begitu saja?" tanya Leonardo tidak habis melihat Riana, selalu pergi lalu kembali lagi.
Riana sadar selalu pergi dan kembali lagi dari hidup Leonardo. Riana hanya memikirkan perasaan anaknya untuk saat ini.
"Kamu masih ingat kejadian 9 tahun yang lalu diantara kita? Kamu masih ingat dimana aku pernah bilang sama kamu, bahwa aku akan bertanggung jawab jika kamu hamil dan ternyata kamu yang pergi. Terus setelah 9 tahun berlalu, kamu kembali kehadapan aku kembali. Setelah aku bersusah payah untuk mencari kamu ...," kata Leonardo merasa jengkel entah apa maunya Riana.
"Aku begini karena tidak kuat, kamu tidak berada di posisiku. Kamu tidak akan mengerti bagaimana seorang perempuan hamil sembilan bulan, lalu melahirkan seorang anak laki-laki berjuang sendirian, tidak mudah berada diposisi aku saat ini," jawab Riana matanya berkaca-kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments